Profil Singkat KH Dimyati Rois Kaliwungu, Kendal

KH Dimyati Rois Kaliwungu

Pecihitam.org KH Dimyati Rois, beliau adalah seorang kiai dari Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah kelahiran 5 juni 1945. Beliau lahir dari pasangan bapak Rois dan ibu Djusminah, yang tinggal di desa Tegal Glagah, Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara, yaitu Ny. Khanifah, KH. Tohari Rois, KH. Masduki Rois, H. Murai Rois, KH. Saidi Rois, Ny. Khotijah, KH. Syatori Rois, Ny. Mukoyah dan Ny. Daroroh. KH Dimyati Rois.

KH Dimyati mempunyai latar belakang murni golongan santri dan petani, bapak dan ibu beliau juga merupakan petani. Menurut cerita bapak atau ibu beliau masih keturunan salah satu pendiri kabupaten Brebes.

Sebelum mendirikan pesantren, beliau dahulu merupakan santri dari pesantren Lirboyo dan APIK Kaliwungu, hingga akhirnya beliau diangkat mantu oleh sesepuh dan tokoh di Kaliwungu.

Akhirnya pada tanggal 1 januari 1978 beliau menikah dengan putri tunggal pasangan suami istri KH Ibadullah Irfan dan Hj. Fatimah Kaliwungu, yaitu Nyai. Hj. Tho’ah. Setelah menikah beliau kemudian menetap disana dan mendirikan pondok pesantren Al-Fadlu wal Fadilah di Kutoharjo, Kaliwungu pada tahun 1985.

Baca Juga:  Kisah Kewalian Gus Miek (KH. Hamim Jazuli)

Bersama istrinya KH. Dimyati dianugerahi sepuluh putra putri yaitu; H. Agus Fadlullah, H. Agus Alamudin, Hj. Ning Lailatul Arofah, H. Agus Qomaruzzaman, Hj. Ning Lama’atus Sobah, H. Agus Hilmi, H. Agus Thoha Mubarok, H. Agus Husni Mubarok, H. Agus M. Iqbal dan H. Agus Abu Hafsin Almuktafa.

Beliau mengajarkan putra-putrinya untuk terus menggali ilmu agama islam, karena menurut beliau seseorang tidak akan menjadi pandai tanpa adanya proses pembelajaran.

Selain menjadi pengasuh pesantren beliau juga merupakan mustasyhar PBNU. Seperti tradisi kiai di lingkungan NU, beliau juga merupakan Kyai yang senantiasa menerima undangan dari masyarakat untuk menyampaikan tausiah dan nasihat agama.

Selain ke’aliman dalam ilmu agama, beliau juga mahir dalam keiwirausahaan. Bukan hanya mengajar mengaji beliau juga memiliki beberapa usaha, yang menghsilkan uang dan sebagai pelatihan kepada santri-santri untuk menjadi wirausahawan terutama dalam pertanian dan peternakan. Beliau juga dikenal memiliki banyak ilmu hikmah atau ilmu kesaktian. Sehingga menambah kewibawaan dan karismatiknya.

Baca Juga:  Karamah Sunan Gresik: Merubah Beras Menjadi Pasir

Dalam pendidikan formal KH. Dimyati Rois hanya belajar sampai di tingakatan SR (sekolah rakyat) dan setelah selesai beliau langsung masuk ke pondok pesantren. Pada sekitar tahun 1956 beliau beserta saudaranya meninggalkan kampung halaman guna untuk menuntut ilmu agama. Beliau mondok pertama di PONPES APIK, Kauman, Kaliwungu selama 14-15 tahun.

Yang pada waktu diasuh oleh KH. Ahmad Ru’yat. kemudian beliau melanjutkan pencarian ilmunya di pondok Lirboyo dan berguru kepada KH. Machrus Ali. Namun hanya sebentar. Setelah dari Lirboyo beliau melanjutkan ke Sarang, Rembang beliau berguru kepada Mbah Imam kurang lebih selama lima tahun.

Namun pada akhirnya KH Dimyati Rois kembali ke pondok pesantren APIK Kaliwungu, dan tak lama kemudian beliau diangkat menjadi lurah pondok oleh KH. Humaidullah Irfan.

Banyak ilmu yang beliau pelajari selama di pondok antara lain ilmu nahwu, shorof, ushul fiqh, kitab-kitab Imam Ghazali dan masih banyak lagi. Kecerdasan beliau sudah nampak ketika masih di pondok, tak heran jika beliau dikenal sebagai ulama yang mempunyai wawasan yang luas tentang islam.

Baca Juga:  Habib Umar bin Hafidz; Simbol Da'i Masa Kini yang Mewarisi Kelembutan Rasulullah

Beliau dikenal sebagai ulama yang zuhud dan wara’, kehidupannya sederhana terlihat dari cara berpakaian juga beliau tidak akan makan sebelum benar-benar lapar. Beliau selalu mengayomi siapapun.

Beliau tidak sungkan untuk bergaul pedagang, pejabat, orang kaya, orang miskin, buruh bahkan anak-anak. Beliau selalu mengajarkan apa yang beliau pelajari, juga sedang beliau jalani dan apa yang telah beliau amalkan. Wallahua’lam.

Lukman Hakim Hidayat