Maulid Nabi dan Ihwal Spirit Perdamaian dari Dakwah Rasulullah

maulid nabi

Pecihitam.org – Peringatan Maulid Nabi sejatinya sebagai upaya mengingat kembali pesan historis dari misi perjuangan Rasulullah SAW yang dikenal dengan ramah, santun, dan selalu menjunjung tinggi arti sebuah perdamaian dalam setiap syiar agama-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam konteks kekinian, maulid setidaknya sangat tepat untuk dijadikan media penyadaran bagi seluruh umat islam khususnya di Indonesia dengan membedah kembali literatur perjuangan dakwah Rasulullah. Strategi dakwah tersebut merupakan kunci nyata keberhasilan Rasulullah dalam menyebarkan agama islam di bumi ini.

Islam dengan mudah mendapatkan tempat serta diterima oleh banyak kalangan karena mampu ditransformasikan lewat kedamaian dan kasih sayang. Sehingga pelbagai elemen masyarakat secara cepat nan pesat bisa menerima keberadaannya.

Kesuksesan tesebut, juga tergambar pada awal masuknya islam di lndonesia, khususnya di tanah Jawa. Islam yang dibawa oleh Wali Songo dengan corak kedamaian dan disesuaikan dengan tradisi masyarakat setempat dapat berjalan dengan mudah dan lancar.

Wali Songo menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dengan ramah dan santun. Sehingga dengan langkah tersebut menjadikan ajaran Islam mendapat posisi strategis di mata masyarakat dan pada akhirnya menyebar secara luas di bumi nusantara ini.

Baca Juga:  Menyampaikan Pesan Sejuk dalam Kejumudan Sosial Melalui Filsafat Dekonstruksi

Belakangan ini mucul dakwah lslam yang tidak sejalan dengan ajaran islam itu sendiri. Di mana instrumen dakwah yang digunakan sangat berbeda jauh dengan dakwah yang telah diajarkan oleh Rasulullah maupun Wali Songo.

Fenomena dakwah yang muncul di masyarakat sekaranng lebih berbentuk pemaksaan dan intimidasi. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan dirinya sebagai pembela agama islam justru tampil memberi penodaan terhadap agama itu sendiri.

Lebih tepatnya mereka itu mendustai agama dengan tindakan radikal dan bentuk kekerasan yang mereka sajikan kepada publik.

Kita tentu masih ingat pada peristiwa kekerasan yang menimpa saudara kita di Bedog, Sleman terkait dengan penyerangan gereja. Tentu saja, hal demikian ini miris sekali, hanya untuk menegakakan ajaran agama. Mereka tega menghilangkan melukai sesama umat manusia yang memiliki kebutuhan menyembah tuhannya.

Jika kita kembali merefleksikan kembali ajaran dalam agama islam, islam tidak pernah mengajarkan aksi-aksi kekerasan dan upaya penindasan terhadap sesamanya, yang ada hanyalan ajaran yang menuntun umatnya untuk bersikap santun dan rukun terhadap sesamanya.

Baca Juga:  Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu Sunnah Hasanah

Jadi sangat ironis sekali jika ada sebuah gerakan yang mangatasnamakan dirinya sebagai pembela agama justru mereka menindas saudaranya. Tindakan demikian kiranya wajib hukumnya untuk segera diakhiri. Karena disamping telah belawanan dengan ajaran Islam, juga telah mencoreng kemurnian esensi ajaran islam itu sendiri yang mengajak pada jalan kebenaran.

Intinya, apapun yang namanya praktek kekerasan maupun radikalisme tidak tidak bisa dibenarkan dan harus dicegah. Sebab jika tidak, kekerasan atas nama agama akan terus belanjut dan berkembang menjadi tradisi di masyarakat yang gampang digerakkan oleh kelompok-kelompok tertentu sebagai pelampiasan egoisme bermotif sintemen atas ibadah umat yang lain.

Faktor inilah yang sering membuat manusia tak kenal saudara sehingga cenderung berbuat aniaya terhadap sesamanya. Kecendurungan pola pikir sempit itulah yang sering membuat manusia buta dan egois.

Bermotif kepentingan mengejar pemuasan hidup di dunia juga menjadi pendorong tehadap timbulnya karakter ambigu manusia. Sehingga orientasi mengejar kehidupan dunia selalu dikedepankan ketimbang memperoleh kehidupan yang abadi (akhirat).

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi persaudaraan dan perdamaian, dituntut mampu untuk menegakkan siprit kerukunan, dan toleransi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga:  Wahabi Masih Sering Bid'ahkan Maulid? Jawablah Seperti Ini

Maka dari itu, momentum peringatan Maulid Nabi kali ini perlu dijadikan sebagai sarana menegakakan kembali spirit perdamian yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.

Maulid setidaknya dapat menggugah hati kita untuk lebih berbuat positif lagi guna menjadikan bangsa ini penuh dengan kedamain dan ketentraman.

Arief Azizy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *