Polemik Corona, Musibah atau Azab? Baca Penjelasannya Disini!

Polemik Corona, Musibah atau Azab? Baca Penjelasannya Disini!

PeciHitam.org – Sentimen atau kebencian keagamaan dalam merebaknya wabah corona diseret kedalam dua pembahasan yaitu musibah atau azab. Beberapa orang ada yang sampai hati dan tega menjustifikasi penderita sebagai obyek azab.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beberapa dari penuduh menyitir ayat surah al-Qashash ayat 59 sebagai dalil pengabsahannya;

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ في أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلا وَأَهْلُهَا ظَالِمُون

“Dan Tuhanmu tidaklah membinasakan banyak kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang Rasul (sang penyeru kebenaran) yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota; kecuali penduduknya melakukan kedzaliman” (Qs. Al-Qashash: 59)

Keyakinan bahwa ayat al-Quran adalah benar merupakan doktrin dasar Islam. Akan tetapi menyeret ayat Quran guna pembenaran pikiran jahat dan meraba-raba dalam ketidaktahuan merupakan perbuatan culas nan menjijikan.

Ayat muqaddas diseret-seret untuk menuduh beberapa tindakan sebuah negara terhadap golongan minoritas yang menjadi isu Agama beberapa waktu belakangan.

Penyeretan ayat ini, berakibat bagi sebagian orang yang mempercayai narasi terbsebut bahwa Azab Allah sedang turun pada negara tersebut. Murka Allah menjadi bahan tertawaan untuk kemudian mengeluarkan kata, rasain itu azab Allah!.

Sedangkan kita pasti dengan sadar memahami, bahwa itu sebuah Azab atau bukan azab atas perbuatan yang dilakukan, kita semua tidak mengetahui.

Baca Juga:  Ini 5 Sikap Nabi Ketika Mengunjungi Orang Sakit yang Wajib Kita Teladani

Karena Azab itu bagian dari sirrullah atau Rahasia Allah yang sebagai manusia hanya bisa menerka apa yang sedang terjadi sebagai bahan koreksi diri atau munasabah. Sebuah ayat menerangkan larangan Umat  Islam dalam menuduh seseorang dalam surah al-Hujurat ayat 12;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ (١٢)

Buruk sangka terhadap sesuatu yang berbau ghaib dan kita tidak mengetahui kebenaran atas tuduhan tersebut sangat berpotensi masuk klasifikasi/ mukhattab ayat di atas. Hal itu dimasukan dalam kategori memakan bangkai saudaranya sendiri.

Pada konteks wabah covid-19 yang menjadi pandemi dunia (yang terdampak bukan hanya orang Non-Muslim), sikap arif dan bijaksana adalah berperilaku akhlak yang mulia, berpasrah kepada Allah dan berikhtiar guna mencegah penyebarannya.

Baca Juga:  Bagaimana Budaya Pesta dan Selametan dalam Pandangan Islam?

Jangan malah memperkeruh dengan saling menuduh satu sama lain sebagai Azab. Yang pasti orang yang senang menuduh akan diazab Allah karena melakukan dosa suudzan.

Penutupan dan pemberhentian beberapa acara ibadah, sampai-sampai Kakbah di Kota Makkah dilockdown untuk menghindari wabah menyebar luas. Yang mana kejadian tersebut sangat langka terjadi dalam rentang sejarah Umat islam.

Jika dikomparasikan sebagai Azab, yang mana keseluruhan umat manusia bisa terserang penyakit hanya akan menimbulkan kesakitan, penuduhan bagi orang yang terkena. Penderitanya akan merasa tertuduh sebagai orang terazab.

Kiranya sebagai orang beriman kita harus mengingat kembali kepada surah al-Baqarah ayat 156 untuk selalu mengembalikan segalanya kepada Allah;

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun*” (Qs. Al-Baqarah: 156) *Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Baca Juga:  Subhanallah! Seorang Yahudi Pun Merasakan Keutamaan Maulid Nabi

Pada akhirnya sikap Husnudzan atau berbaik sangka harus dikedepankan. Dan jangan sampai kita memvonis orang lain dengan vonis yang hanya berdasar prasangka. Kita sama-sama berdoa semoga Allah segera mengangkat wabah ini.

Begitulah sedikit penjelasan tentang Corona yang menjadi polemik apakah dia merupakan sebuah musibah atau azab. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Mohammad Mufid Muwaffaq