Umar bin Khattab Pernah Menangis dan Tertawa Karena Kebodohannya

umar menangis dan tertawa

Pecihitam.org – Bagi umat Islam, siapa yang tak kenal dengan Umar bin Khatab salah satu dari empat sahabat Rasulullah yang utama. Umar bin Khattab terkenal gagah, sikapnya yang tegas dan kelembutan hatinya. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda,

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Seandainya ada nabi sesudahku maka ia adalah Umar bin Khatab”. (H.R Tirmidzi dan Ahmad)

Ada sebuah kisah menarik takkala Nabi Muhammad Saw suatu ketika mendapati Umar bin Khatab sedang menangis dan tertawa hampir bersamaan. Nabi kemudian bertanya apa gerangan yang menyebabkannya demikian. Umar bin Khatab lalu menjelaskan pada baginda Nabi, bahwa ia teringat bagaimana keadaan dirinya di masa jahiliyah dulu.

Mengapa Umar menangis, sebab teringat ketika masa jahiliyah. Umar bercerita.

“Dahulu aku punya seorang anak perempuan, aku ajak anak tersebut kesuatu tempat. Tiba ditempat yang aku tuju, aku mulai menggali sebuah lubang. Setiap kali tanah yang aku gali mengenai bajuku, maka anak perempuanku membersihkannya. Dia tidak mengetahui sesungguhnya lubang yang aku gali adalah untuk menguburnya hidup-hidup.

Selesai menggali lubang, aku melempar anak perempuanku kedalam lubang. Burrr…. dia menangis kencang sambil menatap wajahku….. Masih terngiang wajah anakku yang masih tidak mengerti apa yang dilakukan ayahnya sendiri dari bawah lubang.

Baca Juga:  Ikhlas, Perkara yang Mudah Diucapkan Namun Sulit untuk Dipraktekkan

Terbayang dibenakku, seandainya saja anak perempuan itu masih hidup, aku akan bisa bersamanya dan akan mendapatkan cucu yang banyak dari mereka.” Mendengar cerita itu meneteslah air mata Rasulullah Saw.

Lantas yang membuat Umar bin Khattab tertawa adalah ketika di masa jahiliyah ia terbiasa membuat patung-patung berhala. Terkadang ia membuatnya dari gandum dan manisan.

Umar kembali berkata, “Namun ketika dilanda lapar atau musim paceklik. Maka aku terpaksa mengambil bagian-bagian patung berhala tersebut kemudian memakannya ya Rasulullah. Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW pun turut tertawa.

Nah, Sudah barang tentu kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kisah Umar bin Khattab diatas. Zaman jahiliyah dikenal juga dengan masa kegelapan atau kebodohan. Di masa itu akal dan hati nurani manusia tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Contohnya saja dua hal diatas yang membuat Umar bin Khatab menangis dan tertawa ketika mengingatnya. Pada Zaman Jahiliyah perempuan dianggap seperti tidak punya harga sama sekali. Bahkan memiliki anak perempuan adalah aib yang besar.

Baca Juga:  Muhasabah Diri di Tengah Musibah dan Pandemi

Perempuan dianggap tidak berguna, tidak bisa berperang dan tidak bisa mewariskan kejayaan serta kemuliaan. Lebih parahnya lagi, perempuan dianggap seperti barang atau benda mati belaka sehingga bisa diwariskan.

Bukankah jika kita punya akal sehat akan mengatakan, bahwa engubur anak perempuan hidup-hidup sangatlah tidak manusiawi. Namun pada zaman Jahiliyah yang terjadi sebaliknya. Itu sebabnya tipikal orang-orang jahiliyah selain bodoh juga banyak disebut tidak mempunya hati nurani.

Peristiwa selanjutnya, dimana Umar bin Khatab memakan Tuhan yang ia telah buat sendiri. Jika logika dan akal sehat berfungsi sebagaimana mestinya maka jelas akan menolak hal tersebut. Masa Tuhan bisa dibuat dan dimakan atau Tuhan bisa dibuat dan dihancurkan? Anda sehat?

Kemudian, setelah hidayah masuk, Umar bin Khatab pun memeluk Islam dan menjadi sahabat Rasulullah Saw yang paling mulia. Ia lalu menyadari akan kebodohan yang pernah dilakukannya tersebut.

Baca Juga:  Pentingnya Sikap Sabar dalam Menerima Ujian

Umar sangat menyesali perbuatannya ketika dengan bodohnya ia mengubur hidup-hidup anak perempuannya. Karena itu Umar pun menangis ketika mengingat peristiwa tersebut. Di lain sisi Umar bin Khatab juga tertawa akibat kebodohannya. Umar teringat, bagaimana bisa, ia dulu membuat Tuhan yang ia sembah semdiri kemudian memakannya.

Segala puji bagi Allah Dzat sekalian alam, dengan syariat yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad Saw akhirnya mengeluarkan manusia dari kejahiliyahan. Kita sebagai umat manusia patut bersyukur karena rahmat dan hidayah-Nya terbebas dari kebodohan dan matinya hati nurani.

Semoga bermanfaat. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik