Surah Az-Zukhruf Ayat 46-50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zukhruf Ayat 46-50; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zukhruf Ayat 46-50 ini, menerangkan sikap Fir’aun dan kaumnya terhadap seruan Nabi Musa. Mereka meminta Nabi Musa menyampaikan bukti-bukti kerasulannya, lalu Nabi Musa menyampaikan mukjizat-mukjizatnya, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, dan lain-lain. Tetapi mereka menertawakannya dan mengejeknya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mukjizat adalah sesuatu peristiwa atau sesuatu yang besar dan luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi sebagai bukti kenabiannya. Namun mukjizat yang diberikan kepada seorang nabi lebih hebat dari mukjizat yang diberikan kepada nabi sebelumnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf Ayat 46-50

Surah Az-Zukhruf Ayat 46
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِۦ فَقَالَ إِنِّى رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: “Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِۦ (Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya) yaitu bangsa Kobtik, فَقَالَ إِنِّى رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (maka Musa berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Rabb seru sekalian alam.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman mengabarkan tentang seorang hamba dan utusan-Nya, yaitu Musa as. yang diutus-Nya kepada Fir’aun dan para pembesarnya, yaitu para gubernur, para menteri, para panglima, para pengikut dari bangsa Qibthi dan Bani Israil.

Dia mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Mahaesa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, serta melarang mereka untuk menyembah selain-Nya. Dia utus bersamanya mukjizat-mukjizat besar, seperti tangannya, tongkatnya, dikirimnya topan, belalang, belatung, kodok dan darah, berkurangnya tanam-tanamna, jiwa dan buah-buahan.

Bersamaan dengan itu mereka tetap sombong dengan tidak mengikuti dan tidak tunduk kepadanya, mereka mendustakan dan mengejeknya serta menertawakan orang yang membawanya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah mengutus Nabi Musa kepada Fir’aun dan rakyatnya untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah. Nabi Musa diutus kepada Fir’aun dengan dilengkapi beberapa mukjizat, misalnya tongkat menjadi ular, tangan yang bercahaya, dan sebagainya.

Inti seruan Nabi Musa kepada Fir’aun adalah agar Fir’aun mengakui Allah sebagai Tuhan yang menciptakan dan memelihara seluruh alam ini, dan mengakuinya sebagai utusan-Nya. Penegasan berkenaan dengan Nabi Musa itu mengandung pula penegasan mengenai Nabi Muhammad saw.

Kaum kafir Mekah hendaknya juga mengimani Allah swt sebagai Tuhan Yang Maha Esa, mengimani Muhammad saw sebagai Rasul-Nya dan mengimani mukjizatnya yang utama yaitu Al-Qur’an. Selanjutnya penegasan itu mengandung arti bahwa agama yang diserukan Nabi Muhammad sama dengan yang diserukan Nabi Musa dan seluruh nabi, yaitu Islam. Allah berfirman: Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. (Ali ‘Imran/3:19) .

Tafsir Quraish Shihab: Kami, sungguh, benar-benar telah mengutus Mûsâ, dengan membawa mukjizat yang membuktikan kebenarannya, kepada Fir’aun dan kaumnya. Mûsâ berkata, “Aku adalah rasul Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta yang diutus kepada kalian.” Tetapi mereka malah menuntut agar Mûsâ mendatangkan mukjizat yang lain.

Surah Az-Zukhruf Ayat 47
فَلَمَّا جَآءَهُم بِـَٔايَٰتِنَآ إِذَا هُم مِّنۡهَا يَضۡحَكُونَ

Terjemahan: “Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya.

Tafsir Jalalain: فَلَمَّا جَآءَهُم بِـَٔايَٰتِنَآ (Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjirat-mukjizat Kami) yang menunjukkan kebenaran risalah-Nya إِذَا هُم مِّنۡهَا يَضۡحَكُونَ (dengan serta merta mereka menertawakannya.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman mengabarkan tentang seorang hamba dan utusan-Nya, yaitu Musa as. yang diutus-Nya kepada Fir’aun dan para pembesarnya, yaitu para gubernur, para menteri, para panglima, para pengikut dari bangsa Qibthi dan Bani Israil.

Baca Juga:  Surah Az-Zukhruf Ayat 66-73; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dia mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Mahaesa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, serta melarang mereka untuk menyembah selain-Nya. Dia utus bersamanya mukjizat-mukjizat besar, seperti tangannya, tongkatnya, dikirimnya topan, belalang, belatung, kodok dan darah, berkurangnya tanam-tanamna, jiwa dan buah-buahan.

Bersamaan dengan itu mereka tetap sombong dengan tidak mengikuti dan tidak tunduk kepadanya, mereka mendustakan dan mengejeknya serta menertawakan orang yang membawanya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan sikap Fir’aun dan kaumnya terhadap seruan Nabi Musa. Mereka meminta Nabi Musa menyampaikan bukti-bukti kerasulannya, lalu Nabi Musa menyampaikan mukjizat-mukjizatnya, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, dan lain-lain. Tetapi mereka menertawakannya dan mengejeknya.

Nabi Muhammad pun diperlakukan demikian oleh kaum kafir Mekah. Mereka menuduhnya pesihir dan pembohong (shad/38: 4), dan menuduh Al-Qur’an itu mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad saw. (al-Anbiya’/21: 5).

Apa yang disampaikan dalam ayat ini meringankan tekanan batin yang diderita Nabi saw akibat penentangan yang keras dari kaum kafir Mekah. Dari isi ayat itu Nabi saw memperoleh pelajaran bahwa sudah menjadi kebiasaan seorang nabi ditentang oleh kaumnya, karena itu yang ditentang bukan hanya dia, tetapi seluruh nabi. Ia harus sabar dan tabah menghadapi segala tantangan, sebagaimana Nabi Musa sabar dan tabah menghadapi Fir’aun dan balatentaranya, sehingga ia memperoleh kemenangan.

Begitu pula Nabi Muhammad saw, bila sabar dan tabah, maka ia juga akan memperoleh kemenangan atas kaum kafir Mekah di dunia ini juga, yang kemudian dibuktikan dengan hancurnya pasukan kafir Mekah pada Perang Badar.

Tafsir Quraish Shihab: Dan ketika Mûsâ datang membawa mukjizat yang menguatkan misi kerasulannya, mereka segera menyambut kedatanganya dengan tertawa, sebagai cemoohan dan ejekan, bukan malah merenungkannya.

Surah Az-Zukhruf Ayat 48
وَمَا نُرِيهِم مِّنۡ ءَايَةٍ إِلَّا هِىَ أَكۡبَرُ مِنۡ أُخۡتِهَا وَأَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

Terjemahan: “Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

Tafsir Jalalain: وَمَا نُرِيهِم مِّنۡ ءَايَةٍ (Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu tanda) yang menunjukkan azab Kami seperti banjir, topan, yaitu berupa air bah yang melanda rumah-rumah mereka yang ketinggiannya mencapai leher orang yang sedang duduk, hal ini berlangsung selama. tujuh hari, dan juga belalang-belalang yang memusnahkan tanaman-tanaman mereka إِلَّا هِىَ أَكۡبَرُ مِنۡ أُخۡتِهَا وَأَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ (melainkan tanda atau azab itu lebih besar daripada azab-azab lainnya) yang sebelumnya. وَأَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali) sadar dari kekafirannya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا نُرِيهِم مِّنۡ ءَايَةٍ إِلَّا هِىَ أَكۡبَرُ مِنۡ أُخۡتِهَا (“Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat sebelumnya.”) akan tetapi mereka tetap tidak kembali dari penyimpangan dan kesesatan mereka serta kebodohan dan kepandiran mereka.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mukjizat adalah sesuatu peristiwa atau sesuatu yang besar dan luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi sebagai bukti kenabiannya. Namun mukjizat yang diberikan kepada seorang nabi lebih hebat dari mukjizat yang diberikan kepada nabi sebelumnya. Begitu pula mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa.

Dalam Surah al-Isra’/17: 101 dinyatakan bahwa Nabi Musa diberi sembilan macam mukjizat, yaitu tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, kemarau panjang, laut terbelah, topan yang dahsyat, belalang yang memusnahkan tanaman, kutu yang menimbulkan penyakit, kodok yang menjadi hama, dan air minum yang berubah menjadi darah yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan kaumnya dalam bentuk bencana untuk menyadarkan mereka, sebagaimana firman Allah:

Baca Juga:  Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 275-281; Hukum Riba

Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (al-A’raf/7: 133)

Dengan ditimpakannya bencana-bencana itu kepada Fir’aun dan pengikut-pengikutnya diharapkan mereka akan kembali, yaitu beriman. Tetapi tidak demikian, mereka tetap membangkang. Begitu pula dengan Nabi Muhammad saw, beliau telah menyampaikan kepada kafir Mekah mukjizatnya yang terbesar, yaitu Al-Qur’an. Tetapi mereka tetap menolaknya dan menyatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad saw.

Tafsir Quraish Shihab: Setiap mukjizat yang datang menyusul mukjizat-mukjizat sebelumnya selalu lebih besar dari yang sebelumnya itu. Karena, memang, mukjizat-mukjizat itu amat jelas membuktikan kebenaran rasul, dapat menjelaskan sendiri maksud itu dan karena begitu sempurnanya. Sehingga, jika diperhatikan, akan dikatakan,

“Mukjizat itu lebih besar dari mukjizat sebelumnya.” Dan ketika mereka tetap berada dalam kesewenang-wenangan, Kami pun menimpakan berbagai macam musibah dan bencana kepada mereka agar mereka meninggalkan kesesatan.

Surah Az-Zukhruf Ayat 49
وَقَالُواْ يَٰٓأَيُّهَ ٱلسَّاحِرُ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ إِنَّنَا لَمُهۡتَدُونَ

Terjemahan: “Dan mereka berkata: “Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.

Tafsir Jalalain: وَقَالُواْ (Dan mereka berkata) kepada Musa tatkala mereka melihat adanya azab itu, يَٰٓأَيُّهَ ٱلسَّاحِرُ (“Hai ahli sihir!) maksudnya, hai orang yang alim lagi sempurna ilmunya! Dikatakan demikian karena menurut mereka ilmu sihir itu adalah ilmu yang paling diagungkan di kalaagan mereka,

ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ (Berdoalah kepada Rabbmu untuk kami, sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu) yakni Dia akan melepaskan kami dari azab ini jika kami beriman إِنَّنَا لَمُهۡتَدُونَ (sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk”) atau mau beriman.

Tafsir Ibnu Katsir: Setiap kali datang kepada mereka satu mukjizat dari mukjizat-mukjizat tersebut, merekapun merendahkan diri sambil mengungkapkan kata-kata lembut kepada Musa as., يَٰٓأَيُّهَ ٱلسَّاحِرُ (“Hai ahli sihir.”) yaitu orang yang ‘alim/ahli. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, karena orang-orang ‘alim/ahli di masa mereka adalah tukang-tukang sihir.

Sihir di masa mereka bukanlah sesuatu yang tercela, sehingga kata-kata itu bukan merupakan penghinaan, karena kondisi saat itu adalah kondisi dimana mereka membutuhkannya, yang tentu saja tidak sesuai.

Kata-kata ini hanyalah penghormatan menurut sangkaan mereka. Karena setiap kali mereka berjanji kepada Musa as, jika dia hilangkan adzab dari mereka, niscaya mereka akan beriman dan membiarkan Bani Israil bersamanya. Tetapi setiap kali itu pula mereka mengkhianati apa yang mereka janjikan itu.

Tafsir Kemenag: Fir’aun dan pengikut-pengikutnya merasakan bencana-bencana yang ditimpakan kepada mereka sangat dahsyat, lalu mereka memohon kepada Nabi Musa agar berdoa kepada Allah supaya melepaskan mereka dari azab itu. “Wahai tukang sihir!” kata mereka,

“Berdoalah kepada Tuhanmu sesuai dengan apa yang Ia janjikan kepadamu! Kami pasti menerima apa yang kau sampaikan.” Memanggil Nabi Musa tukang sihir sudah menunjukkan bahwa mereka menghina beliau dan tidak mempercayainya.

Baca Juga:  Surah Az-Zukhruf Ayat 57-65; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tetapi Nabi Musa tetap mengabulkan permintaan mereka, karena Allah memang telah menjanjikan kepadanya bahwa bila mereka beriman, azab itu akan dihentikan. Nabi Musa pun berdoa setelah mereka berjanji akan beriman, lalu Allah pun menghentikan azab tersebut.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika berbagai macam musibah dan bencana itu mengenai semua mereka secara merata, mereka pun meminta pertolongan kepada Mûsâ dengan mengatakan, “Wahai tukang sihir,”–padahal Mûsâ adalah seorang alim, bukan tukang sihir–“mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu seraya bertawassul dengan janji-Nya kepadamu agar Dia melepaskan siksaan ini dari kami. Kalau siksaan ini dilepaskan, kami pasti akan mau mengikuti petunjuk.”

Surah Az-Zukhruf Ayat 50
فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابَ إِذَا هُمۡ يَنكُثُونَ

Terjemahan: “Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya).

Tafsir Jalalain: (Maka tatkala Kami hilangkan) berkat doa Musa (azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri) janjinya, bahkan mereka masih tetap melaju di dalam kekafirannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Setiap kali datang kepada mereka satu mukjizat dari mukjizat-mukjizat tersebut, merekapun merendahkan diri sambil mengungkapkan kata-kata lembut kepada Musa as., yaa ayyuHas saahiru (“Hai ahli sihir.”) yaitu orang yang ‘alim/ahli. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, karena orang-orang ‘alim/ahli di masa mereka adalah tukang-tukang sihir.

Sihir di masa mereka bukanlah sesuatu yang tercela, sehingga kata-kata itu bukan merupakan penghinaan, karena kondisi saat itu adalah kondisi dimana mereka membutuhkannya, yang tentu saja tidak sesuai. Kata-kata ini hanyalah penghormatan menurut sangkaan mereka. Karena setiap kali mereka berjanji kepada Musa as, jika dia hilangkan adzab dari mereka, niscaya mereka akan beriman dan membiarkan Bani Israil bersamanya. Tetapi setiap kali itu pula mereka mengkhianati apa yang mereka janjikan itu.

Tasir Kemenag: Setelah azab dihentikan, ternyata mereka memungkiri janji mereka. Mereka tetap membangkang, Di dalam ayat lain peristiwa itu diterangkan pula: Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata,

“Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji. (Surah al-A’raf/7: 134-135)

Di dalam ayat itu diterangkan bahwa mereka berjanji bahwa bila mereka dilepaskan dari bencana-bencana itu, mereka akan beriman dan akan membebaskan Bani Israil dari siksaan dan perbudakan yang mereka perlakukan terhadap mereka. Tetapi semuanya itu hanyalah janji. Mereka tidak menepati janji itu, bahkan ingin mencelakakan Nabi Musa dan kaumnya.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi ketika Allah melepaskan penderitan mereka berkat doa Mûsâ, serta merta mereka mengingkari janjinya untuk beriman.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zukhruf Ayat 46-50 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S