Muallaf di Era Modern, Haruskah Langsung Berdakwah? Mbok ya Sabar

Muallaf di Era Modern, Haruskah Langsung Berdakwah? Mbok ya Sabar

PeciHitamTujuan dakwah Islam tidak hanya untuk mengislamkan manusia yang belum memeluk Islam (beragama non-Islam). Peran penting  dakwah dalam islam adalah memperkuat kapasitas dan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan ilmu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Maka dalam Islam, ahli Ilmu sangat dihargai sebagai orang yang memegang peranan sentral untuk tempat bertanya masalah agama. Oleh karenanya, dakwah dan ilmu harus berjalan beriringan bersama tanpa meninggalkan satu sama lain.

Namun fenomena sekarang menunjukan anomali modernitas yang mana banyak muallaf yang mendapat panggung tanpa Ilmu memadai.

Konstruk yang tergambar di masyarakat adalah memperalat agama Islam sebagai komoditas untuk meraih ceruk keuntungan.

Fenomena Modernitas dan Dakwah Muallaf

Dakwah Islam terus berkembang sejalan dengan perkembangan media dakwah yang bervariatif seperti penggunaan YouTube dan fasilitas digital lainnya. Perkembangan media digital digunakan pula oleh pendakwah Islam untuk menyebarkan nilai-nilai kebenaran Islam.

Jangkauan dakwah media digital mendapatkan sambutan positif dengan banyaknya orang masuk Islam karena menonton penjelasan Islam secara virtual.

Golongan yang dapat mengakses materi kajian Islam virtual berasal dari berbagai golongan. Pun demikian Ustadz atau Guru Spiritual yang menjadi panutan juga berasal dari berbagai Golongan termasuk dari Ulama Nusantara atau lainnya.

Baca Juga:  Habib Luthfi Ajak Umat Islam Teruskan Dakwah Wali Sanga

Rujukan Guru Spiritual ini menjadi penting karena sangat berpengaruh dengan pola pemikiran muallaf ketika masuk Islam. Sebagaimana diisyaratkan dalam Hadits Nabi SAW;

الرَّجُلُ على دِينِ خليلِهِ؛ فلينظُرْ أحَدُكم مَن يخالِلُ

Artinya; “Keadaan agama seseorang dilihat dari keadaan agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian lihat siapa teman dekatnya” (HR. Tirmidzi)

Maka untuk meminimalisir belajar Islam atau berislam kepada orang salah, maka harus memperhatikan dengan siapa berguru dan menimba Ilmu. Apalagi dengan terbukanya media dakwah virtual pada era modern sekarang ini, banyak muallaf yang berbagi cerita dalam bingkai dakwah.

Dakwah yang digawangi oleh para muallaf ini sangat penting sebagai sharing hidayah ketika masih dalam agama lamanya. Namun harus dipahami, bahwa sebelum menyampaikan Ilmu Agama haruslah menguasai dengan luas keilmuan Islam, jangan hanya bermodal muallaf.

Dakwah dan Cacian

Agama Islam sebagai agama pengetahuan meniscayakan ilmu yang mapan dalam memahami ajaran dan doktrin Islam. Islam jangan dijadikan sebagai tameng untuk meraih ceruk keuntungan dengan menjual agama melalui panggung dakwah. Dan fenomena ini banyak terjadi di era modern seorang muallaf naik panggung hanya berbekal ‘agama lamanya’.

Baca Juga:  Inilah 3 Tingkatan Taubat, Salah Satunya Tidak Harus Melakukan Dosa Baru Taubat

Padahal model berdakwah hanya mengeksplorasi kejelekan ‘agama lama’ terlarang dalam Islam sebagaimana dijelaskan dalam ayat Allah SWT;

وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya; “dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” (Qs. Al-An’am: 108)

Untuk menjaga Islam, maka berdakwah harus dengan santun dan tidak mencaci agama lain dengan mengeksplorasi ‘aib dan cacat’ agama tersebut. Karena penganut agama lain akan sangat tidak suka bahkan memasang badan untuk membela agamanya.

Baca Juga:  Gus Baha: Ketika Nabi Saw Qadha Shalat Subuh

Jangan sampai Islam menjadi rusak karena tindakan provokatif atas nama dakwah Islam. Memang dakwah dengan cacian akan sangat mengundang banyak jamaah, namun hal tersebut terlarang dalam Islam. Poinnya adalah, Islam melarang adanya provokasi, cacian atas nama agama serta berdakwah tanpa mendasarkan Ilmu. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq