Hadits Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman, di Atas Menara Putih

Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman

Pecihitam.org – Ada sebuah hadis dalam Shahih Muslim yang sangat panjang dan diriwayatkan oleh al-Nawwas bin Sam’an. Hadis itu menyebutkan tentang turunnya Nabi Isa As di akhir zaman. Menariknya Nabi Isa nanti juga turun di Negeri Syam dimana juga dulu disana beliau dilahirkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Berikut adalah hadits yang dimaksud:

فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ، إِذْ بَعَثَ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ، شَرْقِيَّ دِمَشْقَ، بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ، وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ، إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ، وَإِذَا رَفَعَهُ يَنْحَدِرُ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ.

“…maka tatkala mereka dalam kondisi demikian itu, tiba-tiba Allah mengutus ‘Isa bin Maryam, ia turun di atas menara putih, di sebelah timur Damaskus. Isa mengenakan dua kain yang telah disepuh, meletakkan kedua tangannya di atas dua sayap malaikat, apabila ia menundukkan kepalanya, ia menjelajah, apabila ia mengangkatnya, keluar darinya bulir-bulir air seperti permata..”

Adapun kualitas hadits ini dianggap hasan oleh al-Bani. Hal ini juga disampaikan oleh al-Hakim yang mana itulah alasan mengapa Imam Muslim memasukkan hadits terseut dalam kitab shahih Muslim. Karena kualitasnya yang dianggap Hasan maka konsekuensinya bisa menjadi hujjah. Sebab secara struktural hadis ini hanya satu tingkat di bawah hadis shahih.

Sedangkan Syekh al-Idlibi dalam “Ahadits Fadhail al-Syam: Dirasah Naqdiyyah” (Hadis-Hadis Keutamaan Syam: Studi Kritis) melakukan penelitian ulang tentang kualitas hadits ini dan menyimpulkan bahwa hadis ini dhaif (lemah).

Jika diteliti hadits ini bersumber dari tiga orang rawi,

  • Pertama adalah al-Nawwas bin Sam’an
  • Kedua adalah Aus bin Aus
  • Ketiga adalah Kaisan.
Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 55 – Kitab Iman

Pertama, hadis riwayat al-Nawwas bin Sam’an dapat ditemukan dalam beberapa kitab seperti Shahih Muslim, Musnad Ahmad bin Hanbal, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Ibn Majah, al-Ahad, dan Mustadrak Imam Hakim.

Kemudian dari beberapa rangkaian sanad dalam riwayat al-Nawwas bin Sam’an terdapat seorang rawi bernama Yahya bin Jabir al-Tha’i yang di-jarh oleh beberapa ulama di antaranya Abu Hatim dan ‘Abdurrahman bin Jabir yang mengatakan bahwa ia adalah perawi yang lemah dan beberapa hadisnya diingkari. Itu sebabnya riwayat dari al-Nawwas bin Sam’an dianggap dhoif atau lemah.

Kedua, riwayat Aus bin Aus yang dapat dijumpai pada beberapa kitab seperti al-Mu’jam al-Kabir karya al-Thabrani, Fawaid Tamam karya Abu al-Qasim al-Razi.

Dari kitab-kita yang disebutkan tersebut, Aus meriwayatkannya langsung dari Nabi SAW tanpa melalui perantara dari siapapun. Hal ini disanggah oleh Abu Hatim al-Razi, bahwa jalur yang benar ialah dari Abu Hatim dari Ka’ab al-Ahbar seorang Yahudi yang masuk Islam di masa Abu Bakar. Itu sebabnya riwayat dari jalur Aus bin Aus ini juga cacat dan dianggap dhoif.

Ketiga, riwayat yang bersumber dari Kaisan yang dapat ditemukan dalam al-Ahad karya Ibn Abi ‘Ashim dan Ma’rifah al-Shahabah karya Abu Nu’aim.

Adapun rangkaian sanadnya melalui Hisyam bin Khalid dari al-Walid bin Muslim dari Rabi’ah bin Rabi’ah dari Nafi’ bin Kaisan dari Kaisan dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut Abu Hatim al-Razi, riwayat juga ini cacat sebab seharusnya dari Nafi’ bin Kaisan langsung kepada Nabi SAW tanpa melalui Kaisan. Sedangkan al-Walid bin Muslim dalam rangkaian sanad di atas merupakan mudallis. Sehingga, jalur dari Kaisan ini dianggap sangat lemah.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 517-518 – Kitab Waktu-waktu Shalat

Dalam kajian hadis, hadis yang bersumber dari al-Nawwas bin Sam’an merupakan hadis pokok, adapun dua hadis dari Aus bin Aus dan Kaisan adalah syahid (penguat dari jalur sahabat yang berbeda) atau pun mutabi’ (penguat dari jalur sahabat yang sama).

Kemudian status hadis dhaif bisa berubah menjadi hadits hasan li ghairihi, hanya jika dua riwayat lainnya lebih kuat kualitasnya atau minimal sepadan. Namun ternyata, dua riwayat lainnya malah lebih lemah dari riwayat pokoknya. Itulah alasan Syekh al-Idlibi menganggap bahwa hadits ini lemah.

Meskipun bahwa hadis ini lemah, namun tetap perlu kiranya kita mengetahhuui maksud hadits tersebut. Hadits ini menguatkan pendapat tentang turunnya nabi Isa As di akhir zaman. Dan Ia turun di atas di atas menara putih, sebelah timur Damaskus.

Kembali muncul perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait menara putih yang dimaksud. Sebagian berpendapat berada di Bab Syarqi, sebuah menara yang berada di timur Damaskus. Di antara yang menyebut bahwa Isa AS muncul di Bab Syarqi adalah Imam Nawawi. Sedangkan yang lain berpendapat berada di menara sebelah timur dari Masjid Amawy di Damaskus.

Hadis ini bersifat prediktif sehingga belum bisa dipastikan di mana dan kapan waktu terjadinya. Turunnya Nabi Isa juga dikaitkan erat dengan turunnya Dajjal, keluarnya Yajuj dan Majuj, dan tanda-tanda lainnya di akhir zaman.

Karena bagi manusia semua hanya prediksi dan perkiraan semata, itu sebabnya Allah berfirman secara tegas di dalam Alquran, sebagaimana berikut:

Baca Juga:  Tingkatan Hadits, Definisi dan Pembagiannya

يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرۡسَىٰهَاۖ قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ رَبِّيۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقۡتِهَآ إِلَّا هُوَۚ ثَقُلَتۡ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ لَا تَأۡتِيكُمۡ إِلَّا بَغۡتَةٗۗ يَسۡ‍َٔلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنۡهَاۖ قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ١٨٧

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Nah, akhirnya dari sini kita bisa pahami bahwa ilmu manusia sangatlah terbatas untuk mengetahui hal-hal prediktif. Kita hanya diwajibkan beriman akan datangnya hari akhir. Dan sebagai hamba yang beriman sudah barang tentu sebaiknya selalu mengisi hari-hari kita dengan beribadah dan selalu mendekatkan diri pada yang Kuasa. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik