5 Periode Pemerintahan Khalifah Abbasiyah

5 Periode Pemerintahan Khalifah Abbasiyah

PeciHitam.org – Pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah, wilayah geografis dunia Islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Luasnya daerah kekuasaan Khalifah Abbasiyah ini mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah lainnya. Asimilasi budaya dan peradaban setiap daerah menjadi tidak terelakkan. Nyanyian dan musik menjadi booming dalam kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Anak-anak khalifah diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka. Seniman-seniman terkenal bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya Ishaq. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan wanita.

Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistem Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi.

Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Ketika Khalifah Abasiyah memegang tampuk kekuasaan tertinggi Islam, terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat.

Baca Juga:  Enam Jalur Masuknya Islam di Bumi Nusantara

Kekuasaan bani Abassiyah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang berkisar tahun 132 H sampai 656 H (750 M-1258 M) yang dibagi menjadi 5 periode :

  1. Periode pertama (132 H/750 M- 232 H/847 M). Di sebut periode pengaruh Persia pertama.
  2. Periode kedua (232 H/847 M- 334 H/945 M). Di sebut masa pengaruh Turki pertama.
  3. Periode ketiga (334 H/ 945 M – 447 H/1055 M). Masa kekuasaan dinasti Buwaih atau pengaruh Persia kedua.
  4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M). Merupakan kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan atau pengaruh Turki dua.
  5. Periode kelima (590 H/1194 M – 565 H/1258 M). Merupakan masa mendekati kemunduran dalam sejarah peradaban Islam.

Pada periode pertama ini, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa kegemilangannya. Khalifah merupakan pusat kekuasaan politik dan sekaligus agama. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Baca Juga:  Kerajaan Aceh Darussalam dan Potret Sejarah Kejayaan Islam di Nusantara

Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya,yaitu di Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Di ibu kota yang baru ini al Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif.

Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Muhammad ibn Abdurrahman dipercaya sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara.

Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekadar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Baca Juga:  Ghanimah Hunain, Harta Rampasan yang Menimbulkan Beragam Polemik dan Fitnah

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *