Jika Setan Dibelenggu Saat Bulan Ramadhan, Mengapa Masih Ada Kemaksiatan?

setan dibelenggu saat ramadhan

Pecihitam.Org – Ramadhan adalah bulan suci penuh rahmat. Pahala berlipat ganda dijanjikan bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah di bulan istimewa ini. Tak heran jika ada banyak orang yang menyatakan bahwa setan dibelenggu saat bulan Ramadhan. Benarkah demikian?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Jika setan dibelenggu saat bulan ramadhan, mengapa kita masih sering menemukan berbagai kemaksiatan dan kejahatan terjadi di sekitar kita? Jika setan dibelenggu, bukankah mereka tidak bisa mengganggu manusia lagi?

Anggapan tentang setan dibelenggu pada bulan Ramadhan memang tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh banyak imam seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah, Imam Nasa’i, Imam Ibnu Hibban dan lain-lain dengan beragam teks.

Ada satu hadits yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

Artinya: “Apabila (tiba) bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta setan-setan dibelenggu.”

Dalam memahami hadits di atas, para ulama memiliki pendapat yang berbeda. Ada yang mengartikan hadis ini secara tekstual, ada pula yang memahaminya secara kontekstual. Prof. Ali Mustafa Yaqub mengungkapkan bahwa hadits tersebut bisa dimaknai secara tekstual dengan makna yang sebenarnya. Tujuan setan dibelenggu saat bulan Ramadhan adalah untuk mencegah mereka dari upaya menyakiti dan menggoda orang-orang yang beriman.

Baca Juga:  Sunnah Menjilati Jari Setelah Makan, Ini Hadits dan Manfaatnya

Namun jika didedah secara konotatif, maka pernyataan setan dibelenggu saat bulan Ramadhan bisa dipahami sebagai ungkapan tentang upaya orang yang berpuasa dalam menahan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Hal ini juga bisa diartikan bahwa upaya setan menggoda kaum Muslimin menjadi tidak maksimal karena umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa dan sibuk mengekang hawa nafsu dan meningkatkan ibadah.

Setelah memahami hadits ini secara tekstual, ada satu pertanyaan yang muncul yakni bagaimana mungkin hadits ini bisa dimaknai secara tekstual sementara banyak sekali kejahatan dan kemaksiatan yang tetap terjadi di bulan Ramadhan?

Kemaksiatan dan kejahatan tidak akan terjadi pada orang yang berpuasa mampu memelihara syarat dan adab puasa, atau memaknai hadits tersebut dengan pemahaman bahwa hanya sebagian setan saja yang dibelenggu, yaitu setan yang durhaka saja, tidak semuanya.

Baca Juga:  Onani dan Masturbasi: Hukum Merangsang Diri Sendiri dalam Islam

Sebab semestinya, umat Islam saling berlomba memperbanyak ibadah dan menahan hawa nafsu pada bulan Ramadhan. Hal ini bisa memperkecil frekuensi kejahatan di bulan Ramadhan. Imam As-Sindi berkata “Dibelenggunya setan tidak serta merta dapat menghilangkan maksiat terjadi, karena maksiat juga bisa datang dari hawa nafsu, bukan hanya dari setan, sebagaimana maksiatnya Iblis (yang bukan disebabkan godaan setan)”.

Prof. Quraish Shihab juga mengatakan bahwa kemaksiatan masih bisa terjadi di bulan Ramadhan karena disebabkan nafsu manusia dalam dirinya sendiri. Sesungguhnya, kemaksiatan datang dari dua jalan, yang pertama berasal dari diri sendiri yaitu hawa nafsu, dan yang kedua datang dari luar, yaitu setan.

Maka, jika setan dibelenggu saat bulan Ramadhan, kaum Muslimin masih harus menghadapi satu tantangan lagi, yaitu hawa nafsu. Sesungguhnya, itulah musuh yang harus kita hadapi dan harus kita kalahkan saat menjalankan ibadah puasa.

Baca Juga:  Empat Perilaku Nabi yang Bukan Sunnah, Apalagi yang Nomor 4, Haram Kamu Ikuti!

Kita boleh memaknai hadits di atas dengan pemahaman bahwa setan memang benar-benar dibelenggu saat bulan Ramadhan. Tapi, kita juga tidak boleh melupakan bahwa ada hawa nafsu dalam diri kita yang mesti dikendalikan. Kitalah yang akan menentukan apakaha hawa nafsu tersebut bisa memunculkan kejahatan dan kemaksiatan atau tidak.

Demikian. Semoga bermanfaat. Wallahu A’alam.[]

Ayu Alfiah