6 Perkara yang Sering Terabaikan Ketika Shalat

Perkara yang Sering Terabaikan Ketika Shalat

Pecihitam.org – Dalam kitab Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi’in karya Syekh Nawawi al Bantani menjelaskan, bahwasanya ada enam perkara yang sering diabaikan oleh seseorang ketika shalat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Keenam perkara tersebut memang tidak termasuk rukun dan syarat shalat sehingga tidak mempengaruhi sah-tidaknya shalat. Namun jika diperhatikan perkara ini akan menjadikan shalat lebih bernilai daripada sekedar menggugurkan kewajiban syariah belaka.

Lantas apa saja enam perkara tersebut? Berikut ulasannya.

Pertama, semangat menjalankan shalat ketika waktu telah tiba.

Sejatinya Allah swt. tidak senang jika hamba-Nya bermalas-malasan, apalagi dalam mengerjakan kewajiban shalat. Hal ini sebagaimana firman-Nya;

واذا قاموا إلى الصلاة قاموا كسالى

Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas (QS an Nisa 142).

Allah swt sebagai Tuhan Penguasa Alam, Pemilik Jagad Raya seisinya, Pemberi Rahmat atas segala kehidupan di dunia, sangat berkuasa dan berhak untuk memanggil siapapun, kapanpun dan dimanapun juga.

Termasuk memanggil hamba-Nya yang muslim untuk menunaikan shalat lima kali dalam sehari. Maka, wajar jika Allah swt melaknat hamba-Nya yang tidak menghiraukan panggilan-Nya. Namun Allah Swt jjuga akan mengapresiasi siapapun hamba yang segera merespon panggilan-Nya.

Baca Juga:  Tahukah Kamu? Inilah Cara Menggandakan Uang yang Halal dalam Islam

Kedua, ketika shalat mengosongkan hati dari berbagai kesibukan dunia.

Shalat merupakan ruang perjumpaan antara hamda dengan Tuhan-nya. Oleh karenanya sudah seharusnya seorang hamba bersungguh-sunggguh menghadap Allah Swt dengan beberapa saat meninggalkan urusan dunianya.

Jika diperhatikan lebih seksama, sesungguhnya waktu 24 jam yang diberikan Allah Swt. kepada manusia dalam sehari dibandingkan lima kali 5 menit sebagai waktu yang dihabiskan untuk shalat sangatlah kecil. Namun demikian kebanyakan manusia merasakan yang lima menit ini sangatlah berat sekali.

Ketiga, khusyu’.

Khusyu’ bisa diartikan dengan meniadakan berbagai hal yang tidak berhubungan dengan shalat. Lebih jauh lagi, khusyu’ juga bisa diartikan dengan menghadirkan segenap rasa dan jiwa kehadirat Allah swt. Meski khusyuk tidak termasuk syarat sah shalat, namun khusyu’ dalam shalat adalah wajib walaupun hanya sebentar saja sekedar saat takbiratul ihram.

Baca Juga:  Hasan al Bashri: Hati yang Mati Sebab Melakukan Dosa Diatas Dosa

Dengan demikian berpikir segala macam keduniawiyan dalam shalat sangat dilarang. Adapun jika yang terpikirkan ketika shalat adalah berbagai macam hal keakhiratan seperti surga dan neraka, atau disibukkan oleh masalah fiqih yang menggelayuti dalam pikirannya ketika shalat, maka yang demikian itu adalah makruh. Karena berbagai macam kesibukan pikiran ini (neraka, surga, fiqih dan keduniawiyahan) menghalangi posisi hamba denganAllah swt.

Keempat. mentadzaburi bacaan shalat.

Artinya, seorang yang shalat hendaknya mengerti makna inti dari apa yang dibaca dalam shalat. Terutama dalam dzikir, minimal seorang hamba mengerti bahwa bacaan tasbih dan tahmid itu bertujuan mengagungkan Allah swt.

Hal ini menjadi penting karena menurut as-Syinwani dzikir itu dapat menarik pahala, bila mengerti makananya. Kecuali bacaan al-Qur’an dan shalawat. Karena meskipun tidak mengerti bacaan keduanya itu tetap akan mendapatkan pahala.

Kelima, selalu mengarahkan pandangan ke arah sujud.

Mengarahkan pandangan kke arah sujud ini penting meskipun ia sedang shalat di depan ka’bah, ataupun orang itu buta atau shalat dalam keadaan gelap gulita. Karena hal ini akan menghantarkan hamba pada keskhusyu’an.

Baca Juga:  Inilah Hikmah Diperintahkannya Shalat yang Wajib Kamu Tahu!

Begitu pula dalam shalat jenazah, hendaknya tetap mengarahkan pandangan pada tempat sujud dan tidak menghadapkan pandangan kepada mayyit.

Keenam, adalah berdzikir dan berdo’a setelah sholat.

Berdzikir dan berdoa setelah shalat sangat dianjurkan baik secara lirih , maupun secara lantang jika dilakukan untuk mengajari orang lain baik secara berjamaa’ah maupun sendiri-sendiri.

Demikian semoga bermanfaat. Wallahua’lam bisshawab

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik