Secuil Nasehat untuk Para Guru Agama; Profesi yang Sangat Mulia Dunia Akhirat

Secuil Nasehat untuk Para Guru Agama; Profesi yang Sangat Mulia Dunia Akhirat

Pecihitam.org – Guru yang dimaksud dalam artikel ini adalah guru yang mengajari ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat si murid, bukan hanya untuk dunianya saja. Berikut akan penulis sadurkan secuil nasehat untuk para guru agama/ustadz yang bersumber dari beberapa literatur kitab, terutama dari kitab Taysir Khallaq karya syeikh al-Hafidz Hasan Mas’udi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa, guru itu adalah profesi yang sangat mulia lagi sangat terhormat, ia sebagai penerang jalan bagi murid-muridnya.

Seorang guru berkewajiban membimbing murid-muridnya kepada kebenaran dan kesempurnaan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dan kepada kebaikan-kebaikan lainnya yang kesemuanya itu akan membuat si murid benar-benar menjadi seorang manusia yang berakhlak mulia lagi yang berilmu. Bisa dikatakan juga seorang guru itu bertugas untuk me-manusiakan manusia.

Allah SWT berfirman dalam surat At taubah ayat 122 tentang kewajiban mengajari ilmu yang sudah di peroleh :

وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ….

“…dan hendaklah mereka itu memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS. At Taubah : 122).

Guru berkewajiban mentransferkan ilmu yang telah di milikinya kepada si murid, tak hanya itu ia juga berkewajiban mendidik jiwa dan akhlak murid, maka oleh karena inilah seorang guru di syaratkan pula mesti memiliki sifat-sifat yang terpuji, bukan hanya berilmu saja.

Baca Juga:  Khauf, Rasa Takut Kepada Allah yang Mendorong Seorang Hamba Berhati-hati

Hal ini di karenakan jiwa si murid yang akan di didiknya itu masih sangat lemah jika di bandingan dengan jiwanya, jadi, jika seorang guru telah bersifat dengan sifat-sifat yang terpuji dan  berkelakuan dengan kelakuan yang mulia, maka muridnya pun akan meniru itu semua dan jadilah ia seorang yang berakhlak mulia sesuai dengan orang yang di teladaninya, yaitu gurunya sendiri.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam bersabda :

مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْاَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنقُصُ ذَالِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْىًٔا

“Barang siapa yang mengajak orang ke arah petunjuk (kebajikan), maka dia mendapat pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun” (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu’alaihi wa Sallam juga pernah bersabda dalam sebuah hadits ketika mengutus Mu’adz ke yaman :

لَاَنْ يَهْدِيَ اللّٰهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Niscayalah andaikata Allah memberi hidayah seseorang sebagai hasil usahamu, maka hal itu adalah lebih baik bagimu daripada seluruh dunia dan seisinya ini” (HR. Imam Ahmad).

Maka di saat itu pribadi seorang guru mestilah orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, rendah hati, tidak sombong dengan apa yang ada pada dirinya baik ilmu, kedudukan maupun harta, lagi yang berperilaku lemah lembut terhadap orang lain terutama terhadap murid-muridnya, itu semua bertujuan supaya hati muridnya cenderung kepada guru tersebut hingga si murid pun menyenangi dan mencintai gurunya.

Baca Juga:  Konsep Mahabbah dalam Pandangan Imam Al Ghazali

Sosok seorang guru haruslah pribadi yang memiliki sopan santun lagi berwibawa serta terhormat supaya nantinya si murid dapat meneladaninya.

Hendaklah guru itu juga orang yang memiliki sifat kasih sayang terhadap sesama manusia terkhususnya terhadap murid-muridnya sendiri lagi yang mengasihani mereka supaya semakin besar kegemaran mereka untuk mendengarkan, mematuhi dan mengamalkan apa saja yang di sampaikan oleh guru tersebut.

Hendaklah seorang guru senantiasa menasehati muridnya, terlebih lagi di saat si murid melakukan kesalahan, jika memungkinkan maka berilah hukuman yang sesuai dan tidak keterlaluan, mudah-mudahan dengan hukuman yang di terimanya itu dapat menimbulkan efek jera dan menjadi pengalaman yang berharga baginya kelak di kemudian hari.

Seorang guru juga harus mendidik kedisiplinan muridnya, tanamkan kedisiplinan sebanyak-banyaknya dalam diri si murid, sehingga jadilah muridnya itu seorang yang berilmu, berakhlak mulia lagi yang memiliki kedisiplinan yang mantap. Kedisiplinan sangatlah di perlukan untuk menunjang proses belajar mengajar dan untuk menggapai apa saja yang dicita-citakannya.

Dalam proses belajar mengajar seorang guru hendaknya jangan menyampaikan materi pelajarannya kepada para murid dengan bahasa yang sulit tuk mereka pahami, karena hal itu akan membuat mereka bertambah bingung sehingga proses penyerapan ilmu yang di sampaikan oleh guru tersebut menjadi tidak maksimal.

Baca Juga:  Badiuzzaman Said Nursi, Tokoh Pembaharu Islam Turki

Pakailah bahasa-bahasa yang mudah mereka pahami, sesuaikan cara bicara dan cara penyampaian materi itu dengan tingkat kepahaman si murid, karena setiap individu mereka berbeda beda kepandaian dan daya tangkapnya.

Oleh karena itu tidaklah berlebihan kiranya jika di katakan bahwa pekerjaan atau profesi yang paling berat dan melelahkan itu adalah menjadi seorang guru, karena guru mendidik jiwa orang lain yang tidak hanya satu orang melainkan puluhan bahkan bisa sampai ratusan jiwa dengan pribadi dan perangai yang berbeda-beda dalam masing-masing individu.

Beban yang di terima seorang guru itu bukan hanya pada fisiknya saja, akan tetapi rohani dan pikirannya pun ikut memikul beban yang melelahkan, pertanggung jawabannya pun sangat besar baik ketika hidup di dunia maupun terlebih lagi di akhirat kelak di hadapan Allah Tuhan Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana.

Demikian sedikit nasehat untuk para guru, semoga kiranya dapat bermanfaat untuk saya dan para pembaca sekalian, amiin! wallahua’lambisshawab!

{Syarahan dari kitab Taysir Khallaq dan beberapa sumber lainnya}

Muhammad Haekal