Surah Al-mu’min Ayat 23-27; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-mu'min Ayat 23-27

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-mu’min Ayat 23-27 ini, menerangkan Nabi Musa diutus Allah sebagai Rasul-Nya kepada Fir’aun, Haman, dan Karun untuk menyeru mereka beriman. Fir’aun adalah Raja Mesir yang memandang dirinya Tuhan. Haman adalah perdana menterinya. Sedangkan Karun adalah saudagar dan hartawan terkaya pada waktu itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka bertiga disebutkan secara khusus dalam Ayat ini, karena merekalah secara pribadi yang bertanggung jawab atas pengaruh yang mereka tanamkan pada penduduk Mesir agar mendustakan Nabi Musa dan menyembah kepada Fir’aun.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-mu’min Ayat 23-27

Surah Al-mu’min Ayat 23
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلۡطَٰنٍ مُّبِينٍ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa Ayat-Ayat Kami dan keterangan yang nyata,

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلۡطَٰنٍ مُّبِينٍ (Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa Ayat-Ayat Kami dan keterangan yang nyata) bukti yang jelas dan tampak.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman menghibur Nabi-Nya, Muhammad yang didustakan oleh kaumnya serta memberikan kabar gembira kepadanya, bahwa akibat yang baik dan pertolongan akan menjadi miliknya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana yang terjadi pada Musa bin ‘Imran, dimana Allah Ta’ala mengutusnya dengan berbagai Ayat yang nyata dan dalil-dalil yang tegas.

Lalu firman Allah: بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلۡطَٰنٍ مُّبِينٍ (“Dengan membawa Ayat-Ayat Kami dan keterangan yang nyata.”)

Tafsir Kemenag: Dalam dua Ayat ini ditegaskan bahwa Nabi Musa diutus Allah sebagai Rasul-Nya kepada Fir’aun, Haman, dan Karun untuk menyeru mereka beriman. Fir’aun adalah Raja Mesir yang memandang dirinya Tuhan. Haman adalah perdana menterinya. Sedangkan Karun adalah saudagar dan hartawan terkaya pada waktu itu.

Mereka bertiga disebutkan secara khusus dalam Ayat ini, karena merekalah secara pribadi yang bertanggung jawab atas pengaruh yang mereka tanamkan pada penduduk Mesir agar mendustakan Nabi Musa dan menyembah kepada Fir’aun. Bila ketiga orang ini sudah beriman, maka rakyat Mesir akan segera beriman pula.

Nabi Musa diutus Allah kepada mereka dengan membawa ajaran-ajaran dalam kitab suci Taurat dan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepadanya. Inti ajaran yang disampaikan Nabi Musa kepada mereka adalah agar beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, dan beriman dengan adanya hari kemudian tempat manusia menerima balasan amalnya.

Mukjizatnya antara lain tongkat menjadi ular dan tangannya yang bercahaya. Akan tetapi, mereka menolak ajaran itu dan membangkang, bahkan menyatakan dirinya Tuhan. Rentetan peristiwa dakwah Nabi Musa terhadap Fir’aun itu antara lain diungkapkan dalam Ayat-Ayat berikut:

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah Musa? Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu Lembah Tuwa; pergilah engkau kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas, Maka katakanlah (kepada Fir’aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan), dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?” Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi dia (Fir’aun) mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan siksaan di dunia. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah). (an-Nazi’at/79: 15-26) Menyaksikan mukjizat Nabi Musa dan ajakannya untuk beriman itu, Fir’aun menuduh bahwa Nabi Musa seorang pesihir dan pembohong besar.

Dalam Ayat lain disebutkan bahwa Fir’aun menuduh Nabi Musa pesihir dan gila: Tetapi dia (Fir’aun) bersama bala tentaranya berpaling dan berkata, “Dia adalah seorang pesihir atau orang gila.” (adz-dzariyat/51:39)

Tuduhan itu disampaikan Fir’aun setelah ahli-ahli sihirnya tidak mampu mengalahkan mukjizat Nabi Musa, yaitu tongkatnya yang berubah menjadi ular dan menelan ular-ular yang berasal dari tambang-tambang yang disihir oleh ahli-ahli sihir tersebut. Bahkan ahli-ahli sihir itu berbalik meninggalkan Fir’aun dan beriman kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah, “Sungguh Kami telah mengutus Mûsâ, dengan membawa beberapa mukjizat Kami dan bukti kekuasaan yang nyata, kepada Fir’aun, Hâmân dan Qârûn. Mereka kemudian berkata, ‘Ia adalah seorang penyihir yang mengaku membawa mukjizat, dan pembohong besar yang mengaku diutus oleh Tuhannya’.”

Surah Al-mu’min Ayat 24
إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَهَٰمَٰنَ وَقَٰرُونَ فَقَالُواْ سَٰحِرٌ كَذَّابٌ

Terjemahan: “kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta”.

Tafsir Jalalain: إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَهَٰمَٰنَ وَقَٰرُونَ فَقَالُواْ (Kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata,) “Dia سَٰحِرٌ كَذَّابٌ (adalah seorang ahli sihir yang pendusta.”).

Tafsir Ibnu Katsir: إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ (“Kepada Fir’aun”) yaitu raja Qibthi di daerah Imperium Mesir. وَهَٰمَٰنَ (“Haman”) yaitu menteri kerajaannya. وَقَٰرُونَ (“Dan Qarun”) konglomerat di masanya yang memiliki banyak harta dan usaha.

فَقَالُواْ سَٰحِرٌ كَذَّابٌ (“Maka merka berkata: ‘[Ia] adalah seorang ahli sihir yang pendusta.”) mereka mendustakannya dan menjadikannya tukang sihir, orang gila dan mendustakan bahwa dia diutus oleh Allah.

Baca Juga:  Surah Adz-dzaryiat 31-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Dalam dua Ayat ini ditegaskan bahwa Nabi Musa diutus Allah sebagai Rasul-Nya kepada Fir’aun, Haman, dan Karun untuk menyeru mereka beriman. Fir’aun adalah Raja Mesir yang memandang dirinya Tuhan. Haman adalah perdana menterinya. Sedangkan Karun adalah saudagar dan hartawan terkaya pada waktu itu.

Mereka bertiga disebutkan secara khusus dalam Ayat ini, karena merekalah secara pribadi yang bertanggung jawab atas pengaruh yang mereka tanamkan pada penduduk Mesir agar mendustakan Nabi Musa dan menyembah kepada Fir’aun. Bila ketiga orang ini sudah beriman, maka rakyat Mesir akan segera beriman pula.

Nabi Musa diutus Allah kepada mereka dengan membawa ajaran-ajaran dalam kitab suci Taurat dan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepadanya. Inti ajaran yang disampaikan Nabi Musa kepada mereka adalah agar beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, dan beriman dengan adanya hari kemudian tempat manusia menerima balasan amalnya.

Mukjizatnya antara lain tongkat menjadi ular dan tangannya yang bercahaya. Akan tetapi, mereka menolak ajaran itu dan membangkang, bahkan menyatakan dirinya Tuhan. Rentetan peristiwa dakwah Nabi Musa terhadap Fir’aun itu antara lain diungkapkan dalam Ayat-Ayat berikut:

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah Musa? Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu Lembah Tuwa; pergilah engkau kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas, Maka katakanlah (kepada Fir’aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan), dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?” Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi dia (Fir’aun) mendustakan dan mendurhakai.

Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan siksaan di dunia. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah). (an-Nazi’at/79: 15-26) Menyaksikan mukjizat Nabi Musa dan ajakannya untuk beriman itu, Fir’aun menuduh bahwa Nabi Musa seorang pesihir dan pembohong besar.

Dalam Ayat lain disebutkan bahwa Fir’aun menuduh Nabi Musa pesihir dan gila: Tetapi dia (Fir’aun) bersama bala tentaranya berpaling dan berkata, “Dia adalah seorang pesihir atau orang gila.” (adz-dzariyat/51:39) Tuduhan itu disampaikan Fir’aun setelah ahli-ahli sihirnya tidak mampu mengalahkan mukjizat Nabi Musa, yaitu tongkatnya yang berubah menjadi ular dan menelan ular-ular yang berasal dari tambang-tambang yang disihir oleh ahli-ahli sihir tersebut. Bahkan ahli-ahli sihir itu berbalik meninggalkan Fir’aun dan beriman kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah, “Sungguh Kami telah mengutus Mûsâ, dengan membawa beberapa mukjizat Kami dan bukti kekuasaan yang nyata, kepada Fir’aun, Hâmân dan Qârûn. Mereka kemudian berkata, ‘Ia adalah seorang penyihir yang mengaku membawa mukjizat, dan pembohong besar yang mengaku diutus oleh Tuhannya’.”

Surah Al-mu’min Ayat 25
فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ مِنۡ عِندِنَا قَالُواْ ٱقۡتُلُوٓاْ أَبۡنَآءَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ وَٱسۡتَحۡيُواْ نِسَآءَهُمۡ وَمَا كَيۡدُ ٱلۡكَٰفِرِينَ إِلَّا فِى ضَلَٰلٍ

Terjemahan: “Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: “Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka”. Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka).

Tafsir Jalalain: فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ (Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran) yakni dengan membawa perkara yang hak مِنۡ عِندِنَا قَالُواْ ٱقۡتُلُوٓاْ أَبۡنَآءَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ وَٱسۡتَحۡيُواْ (dari sisi Kami, mereka berkata, “Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup) yakni biarkanlah tetap hidup نِسَآءَهُمۡ وَمَا كَيۡدُ ٱلۡكَٰفِرِينَ إِلَّا فِى ضَلَٰلٍ (wanita-wanita mereka.” Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia belaka) yakni menjerumuskan mereka sendiri dalam kebinasaan.

Tafsir Ibnu Katsir: فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ مِنۡ عِندِنَا (“Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami.”) yaitu dengan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Allah telah mengutusnya kepada mereka.
قَالُواْ ٱقۡتُلُوٓاْ أَبۡنَآءَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ وَٱسۡتَحۡيُواْ نِسَآءَهُمۡ (“Mereka berkata: ‘Bunuhlah anak-anak laki-laki orang-orang yang beriman bersama dengannya dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.”)

ini adalah perintah kedua dari Fir’aun untuk membunuh anak laki-laki Bani Israil. Yang pertama untuk alasan mewaspadai keberadaan Musa atau untuk merendahkan bangsa Bani Israil dan meminimalkan kuantitas mereka atau untuk kedua-duanya. Sedangkan yang kedua ini untuk alasan yang kedua, yaitu merendahkan bangsanya dan agar mereka pesimis terhadap Musa a.s.

Firman Allah: َمَا كَيۡدُ ٱلۡكَٰفِرِينَ إِلَّا فِى ضَلَٰلٍ (“Dan tipu daya orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah sia-sia [belaka].”) yaitu tipu daya dan tujuan mereka yang meminimalkan jumlah Bani Israil agar tidak bisa mengalahkan mereka tidak lain kecuali akan hancur dan binasa dalam kesesatan.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 54-55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Nabi Musa menjelaskan kepada Fir’aun, Haman, dan Karun tentang Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan kewajiban manusia untuk beriman dan berbuat baik, serta tentang kerasulan-Nya. Akan tetapi, mereka marah sekali.

Mereka tidak mau menerima apa yang disampaikan Nabi Musa karena bertentangan dengan kepercayaan yang sudah ditanamkan kepada penduduk Mesir bahwa Tuhan itu adalah Fir’aun. Juga karena ajaran yang dibawa Nabi Musa bisa membahayakan kekuasaan dan kedudukan mereka. Lalu mereka memerintahkan agar anak-anak laki-laki Bani Israil dibunuh dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.

Perintah membunuh anak-anak laki-laki Bani Israil itu adalah perintah kedua. Perintah pertama dikeluarkan Fir’aun atas nasihat ahli-ahli nujumnya yang menakwil mimpinya bahwa dari kalangan Bani Israil akan lahir seorang anak laki-laki yang akan menggulingkannya dan meruntuhkan kerajaannya.

Maksud pembunuhan itu adalah untuk melemahkan Bani Israil, karena kaum laki-laki mereka akan habis, sedangkan kaum perempuan mereka akan dapat dikuasai. Juga bertujuan untuk memusnahkan etnis Bani Israil dari bumi Mesir karena mereka bisa mengalahkan penduduk asli Mesir sendiri. Akan tetapi, Allah mempunyai rencana lain. Dengan rencana-Nya, Allah justru membuat Musa yang masih bayi diasuh dan dibesarkan di istana Fir’aun sendiri sebagai anaknya.

Setelah dewasa, Musa harus keluar dari Mesir karena jiwanya terancam akibat membunuh seorang Mesir. Perintah kedua pembunuhan setiap bayi laki-laki Bani Israil ini dikeluarkan Fir’aun setelah Nabi Musa kembali ke Mesir sebagai nabi yang diperintahkan Allah untuk menyadarkan Fir’aun dan mengajaknya untuk beriman.

Menurut Ibnu Katsir, tujuan Fir’aun hendak membunuh anak laki-laki Bani Israil itu adalah untuk menanamkan rasa tidak puas di kalangan para pengikut Nabi Musa sendiri terhadapnya. Sebab dengan ancaman pembunuhan kedua kali itu, berarti Nabi Musa telah mengakibatkan dua kali kesulitan bagi mereka, pertama ketika Nabi Musa belum lahir dan kedua setelah beliau menjadi nabi yang menyeru Fir’aun.

Dalam pikiran Fir’aun, bila Bani Israil tidak puas kepadanya, maka Nabi Musa akan dikalahkan oleh bangsanya sendiri. Kemungkinan itu dikisahkan dalam Al-Qur’an: Mereka (kaum Musa) berkata,”Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum engkau datang kepada kami dan setelah engkau datang.” (Musa) menjawab,

“Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi; maka Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu.” (al-A.’raf/7: 129). Akan tetapi, maksud itu tidak tercapai. Rencana kedua kalinya untuk membunuhi anak-anak laki-laki Bani Israil gagal total, karena Allah menurunkan berbagai musibah sebagai azab-Nya, seperti datangnya topan dahsyat, munculnya serangan belalang, kutu, katak, dan air yang berubah menjadi darah (lihat al-A.’raf/7: 133).

Maksud untuk menghalang-halangi manusia dari beriman kepada Nabi Musa dan ajaran yang disampaikannya juga tidak berhasil, karena kebenaran tidak mungkin ditampik dan kehendak Allah pasti terjadi sebagaimana difirmankan-Nya: Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-Mujadilah/58: 21) .

Tafsir Quraish Shihab: Ketika Mûsâ datang kepada mereka dengan membawa kebenaran dari Kami, Fir’aun dan orang-orang dekatnya berkata kepada para pengikutnya, “Bunuhlah anak lelaki orang-orang yang ikut beriman bersama Mûsâ dan biarkankan anak perempuan mereka hidup.” Padahal tipu daya orang-orang kafir itu hanya akan sia-sia, hilang dan lenyap.

Surah Al-mu’min Ayat 26
وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ذَرُونِىٓ أَقۡتُلۡ مُوسَىٰ وَلۡيَدۡعُ رَبَّهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ

Terjemahan: “Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”.

Tafsir Jalalain: وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ذَرُونِىٓ أَقۡتُلۡ مُوسَىٰ (Dan berkata Firaun kepada pembesar-pembesarnya, “Biarkanlah aku membunuh Musa) karena mereka mencegahnya melakukan pembunuhan terhadap Musa وَلۡيَدۡعُ رَبَّهُۥٓ (dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya) supaya Dia mencegah niatku yang akan membunuhnya,

إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ (karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agama kalian) mencegah kalian menyembahku, lalu kalian mengikutinya أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ (atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”) seperti melakukan pembunuhan dan lain sebagainya. Menurut suatu qiraat lafal Au dibaca Wa. Dan menurut qiraat lainnya dibaca Ay Yazhhara Fil Ardhil Fasaadu.

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ذَرُونِىٓ أَقۡتُلۡ مُوسَىٰ وَلۡيَدۡعُ رَبَّهُ (“Dan berkata Fir’aun [kepada pembesar-pembesarnya]: ‘Biarkan aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabb-nya.”) ini adalah tekad Fir’aun untuk membunuh Musa a.s. yaitu dia berkata kepada kaumnya: “Biarkanlah aku, aku akan membunuhnya untuk kalian.”

وَلۡيَدۡعُ رَبَّهُۥٓ (“Dan hendaklah ia memohon kepada Rabb-nya.”) yaitu, aku tidak peduli kepadanya. Ini merupakan puncak pembangkangan, kedhaliman dan kekejaman.

Dan ucapan Fir’aun: إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ (“Karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.”) yaitu Musa. Fir’aun khawatir bahwa Musa menyesatkan manusia serta merubah keyakinan dan kebiasaan mereka. Ini seperti yang dikatakan pepatah: “Fir’aun menjadi pemberi peringatan.” Maksudnya dengan memberi nasehat untuk melindungi manusia dari Musa a.s.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 112-113; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Kebanyakan qari membaca: أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ Sebagian lagi membaca: أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ. Dan sebagian lagi membaca: أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمۡ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ dengan dlomah.

Tafsir Kemenag: Fir’aun tidak hanya bermaksud melemahkan Bani Israil dan melenyapkan etnisnya, tetapi juga hendak memusnahkan agama tauhid dengan membunuh Nabi Musa sendiri. Ia menyatakan kepada pengikut-pengikutnya bahwa ia sendiri yang akan melaksanakan pembunuhan itu dan untuk itu ia meminta supaya tidak dihalang-halangi. Ia yakin sekali dapat segera membunuh Nabi Musa.

Oleh karena itu, ia menantang Nabi Musa supaya meminta bantuan kepada Tuhannya. Latar belakang rencana Fir’aun membunuh Nabi Musa itu adalah kekhawatirannya bahwa Nabi Musa akan menukar agama rakyat Mesir dengan agama tauhid yang diajarkannya. Atau, ia khawatir Nabi Musa akan mengubah kepercayaan, kebiasaan, dan adat istiadat rakyatnya dan akhirnya akan membuat rakyatnya terhasut untuk memberontak kepadanya sehingga ia akan kehilangan kekuasaannya.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun berkata, “Biarkan aku membunuh Mûsâ dan biarkan Mûsâ memohon Tuhannya untuk menyelamatkan dirinya dari tindakanku. Aku benar-benar khawatir ia akan mengganti agama kalian atau menyebar kerusakan di muka bumi.”

Surah Al-mu’min Ayat 27
وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُم مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ

Terjemahan: “Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab”.

Tafsir Jalalain: وَقَالَ مُوسَىٰٓ (Dan Musa berkata,) kepada kaumnya sedangkan dia telah mendengar ancaman Firaun tadi إِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُم مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ (“Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.”).

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُم مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ (“Dan Musa berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabb-ku dan Rabb-mu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.” Yaitu ketika kata-kata Fir’aun sampai kepadanya: dzaruunii aqtul muusaa (“Biarkanlah aku membunuh Musa.”)

Musa berkata: “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari keburukannya dan keburukan orang yang semisalnya.” Untuk itu dia berkata: إِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُم (“Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabb-ku dan Rabb-mu.”) hai orang-orang yang diajak bicara. مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٍ (“Dari setiap orang yang menyombongkan diri.”) yaitu orang yang melanggar kebenaran. لَّا يُؤۡمِنُ بِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ (“Yang tidak beriman kepada hari berhisab.”)

Untuk ini terdapat dalam satu hadits dari Abu Musa r.a. bahwa jika Rasulullah saw. [merasa] takut kepada suatu kaum, beliau berdoa: (Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari keburukan mereka dan kami menjadikan-Mu di leher mereka [sehingga mereka tidak berdaya].)” diriwAyatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya.

Tafsir Kemenag: Ketika Nabi Musa memperoleh berita tentang rencana jahat Fir’aun untuk membunuhnya, ia berkata kepada kaumnya bahwa ia berlindung kepada Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka juga. Nabi Musa yakin bahwa Allah pasti akan melindunginya karena ia berada di pihak yang benar, sedangkan Fir’aun adalah orang sombong, jahat, kejam, berbuat semena-mena di Mesir, membunuhi orang-orang yang tidak bersalah, dan mengakui dirinya sebagai tuhan yang harus dipatuhi semua perintahnya.

Tindakan Fir’aun itu dilatarbelakangi ketidakpercayaan kepada adanya hari kemudian, dimana setiap perbuatan sekecil apa pun akan diminta pertanggungjawabannya. Fir’aun tidak percaya adanya hari kemudian itu sehingga ia tidak percaya bahwa bila bertindak kejam di dunia ini akan dibalas nanti di akhirat. Demikianlah akibat kekafiran. Manusia akan berlaku semena-mena di alam ini, yang bisa mengakibatkan alam ini hancur.

Tafsir Quraish Shihab: Mûsâ lalu berkata kepada Fir’aun dan kaumnya, “Aku berlindung kepada Sang Pemilik urusanku yang memeliharaku–dan juga Pemilik urusan kalian yang memelihara kalian dengan karunia dan kebaikan-Nya–dari setiap orang yang arogan dan sombong, yang tidak percaya kepada hari perhitungan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-mu’min Ayat 23-27 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S