AGH Baharuddin HS; Mursyid Tariqah, Rais Syuriah NU Kota Makassar

AGH Baharuddin HS

Pecihitam.org – AGH Baharuddin HS dilahirkan pada tanggal 23 Jumadil Akhir 1367 H bertepatan 5 Februari 1848 M di WatanTa, Bone. Lahir dari keluarga cinta ilmu. Ayahnya, AGH. Abduh Shafa adalah sosok ulama yang istiqamah dan cukup disegani kalangan masyarakat di desa Cakkeware, Bone dan sekitarnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

AGH Baharuddin HS mengaji al-Qur’an dan kitab kuning langsung dari ayahnya saat usianya masih belasan tahun. Beliau mengaji bersama AGH. Ilyas Salewe, AGH. Abunawas Bintang dan AGH. Muhammad Harisah AS.

Meski berada jauh dari perkotaan, bahkan berada di desa sangat terpencil, tetapi di desa itulah AGH. Abduh Shafa mengajarkan kitab kuning standar seperti matan jurumiyah dan Safinatun Najah.

Berbekal ilmu yang dipelajari dari AGH Abduh Safa yang juga alumni DDI Mangkoso, murid langsung AGH. Abdurahman Ambo Dalle itu, maka AGH. Baharuddin HS dikirim dari Cakkeware menuju kota Sengkang.

Terdaftar sebagai santri di Pesantren As’adiyah yang kala itu dipimpin AGH. Muh. Yunus Maratan. Menempuh pendidikan pada tingkatan Madrasah Ibtidaiyah (1962), Madrasah Tsanawiyah (1965), dan Madrasah Aliyah (1968) hingga mengabdi di Pesantren As’adiyah.

Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat Abdullah bin Abdul Muththalib Ayah Nabi Saw

Salah satu kebijakan AGH. Muh. Yunus Maratan, kala itu, setiap alumni diharuskan mengabdi pada cabang-cabang As’adiyah. Sebagai alumni, AGH Baharuddin HS mendapat tugas di Madrasah Ibtidaiyah cabang Atapange, sekaligus menjabat kepala madrasah PGA 4 tahun As’adiyah cabang Atapange, Wajo.

Setelah menjalankan amanah tersebut, beliau kemudian hijrah ke Makassar menyusul saudaranya, AGH. Muh. Harisah AS.

Di Makassar, AGH. Baharuddin HS mengikuti pengajian sejumlah ulama dan melanjutkan pendidikan di Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar untuk mendalami bahasa Arab yang telah dipelajarinya sejak kecil.

Kecintaanya terhadap Bahasa Arab diwarisi dari ayahnya sekaligus dari AGH. Mustafa Nuri LAS yang aktif mengajar di UIN Alauddin hingga kini. Meraih gelar sarjana muda (1975), sarjana (1986). Kemudian melanjutkan pada program pascasarjana IAIN Alauddin, selesai 1996.

Di tengah kesibukannya mengajar di UIN Alauddin, kecintaanya pada ilmu semakin tinggi, sehingga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan meraih gelar doktor di bidang tafsir pada tahun 2002.

Baca Juga:  KH Abdul Choliq Hasyim; Putra Keenam Mbah Hasyim, Pahlawan yang Terlupakan

Setelahnya, beliau memutuskan kembali ke Makassar untuk mengabdikan diri dengan mengajar di perguruan tinggi serta aktif memberi pengajian kitab kuning di beberapa tempat.

Diantaranya mengajarkan kitab Khasinatul Asrar dan kitab al-Hikam di Pesantren An-Nahdlah, juga di Masjid Raya dan beberapa masjid di kota Makassar. Menjabat Direktur IMMIM (2003-2007) dan Syaikhul ma’had An-Nahdlah.

Beliau sosok sederhana, aktif mengajar tafsir dan bahasa Arab di UIN Alauddin, baik di Fakultas Adab dan Humaniora maupun di Pascasarjana. Selain bergelut dengan dunia akademik, juga aktif merawat tradisi pesantren serta berorganisasi.

Beliau produktif menulis termasuk mengasuh rubrik Hikmah Tribun Timur 2013, juga aktif berolahraga dan pecinta beladiri. Diantara karya tulisnya;

  • Al-Mu’arrab wa al Dakhil min awamil tanmiyat allugah al-arabiyah (2003),
  • Ayat-Ayat Sufistis dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Alusi (2011),
  • Pengaruh Rasm Usmani Terhadap Perkembangan Kaligrafl Islam (2012).
Baca Juga:  Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Bani Umayyah yang Dikenal Sebagai Khulafaur Rasyidin Kelima

Hingga saat ini beliau masih Aktif sebagai rais syuriah NU Kota Makassar, Ketua Umum MUI Kota Makassar, disamping tetap aktif sebagai Mursyid Tarekat Al-Muhammadiyah As-Sanusiyah yang diijazahkan oleh AGH. Sayyid Rijal Assegaf.

Beliau juga masih aktif mengisi pengajian di sejumlah masjid, diantaranya Masjid Raya Makassar, Masjid Al-Markaz Al-Islami, Masjid Raudhatul Muflihin Pasar Terong, termasuk membina pengajian kitab kuning yang rutin digelar di kediamannya setiap Ahad Pagi.

Referensi;
Firdaus Muhammad, Anregurutta (2017)

M Resky S

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *