Burdah Imam Bushiri, Qasidah Terkenal yang Diklaim Bid’ah dan Syirik??

Burdah Imam Bushiri, Qasidah Terkenal yang Diklaim Bid'ah dan Syirik??

PeciHitam.org Pujian kepada Rasulullah SAW dalam khazanah Islam bisa berbentuk shalawat dan Qasidah. Salah satu Qasidah yang sangat terkenal dikalangan umat Islam dan sering dibacakan dalam majlis Ilmu adalah Qasidah Burdah Imam Bushiri.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Qasidah yang sering dicap ‘Biang Musyrik’ ini tetap popular karena mengandung keagungan dan keindahan tata bahasa sangat tinggi. Pengarangnya  adalah seorang Ulama Mesir yang hidup sekitar abad awal ke-7 Hijriyah.

Burdah sendiri adalah sebuah Istilah bagi selimut bergaris yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada Ka’ab bin Zuhair atas pujian yang beliau haturkan kepada Nabi. Pujian dalam bentuk Qasidah oleh Ka’ab bin Zuhair adalah wujud permintaan maaf dan awal keislamannya.

Tradisi Islam di Nusantara sangat mencintai pembacaan Burdah, walaupun banyak pihak yang ‘mengklaim’ diri hakim kemusyrikan berkoar. Tidak lain sebagai wujud kecintaan dan pengagungan kepada baginda Muhammad SAW, Nabi pelita Umat Manusia terakhir.

Daftar Pembahasan:

Burdah dan Sejarah Imam Bushiri

Burdah dicatat dalam sejarah Islam pada masa perseteruan Ka’ab bin Zuhair yang menghina Rasulullah SAW. Ka’ab sendiri adalah seorang seniman puisi/ penyair yang pada sangat membenci islam dan Muhammad SAW. Ia sering mengejek Nabi SAW sebagai pemabuk yang sering mengigau mengucapkan mantra sihir, yang aslinya adalah membacakan ayat  Al-Qur’an.

Kemarahan utama kepada Ka’ab adalah dari Sahabat beliau yang meminta izin untuk mengeksekusi Ka’ab karena sudah keterlaluan. Nabi SAW mengizinkan dan Ka’ab ketakutan akan dibunuh, oleh karenanya ia diam-diam menemui Nabi untuk meminta maaf.

Nabi SAW memaafkan dan Ka’ab masuk Islam kemudian menciptakan sebuah pujian berupa Qasidah. Puisi gubahan Ka’ab bin Zuhair dibacakan didepan Nabi sepanjang 59 bait yang terkenal dengan nama Banat Su’ad.

Kegembiraan Nabi SAW mendengar pujian Ka’ab, maka beliau menghadiahkan sebuah selimut bergaris yang dalam bahasa Arab disebut Burdah.

Oleh karenanya, setiap ada pujian kepada Nabi SAW kemudian hari dinamakan Burdah seperti Burdah Imam Bushiri. Cerita Burdah Imam Bushiri tidak terlepas dari sakit yang dialami Ulama yang bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad ibnu Sa’id al-Bushiri. Beliau sakit stroke selama sebulan tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya.

Ketika tidur beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan mengutarakan keinginan menciptakan pujian bagi Nabi. Tujuannya untuk memuji Rasulullah dalam sebuah untaian kata indah, dan Nabi mengijinkannya.

Seminggu kemudian, Qasidah pujian selesai dan dibacakan Imam Bushiri didepan Rasulullah SAW sepanjang 154 bait dalam mimpi. Rasulullah dalam mimpi tersebut tersenyum menandakan ridha dan mengusap badan Imam Bushiri, seketika bangun stroke Imam Bushiri sembuh.

Baca Juga:  Doa Ketika Terkena Musibah Gunung Meletus, Banjir, Tanah Longsor dan Lainnya

Cerita ini menunjukan bahwa Burdah Imam Bushiri direstui oleh Nabi Muhammad SAW melalui mimpi. Bahwa mimpi bertemu Rasulullah SAW bukanlah mimpi kembang tidur belaka sebagaimana Imam Bukhari, Imam Suyuthi dan Imam Ghazali mengalaminya ketika menyusun kitab Sahih Bukhari, Tafsir Jalalain dan Ihya Ulumuddin.

Mimpi bertemu Rasulullah oleh sebagian Ulama Makrifat bahkan digunakan sebagai media konfirmasi terhadap karya para Ulama salaf. Kofirmasi bahwa karya yang sedang disusun berkesesuaian dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Tidak terkecuali Qasidah Burdah Imam Bushiri disetujui Rasulullah SAW melalui mimpi, oleh karenanya tidak pantas untuk mengecap Burdah Imam Bushiri bertentangan dengan Islam.

Burdah, Bidah dan Syirik ?

Imam Bushiri adalah Ulama yang dilahirkan Maroko akan tetapi tumbuh besar di Desa Busir, dekat lembah sungai Nil. Beliau seorang yang ‘Alim dengan berbagai spesifikasi keilmuan dalam bidang tarekat, syair, syariat dan lain sebagainya.

Beliau hidup sezaman dengan syaikh Izzudin bin Abi Salam, pengarang kitab Syajaratul Ma’arif dan Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili. Imam Bushiri sendiri bagian dari mursyid tarekat Syadziliyah, murid Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili.

Serangan orang tidak menyukai Burdah Imam Bushiri, dan mengingkari pertemuan Imam Buhsiri dengan Rasulullah SAW didalam mimpi. Padahal ada hadits dari Abu Hurairah RA yang menerangkan;

من رآني في المنام فقد رآني فإن الشيطان لا يتخيل بي

Artinya; “Siapa yang melihatku dalam mimpi, dia benar-benar melihatku. Karena setan tidak mampu meniru rupa diriku.” (HR. Bukahri dan Muslim)

Tentunya jika mengingkari pertemuan Imam Bushiri dengan Rasulullah mengandung 2 kemungkinan.

Pertama, yaitu tidak mempercayai akan kebenaran Hadits Sahih di atas.

Kedua, Menuduh Imam Buhsiri adalah pembohong.

Dua kemungkinan inilah yang akan menjerumuskan orang pada rasa tidak percaya terhadap keutamaan Burdah Imam Bushiri.

Tuduhan lainnya yaitu tentang kebid’ahan Burdah dalam sejarah dan Khazanah keislaman. Banyak yang lupa bahwa riwayat Ka’ab bin Zuhair adalah riwayat shahih yang dapat ditelisik dalam buku tarikh.

Bukti tentang kebenaran keberadaan Burdah yang diberikan Rasulullah SAW kepada Ka’ab, hadiah pujian kepada Nabi, berada di Museum Topkapai di Istanbul Turki.

Klaim syirik yang dialamatkan kepada Qasidah Burdah Imam Busyiri tidak terlepas dari kedudukan Rasulullah SAW dihadapan Allah SWT dan keistimewaanya.

Baca Juga:  Amalkan Doa dan Shalawat Ini Agar Terhindar dari Penyakit Berbahaya

Tuduhan syirik pada Burdah Imam Bushiri sangat kental dengan ketidak-pahaman dan gerakan purfikasi Islam yang kebablasan. Aspek bahasa dan pesan puitis tidak dipahami secara utuh dan berkeilmuan.

Sanggahan Klaim Bid’ah dan Syirik Burdah

Tuduah bid’ah terhadap Burdah Imam Bushiri berdasar pada Redaksi Burdah yang sangat jauh dari masa Rasulullah SAW. Kebanyakan orang yang menuduh Burdah sebagai ajaran bid’ah tidak mempercayai riwayat sejarah Hidup Ka’ab bin Zuhair dan kisah ia masuk Islam.

Tarikh Islam jelas menerangkan bahwa Ka’ab bin Zuhari bin Abi Salma adalah tokoh nyata, bukan tokoh fiktif. Banyak kajian Banat Su’ad karya Ka’ab atas pujian yang dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW.

Bisa dikatakan bahwa Burdah adalah hasil Sunnah Taqririyah, karena Rasulullah tidak mengajarkan dan mencontohkan akan tetapi membiarkan dan menyetujui Burdah Banat Su’ad karya Ka’ab bin Zuhair.

Dan karya Burdah Imam Bushiri tidak lain adalah bentuk lain pujian kepada Nabi SAW melalui sebuah Qasidah atau puisi, sebagaimana yang dilakukan oleh Ka’ab bin Zuhair.

Jika tuduhan bid’ah kepada Imam Bushiri diteruskan maka ia mengingkari kebenaran mimpi bertemu Rasulullah dan kebenaran kisah Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.

Tuduhan Klaim sesat dan syirik dialamatkan kepada Burdah Imam Busyiri karena di dalamnya mengandung unsur-unsur ghuluw (berlebihan) dan syair kesesatan. Berikut tuduhan dan argumentasi counternya;

Bait Syair yang Dituduh Ghuluw/ Berlebihan dalam Memuji

وَكَيْفَ تَدْعُوْ إِلَى الدُّنْيَا ضَرُوْرَة مَنْ      لَوْلاَهُ لَمْ تُخْرَجِ الدُّنْيَا مِنَ الْعَدَمِ

Bagaimana engkau menyeru kepada dunia – Padahal kalau bukan karenanya (Nabi) dia tiada tercipta

Penjelasan tentang kebenaran pesan dalam bair syair di atas diutarakan oleh para Ulama tentang derajat dan keistimewaan Rasulullah SAW sebagai berikut;

إنه صلى الله عليه وسلم لا تدعوه الضرورة والحاجة الى حطام الدنيا فإن الدنيا ما أخرجت الى الوجود إلا لأجله

Artinya; “Rasulullah saw sesungguhnya tidak dapat dipaksa oleh keadaan darurat, karena pada hakikatnya dunia tidak akan ada, kecuali karena adanya Rasulullah saw itu sendiri.”

Perdebatan tentang  kedudukan Rasulullah SAW dalam Islam sudah menjadi perdebatan klasik yang tidak usai. Syafaat, keistimewaan hak rasulullah Saw juga sering digugat. Bentuk delegitiminasi terhadap Rasulullah SAW banyak diutarakan golongan purifikasi Islam yang keterlaluan.

Kitab Futuhatul Makiyyah karya Syaikh Ibnu ‘Arabi banyak menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki hak untuk memberi syafaat Udzma kepada kaum Muslimin, dan sebab diciptakannya bumi memang karean Nur Muhammad SAW.

Baca Juga:  Bacaan Lengkap Wirid Rabithah dan Keutamaannya dalam Hadis Nabi

Bait Syair Pintu Kesyirikan

Tuduhan kesyirikan oleh orang pengingkar dialamatkan kepada Syair Imam Bushiri dalam Qasidah berikut;

دع ما ادعته النصارى في نبيهم     واحكم بما شئت مدحاً فيه واحتكم

Artinya; “Tinggalkanlah tuduhan kaum nasrani tentang nabi-nabi mereka
Tetapkanlah untaian pujian kepada para nabi mereka, pujian apapun yang engkau suka tanpa berlebihan dan belalah mereka dengan gigih.

Klaim tuduhan yang diutarakan golongan pembenci burdah karena memang atas dasar keengganan terhadap Burah Imam Bushiri. Penjelasan untuk mengcounter anggapan sesat dan syirik pembenci burdah adalah sebagai berikut;

اترك ما قاله النصارى في نبيهم عيسى بن مريم عليه السلام إنه بن الله كما أخبره الله عنهم فإنه صلى الله عليه وسلم نهى عن مثل ذالك وقال لا تطروني كما أطرت النصارى عيسى ثم احكم بعد ذالك من جهة المدح للرسول صلى الله عليه وسلم من أوصاف الكمال اللائق بجلال قدره وخاصم في إثبات فضائله من شئت من الخصماء.

Artinya; “Tinggalkanlah apa yang dikatakan orang-orang Nashrani tentang nabi-nabi mereka, yakni Isa bin Maryam, bahwa beliau adalah putra Tuhan seperti telah dikabarkan oleh Allah SWT. Sesungguhnya Rasulullah saw mencegah hal seperti itu serta bersabda: “Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang-orang Nashrani terhadap Isa.” Silakan, jika pun kalian mau memuji para nabi mereka dengan sifat-sifat kamaliyah yang sesuai dengan kadar derajat para nabi tersebut. Dan bela-lah nabi-nabi mereka dengan gigih di dalam menetapkan keutamaan-keutamaannya dari siapapun yang menentang dan membantahnya.”

Kebencian terhadap Qasidah Burdah Imam Bushiri seharusnya jangan menjadikan buta hati untuk membahas dalam meja musyawarah dan bahtsul Masail diniyah. Karena dengan berdiskusi tentang kedudukan Nabi SAW akan terang benderang kandungan Burdah Imam Buhsiri tersebut.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan