Cara Shalat Madzhab Manakah yang Paling Sesuai Sunnah Nabi?

Shalat yang Sesuai Sunnah Nabi

Pecihitam.org – Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, tata cara shalat antara Madzhab Syafi’i, Hanafi, Hambali dan Maliki memiliki sejumah perbedaan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah cara shalat yang mana yang paling sesuai Sunnah?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Karena jika kita kita melihat penjelasan tentang Shalat dari Semua Madzhab ini, pada dasarnya mereka berpatokan pada Hadits-hadits Nabi. Sementara, logikanya bahwa tidak mungkin gerakan Shalat Nabi itu selalu berubah.

Jadi cara shalat madzhab Mana yang Benar Sesuai Sunnah?

Pertanyaan ini sedikit agak sulit untuk dijawab. Kenapa? Karena seandainya kebenaran itu jelas dan tegas, tentu tidak akan muncul perbedaan, yang ada hanya akan ada satu versi saja. Tapi mari kita urai bersama…

1. Pembahasan Shalat dalam Al-Qur’an dan Hadits Belum Rinci dan Sistematis

Perlu dipahami bahwa adanya berbagai teknik atau cara shalat yang ada di berbagai mazhab, sebetulnya karena dalil Quran dan Sunnah itu sendiri belum detail menjelaskan tentang Shalat ini.

Penulis tidak bermaksud mengatakan bahwa keduanya tidak lengkap lho ya, namun kenyataannya memang masih membutuhkan Metode tertentu untuk dapat mengeluarkan hukumnya.

Andaikan di dalam Al-Quran terdapat petunjuk detail, lengkap, padat, rinci, sempurna dan siap pakai tentang tata cara gerakan dan bacaan shalat, pastinya tidak akan ada banyak bentuk gerakan shalat.

Baca Juga:  Syariat Mencukur Rambut Bayi: Keharmonisan Agama dan Budaya

Begitu pula, andai saja ada satu kitab hadits yang sudah dipastikan semuanya shahih, lalu detail teknis shalat di dalamnya dijelaskan semua tanpa adanya dua atau beberapa hadits yang isinya saling bertentangan, maka persoalan ini sudah selesai.

Nyatanya, hal tersebut tidaklah terjadi. Al-Qur’an bukanlah kitab petunjuk lengkap tentang tata cara shalat, begitu pula dengan semua kitab hadits yang ada.

2. Keshahihan Sebuah Hadits Terdapat Perbedaan Juga

Terkait masalah Hadits, tentunya terdapat Dinamika tersendiri yang menarik untuk dibahas. Karena jika bicara tentang Hadits, maka sebagian besar Hadits juga masih harus dikritisi tentang keshahihannya.

Namun, yang perlu kita pahami bahwa di antara jutaan Hadits Nabi, yang dishahihkan oleh Imam Al-Bukhari baru 4 ribuan hadits saja. Meskipun jumlah hadits di dalam kitab Shahihnya ada 7 ribuan, akan tetapi ada sejumlah hadits yang terulang-ulang. Maka jika diringkas, ternyata hanya terdapat sekitar 4 ribuan saja.

Adapun Hadits-hadits selebihnya yang tidak dishahihkan oleh Imam Bukhari, dishahihkan oleh imam yang lain. Sehingga dari sinilah muncul perbedaan pendapat, karena terkadang sebuah hadits dishahihkan oleh seorang Ulama Hadits, namun Ulama Hadits lainnya menolak keshahihannya.

Baca Juga:  Hukum Pajak dalam Islam, Benarkah Haram Mutlak?

Nah, kasus yang seperti inilah justru yang sangat besar dan banyak jumlahnya. Jumlahnya jauh melampaui hadits yang sudah disepakati keshahihannya oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

3. Shahih Tapi Masih Bertentangan

Tidak hanya dari perbedaan keshahihan sebuah Hadits, tapi bahkan Hadits yang sudah dishahihkan pun ternyata tidaklah semuanya membahas tentang shalat. Jikapun ada sebagiannya mengenai shalat, ternyata isinya pun seringkali saling bertentangan.

Bertentangan yang dimaksud dalam hal ini, misalnya ada hadits yang shahih menyebutkan bahwa Rasulullah SAW shalat di mana tangannya diletakkan di dada. Lalu ada juga hadits shahih yang lainnya justru menyebutkan bahwa tangannya diletakkan di perut, atau di bawah perut dan seterusnya.

Kondisi nyata yang telah dijelaskan di atas melahirkan ketidakseragaman dalam aturan shalat. Semua dalil yang ada telah membawa kita kepada perbedaan teknis tata cara shalat.

Bisa jadi kita sudah bertekad untuk bisa mengikuti tata cara shalat yang paling sesuai Sunnah Nabi SAW, akan Tetapi hasilnya tidak pernah ada yang bisa dipastikan 100% kebenarannya.

Baca Juga:  Hukum Memakan Kelamin Hewan yang Halal Dagingnya, Bolehkah?

Begitu pula sebaliknya, kita juga tidak bisa mengukumi yang berbeda dengan kita bahwa ia pasti 100% salah.

Maka dari itu, jika kita menemukan ada yang berbeda gerakan shalatnya, kita bisa maklum. Bahkan di dalam madzhab yang sam pun sangat bisa terjadi perbedaan. Boleh dikata bahwa perbedaan itu sudah merupakan sesuatu yang tidak mungkin dihindari.

Namun meski berbeda, dahulu para imam mazhab tidak pernah saling bermusuhan. Apalagi saling menjelekkan dan saling mengklaim kebenaran. Sifat mereka sangat berbeda dengan Umat zaman Now yang sering mengklaim diri sendiri atau kelompoknya saja yang paling mengikuti Sunnah, namun perilakunya justru bertentangan dengan sunnah Nabi yang lain.

Wallahu a’lam bishshawab

M Resky S

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *