4 Cara Menghadapi Orang Sakaratul Maut

4 Cara Menghadapi Orang Sakaratul Maut

PeciHitam.org – Sebagai umat Muslim diajarkan untuk menghadapi orang sakaratul maut dan dianjurkan untuk memperbanyak dalam mengingat mati serta menyiapkan diri dengan istiqamah beribadah kepada Allah SWT untuk menyambut kematian dengan senantiasa bertaubat atas semua yang dilakukan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Rasulullah SAW bersabda:

أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Artinya: “Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus kenikmatan (kematian).” (HR. Ibnu Hiban)

Kematian bisa menemui siapa saja baik tua maupun muda sewaktu-waktu tanpa bisa diketahui apalagi dimajukan atau dimundurkan jadwalnya serta yang masih dalam keadaan sehat maupun yang sedang mengalami sakit semuanya bisa menemui kematian tanpa dapat diduga dan dikira-kira.

Banyak kasus kematian menghampiri seorang anak muda ketika ia sedang tenggelam dalam mimpinya dan banyak pula orang tua yang sudah begitu renta justru masih panjang masa hidupnya padahal setiap harinya selalu berjaga dan mempersiapkan diri jika datang ajalnya.

Orang yang dalam keadaan sakit juga dianjuran untuk mengingat kematian dan menyiapkan diri agar menjadi lebih tabah, sedangkan bagi keluarga atau orang yang berada di sekeliling orang yang telah terlihat adanya tanda-tanda datangnya ajal ada beberapa hal yang mesti dilakukan dalam menghadapi orang sakaratul maut.

Baca Juga:  Karakter Pemimpin Tergantung Rakyatnya, Perbaiki Diri Jika Ingin Pemimpin yang Baik

Kitab Al-Fiqhul Manhaji di dalamnya Dr. Musthafa Al-Khin menyebutkan ada empat hal yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang sedang mengalami sakaratul maut atau (naza’).

Keempat hal menghadapi orang sakaratul maut tersebut adalah:

  • Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat.

Memiringkan tidur orang tersebut ke sisi badan sebelah kanan untuk menghadapkan wajahnya ke arah kiblat dan bila hal tersebut dirasa susah dan sulit maka menelentangkan dengan posisi kepala sedikit diangkat sehingga wajahnya menghadap ke kiblat maka lebih baik dan demikian pula kedua ujung kakinya disunahkan untuk dihadapkan ke arah kiblat.

  • Mentalqin atau mengajari orang yang sedang sakatratul maut dengan Syahadat.

Disunahkan mentalqin atau mengajari orang yang sedang sakaratul maut dengan kalimat syahadat dengan cara yang halus dan tidak memaksa untuk ikut menirukan ucapan syahadat tersebut, serta cukup dengan mengulang-ulang memperdengarkan kalimat syahadat di telinganya tanpa menyuruh untuk mengucapkannya.

Baca Juga:  Hasan al Bashri: Hati yang Mati Sebab Melakukan Dosa Diatas Dosa

Rasulullah SAW bersabda:

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Artinya: “Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian dengan kalimat la ilaha illallah.” (HR. Muslim)

  • Membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sakratul maut.

Disunahkan membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sakaratul maut karena keutamaan surat Yasin sangat banyak dan hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

اقرؤوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس

Artinya: “Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.” (HR. Ibnu Hiban)

  • Dianjurkan berbaik sangka kepada Allah SWT.

Orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-tanda kematian maka dianjurkan untuk berbaik sangka kepada Allah SWT, karena dalam keadaan tersebut yang terbaik dilakukan ialah berfikir positif dan membuang jauh-jauh bayangan dosa serta kemaksiatan yang telah diperbuat dan dianjurkan untuk membayangkan Allah SWT akan menerima dan mengampuni semua dosanya.

Baca Juga:  Tiga Wasiat Rasulullah Kepada Abu Darda untuk Kaum Muslimin

Sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim menyatakan:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

Artinya: “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku (Allah).”

Para ulama mengajarkan bahwa ketika seseorang dalam keadaan sehat agar menyeimbangkan rasa takutnya terhadap siksa Allah SWT dan harapan terhadap rahmat Allah SWT dalam dirinya, ada pula yang mengatakan rasa takut kepada Allah SWT harus lebih banyak dari pada harapannya terhdap Allah SWT.

Namun ketika seseorang dalam keadaan sakit dan telah dekat dengan sakaratul maut agar harapan pada rahmat Allah SWT harus lebih besar dari pada rasa takut kepada Allah atau bahkan hanya ada harapan saja di dalam dirinya kepada rahmat Allah SWT serta harus yakin bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa dan melimpahkan rahmat kasih sayang kepadanya.

Mochamad Ari Irawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *