Sepuluh Pitutur Luhur Sunan Kalijaga yang Perlu Kamu Tahu

pitutur luhur sunan kalijaga

Pecihitam.org Kanjeng Sunan Kalijaga konon masa hidupnya mencapai umur lebih dari 100 tahun lamanya. Dalam berdakwah beliau banyak sekali memberikan nasehat-nasehat dan petuah luhur. Berikut ini isi nasihat berharga Dasa Pitutur luhur Sunan Kalijaga yang layak kita renungkan dan kita jalankan dalam kehidupan, jika kita mendambakan kehidupan yang selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pertama, Urip Iku Urup. Yang bermakna Hidup itu Menyala. Maka hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Karena semakin besar manfaat yang bisa kita berikan, tentu akan lebih baik. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Kedua, Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro. Yang bermakna bahwa manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak. Hal ini dimaksudkan agar setiap manusia turut berperan sebagai penyelamat bumi, langit dan seisinya, termasuk juga keselamatan dan keamanan segala makhluk yang hidup di dalamnya.

Ketiga, Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti. Yang bermakna bahwa segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap lembut hati, sabar dan bijak sana. Itu sebabnya manusia hendaknya lebih mengutamakan akhlakul karimah, di dunia tidak hidup dengan sikap sombong dan tidak gemar membuat kerusakan diatas bumi.

Baca Juga:  Kisah Mistik Kanjeng Sunan Kalijaga dalam Lakon Jamus Kalimasada

Keempat, Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho. Yang bermakna bahwa manusia harus tetap berjuang meski tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan. Itulah modal hidup manusia, yang senantiasa menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaannya sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kelima, Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan. Yang bermakna hendaknya manusia jangan gampang sakit hati dan ciut nyali manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala dirinya kehilangan sesuatu. Karena manusia mesti senantiasa sadar, bahwa semua hanya milik-Nya. Dialah Sang Pemilik Sejati, sementara dirinya hanya semata si penerima titipan belaka.

Keenam, Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman. Yang bermakna hendaknya manusia jangan mudah heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut dan kaget; Juga jangan mudah cengeng atau manja. Sebaliknya, manusia mesti tak mudah euforia di kala senang dan tidak pula histeria di kala sedih, melainkan harus tetap tenang dan tegar dalam segala keadaan.

Baca Juga:  Orang Fakir Bisa Masuk Surga Lebih Dulu daripada Orang Kaya, Ini Syaratnya

Ketujuh, Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman. Yang bermakna hendaknya manusia jangan terlampau terobsesi atau terkurung oleh syahwat keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi. Karena sejatinya semua itu, ibarat hanya permainan belaka.

Kedelapan, Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka. Yang bermakna bahwa hendaknya manusia jangan sok merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar dirinya tidak celaka. Manusia harus selalu ingat bahwa hanya Tuhanlah yang Maha Tahu, sementara manusia hanya mendapatkan karunia ilmu dan kepandaian yang tak lebih dari seujung kuku saja. Karena itu, sudah selayaknya manusia hidup berlaku jujur dan senantiasa teguh di jalan kebenaran.

Kesembilan, Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo. Yang bermakna hendaknya manusia jangan mudah tergoda oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah. Jangan berpikir sia-sia agar tidak malah kendor niat dan semangatnya dalam berkarya. Maka manusia harus hidup qonaah dan bersahaja, merasa cukup dengan apa yang ada dan pandai bersyukur. Sedangkan dalam berikhtiar dan berupaya hendaknya dia tetap fokus dan tidak mendua.

Baca Juga:  Menilik Kembali Cara Dakwah Kanjeng Sunan Kalijaga Lewat Tembang

Kesepuluh, Ojo Adigang, Adigung, Adiguno. Yang bermakna hendaknya manusia jangan berwatak sok kuasa, sok besar, sok sakti dan sok-sok lainnya. Karena seperti kata pepatah, di atas langit masih ada langit. Dan sesungguhnya, pakaian kesombongan itu hanya Tuhan yang pantas memakainya, bukan manusia yang sejatinya adalah budak yang tak kuasa dan hamba yang penuh cacat dan cela.

Itulah sepuluh wasiat atau pitutur luhur Sunan Kalijaga yang patut kita teladani dan wujudkan dalam kehidupan sehari-hari, agar kita memperoleh keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *