3 Alasan Mengapa Pondok Pesantren Dapat Bertahan Sampai Sekarang

3 Alasan Mengapa Pondok Pesantren Dapat Bertahan Sampai Sekarang

PeciHitam.org – Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Islam tertua di Indonesia pertama kali khususnya di tanah Jawa, didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, pada abad ke-15.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian semakin berkembang, di berbagai daerah hingga pada abad ke-19 muncul sebanyak 300 pesantren dan hingga saat ini berkembang semakin pesat. Data terakhir tahun 2018, Pangkalan Data Pondok Pesantren Kementerian Agama Republik Indonesia merilis bahwa pesantren di Indonesia berjumlah sekitar 21.321 lembaga.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam bukunya Tradisi Pesantren menjelaskan bahwa definisi pesantren merupakan sebuah asrama pendidikan tradisional yang mana para siswanya disebut santri semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.

Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai denga peraturan yang berlaku.

Nurcholis Madjid dalam bukunya Masyarakat Religius, menjelaskan bahwa Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.

Baca Juga:  Najwa Shihab: Pesantren Jadi Rumah Pemersatu Anak Bangsa

Disamping itu, kata pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti asrama atau hotel, di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedangkan di Aceh dikenal dengan istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau.

Dalam hal pendidikan, pesantren merupakan satu-satunya lembaga kependidikan yang tahan terhadap berbagai gelombang modernisasi. Menurut Aziyumardi Azra, yang menyebabkan pesantren tetap survive sampai hari ini disebabkan karena pesantren mampu menjawab tantangan zaman dengan menyesuaikan diri pada perkembangan zaman sekaligus tetap menjaga nilai-nilai otentisitas kultur pesantren tradisional (salafiyyah).

Sejak dilancarkannya perubahan atau modernisasi pendidikan Islam diberbagai dunia Islam, tidak banyak lembaga-lembaga pendidikan tradisional Islam seperti pondok pesantren yang dapat bertahan. Kebanyakan lenyap setelah tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan umum atau sekuler.

Nilai-nilai progresif dan inovatif diadopsi sebagai suatu strategi untuk mengejar ketertinggalan dari model pendidikan lain. Dengan demikian, pesantren mampu bersaing dan sekaligus bersanding dengan sistem pendidikan modern.

Baca Juga:  Bagaimana Masa Depan Pesantren Salafi Wahabi di Indonesia?

Menurut Abdurrahman Wahid ada tiga elemen yang membentuk pondok pesantren. Pertama, pola kepemimpinan pondok pesantren yang mandiri tidak tercampuri oleh Negara. Kepemimpinan kiai-ulama di pondok pesantren adalah sangat unik.

Relasi sosial antar kiai–ulama dan santri dibangun atas landasan kepercayaan. Ketaatan santri pada kiainya lebih kepada mengharapkan barakah sebagimana dipahami dalam konsep sufi.

Kemudian elemen yang kedua, dilihat dari proses lahirnya, pondok pesantren merupakan institusi keagamaan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

Lembaga pesantren tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat dengan memposisikan pesantren sebagai bagian masyarakat dalam pengertiannya yang transformatif.

Ketiga, pendidikan pesantren pada dasarnya merupakan pendidikan yang sarat dengan nuansa transformasi sosial. Pesantren telah mampu membuat masyarakat menyadari tentang arti kehidupan yang sebenarnya dan mengetahui persoalan yang mereka hadapi sehingga mereka menjadi tidak gampang serta lebih mampu menyikapi kehidupan dengan segala kerumitan persoalannya.

Pesantren berusaha meletakkan visi dan kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial yang pada mulanya ditekankan kepada pembentukan moral keagamaan. Pembentukan moral keagamaan inilah yang menjadi fokus arah pembelajan dalam dunia pesantren.

Baca Juga:  Bangun Pesantren; LAPAR, LKPMP dan PP IMDI Dorong Perda Pesantren

Budaya pesantren yang menekankan kesetaraan, kerakyatan dan keadilan telah melahirkan suatu perubahan masyarakat yang modern. Namun tetap berpijak pada landasan tradisionalitas dan moralitas.

Pesantren telah menemukan kemajemukan dan kedinamisan sebagai sebuah lembaga multi personal yang melibatkan partisipasi dan peran kiai, santri, ustadz, masyarakat, serta pemerintah pemerintah.

Demikianlah hal-hal yang menyebabkan pondok pesantren dapat bertahan hingga saat ini, sekaligus menjadi benteng terakhir dalam memelihara moralitas sosial serta keagamaan. Wallahu A’lam.

Mohammad Mufid Muwaffaq