Surah Al-Qashash Ayat 38-42; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 38-42

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 38-42 ini, menerangkan bahwa setelah kehabisan alasan dan dalil untuk membantah keterangan Musa dan bukti-bukti yang dikemukakannya, Fir’aun memerintahkan kepada kaumnya supaya jangan percaya kepada berita dusta yang dikemukakan Musa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menegaskan bahwa Fir’aun dan tentaranya sangat sombong dan takabur. Fir’aun menganggap dan mengaku hanya dialah penguasa yang mutlak di muka bumi. Karena kesombongan dan ketakaburan itu, Allah mengazab mereka di dunia dan akhirat. Di dunia Fir’aun ditenggelamkan bersama tentaranya ke dalam lautan, dan di akhirat mereka akan disiksa dalam neraka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 38-42

Surah Al-Qashash Ayat 38
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ

Terjemahan: Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.

Tafsir Jalalain: وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ (Dan berkata Firaun, “Hai pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku sendiri. Maka bakarlah hai Haman, untukku tanah liat) maksudnya buatlah batu bata untukku فَاجْعَل لِّي صَرْحًا (kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi) maksudnya gedung yang tinggi sekali لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى (supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa) aku akan melihat-Nya dan berdiri di hadapan-Nya.

وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ (dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta”) di dalam pengakuannya yang mengatakan ada Tuhan lain selain aku, bahwa ia seorang Rasul.

Tafsir Ibnu Katsir: يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي (“Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui ilah bagimu selain aku.”) Allah mengabarkan tentang kekufuran dan kediktatoran Fir’aun serta kedustaannya terhadap pengakuan ketuhanan dirinya yang buruk, semoga Allah melaknatnya. Dan perkataannya:

فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى (“Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat melihat Ilah nya Musa.”) yaitu ia memerintahkan kepada Haman, penata rakyat dan penasehat kerajaannya, untuk membakar tanah liat, yakni membuat batu bata untuk membangun ash-Sharh, yaitu sebuah istana megah yang tinggi menjulang.

Hal itu disebabkan karena Fir’aun membangun sebuah istana megah yang belum pernah ada di dunia bangunan yang lebih tinggi dari bangunannya guna membuktikan kepada rakyatnya tentang kedustaan Musa yang mendakwahkan adanya Ilah lain selain Fir’aun.

Untuk itu dia berkata: وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ (“Dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.”) yaitu dalam perkataannya bahwa disana terdapat Rabb selain diriku. Tidak mungkin Dia mendustakannya, bahwa Allah Ta’ala telah mengutusnya, karena belum pernah diakui tentang adanya Pencipta Jalla wa ‘Alaa, maka ia berkata: wa maa rabbul ‘aalamiin ? (“Siapakah Rabb semesta alam itu?”)(asy-Syu’araa: 23) inilah perkataan Ibnu Jarir.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa setelah kehabisan alasan dan dalil untuk membantah keterangan Musa dan bukti-bukti yang dikemukakannya, Fir’aun memerintahkan kepada kaumnya supaya jangan percaya kepada berita dusta yang dikemukakan Musa. Selama ini tidak ada seorang pun yang berani mendakwahkan bahwa ada Tuhan selain dia.

Semenjak dahulu selama Mesir diperintah oleh Fir’aun, yang silih berganti, tak seorang pun yang mengingkari bahwa Fir’aun adalah tuhan-tuhan yang berkuasa di muka bumi. Mata hati rakyat dikelabui dengan dongeng dan khurafat yang menyatakan bahwa manusia harus tunduk kepada kekuasaan Fir’aun.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 20; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dia selalu melakukan tindakan yang kejam dan bengis terhadap orang yang berani mengingkari kekuasaannya sebagai tuhan dengan menyiksa dan memenjarakan bahkan membunuhnya. Hal ini disebutkan dalam firman Allah:

Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (an-Nazi’at/79: 23-24)

Firman Allah: Dia (Fir’aun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara.” (asy-Syu’ara’/26: 29)

Imam Fakhruddin ar-Razi berpendapat bahwa Fir’aun mendakwakan dirinya sebagai tuhan maksudnya bukan dia yang menciptakan langit, bumi, lautan, gunung-gunung, dan manusia seluruhnya karena hal itu tidak akan dapat diterima oleh akal. Maksudnya adalah supaya orang memperhambakan diri kepadanya. Dia hanya menolak adanya tuhan yang harus dipatuhi dan di sembah selain dia.

Lalu Fir’aun memerintahkan kepada wazirnya, Haman, supaya menyalakan api yang besar untuk membuat batu bata yang banyak dan mendirikan bangunan yang tinggi supaya dia dapat naik ke langit melihat Tuhan yang didakwahkan Musa. Fir’aun lalu menegaskan bahwa Musa adalah pembohong besar. Senada dengan ini, Allah berfirman:

Dan Fir’aun berkata, “Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta.” Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir’aun perbuatan buruknya itu, dan dia tertutup dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (al-Mu’min/40: 36-37).

Tafsir Quraish Shihab: Ketika tidak kuasa lagi untuk mendebat Mûsâ, Fir’aun–dengan tetap bersikap sewenang-wenang–berkata, “Wahai masyarakat sekalian, aku tidak mengetahui adanya Tuhan bagi kalian selain diriku.”

Kemudian ia memerintahkan menterinya, Hâman, untuk menyewa seseorang agar membuat bangunan dan istana yang tinggi agar Fir’aun dapat menaikinya untuk melihat Tuhan yang diserukan Mûsâ. Maka, dengan begitu, Fir’aun dapat lebih yakin bahwa Mûsâ termasuk dalam golongan para pendusta dalam anggapannya.

Surah Al-Qashash Ayat 39
وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ

Terjemahan: dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.

Tafsir Jalalain: وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ (Dan berlaku angkuhlah Firaun dan bala tentaranya di bumi Mesir) di negeri Mesir بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ (tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami) dapat dibaca La Yurja’una dan La Yarji’una.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ (“Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi [Mesir] tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.”) yaitu merek melampaui batas, sombong dan banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Serta mereka berkeyakinan bahwa tidak ada hari Kiamat dan tempat kembali.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa Fir’aun dan tentaranya sangat sombong dan takabur. Fir’aun menganggap dan mengaku hanya dialah penguasa yang mutlak di muka bumi. Siapa saja yang menantangnya dianggap salah dan durhaka.

Kalau dikatakan kepadanya ada Tuhan yang lebih besar daripada kekuasaannya, Fir’aun menjadi kalap, dan tak dapat lagi menguasai dirinya, seperti memerintahkan dengan segera membuat suatu hal yang mustahil, seperti membuat bangunan setinggi langit agar dia dapat berhadapan dengan Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa.

Fir’aun dan kaumnya mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan, tidak akan diperhitungkan apa yang telah dikerjakan selama hidup di dunia, dan tidak ada yang akan menyiksa bila mereka melakukan kezaliman dan kekejaman. Memang demikianlah kepercayaan mereka karena pengaruh kesombongan dan ketakaburan itu.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 43; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Mereka membuat piramida yang besar untuk kuburan mereka yang diisi dengan perabot yang lengkap dan serba mewah serta pakaian dan perhiasan yang indah-indah, untuk dinikmati sesudah mati.

Karena kesombongan dan ketakaburan itu, Allah mengazab mereka di dunia dan akhirat. Di dunia Fir’aun ditenggelamkan bersama tentaranya ke dalam lautan, dan di akhirat mereka akan disiksa dalam neraka.

Demikianlah nasib yang telah ditetapkan Allah bagi orang yang takabur dan sombong, berbuat zalim dan aniaya terhadap Allah dan sesamanya. Sebenarnya kelanjutan kisah Fir’aun bisa ditemukan pada surah-surah lain dalam Al-Qur’an seperti Surah al-A’raf, Yunus, thaha, dan sebagainya. Akan tetapi, Allah hendak menegaskan di sini bagaimana nasib orang-orang yang durhaka yang tidak lagi mempergunakan akal dan pikirannya sehingga tertutuplah hatinya untuk menerima kebenaran dari mana pun datangnya, sehingga dia menjadi sombong dan takabur. Hal itu layak menjadi perhatian dan pelajaran bagi seluruh manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun dan balatentaranya tetap angkuh dengan kebatilan di bumi Mesir. Mereka mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan di akhirat nanti untuk mendapatkan penghitungan dan pembalasan.

Surah Al-Qashash Ayat 40
فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ

Terjemahan: Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.

Tafsir Jalalain: فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ (Maka Kami hukum Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka) Kami campakkan mereka فِي الْيَمِّ (ke dalam laut) yang asin airnya, sehingga tenggelamlah mereka. فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim) sewaktu mereka menjadi binasa.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu dalam ayat ini Allah berfirman: فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ (“Dan Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut.”) yaitu Kami tenggelamkan mereka ke dalam lautan di suatu pagi. Maka tidak ada seorangpun yang tersisa.

Tafsir Kemenag: Karena kesombongan dan ketakaburan itu, Allah mengazab mereka di dunia dan akhirat. Di dunia Fir’aun ditenggelamkan bersama tentaranya ke dalam lautan, dan di akhirat mereka akan disiksa dalam neraka.

Demikianlah nasib yang telah ditetapkan Allah bagi orang yang takabur dan sombong, berbuat zalim dan aniaya terhadap Allah dan sesamanya. Sebenarnya kelanjutan kisah Fir’aun bisa ditemukan pada surah-surah lain dalam Al-Qur’an seperti Surah al-A’raf, Yunus, thaha, dan sebagainya.

Akan tetapi, Allah hendak menegaskan di sini bagaimana nasib orang-orang yang durhaka yang tidak lagi mempergunakan akal dan pikirannya sehingga tertutuplah hatinya untuk menerima kebenaran dari mana pun datangnya, sehingga dia menjadi sombong dan takabur. Hal itu layak menjadi perhatian dan pelajaran bagi seluruh manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Maka Kami lalu mencabut kekuasaan Fir’aun. Ia dan balatentaranya Kami seret lalu Kami tenggelamkan ke dalam laut, untuk menghilangkan faktor penyebab kezaliman dalam diri mereka. Maka renungilah, wahai Muhammad, dan ingatkanlah kaummu tentang kesudahan orang-orang yang zalim di dunia. Sesungguhnya kamu akan dimenangkan atas mereka.

Surah Al-Qashash Ayat 41
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنصَرُونَ

Terjemahan: Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.

Tafsir Jalalain: وَجَعَلْنَاهُمْ (Dan Kami jadikan mereka) di dunia أَئِمَّةً (pemimpin-pemimpin) A-immatan dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil, yakni pemimpin-pemimpin dalam kemusyrikan يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ (yang menyeru ke neraka) disebabkan seruan mereka yang mengajak kepada kemusyrikan وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنصَرُونَ (dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong) yaitu azab mereka tidak dapat ditolak lagi.

Tafsir Ibnu Katsir: وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ (Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru ke neraka.”) yaitu bagi orang yang berjalan di belakang mereka dan menempuh cara-cara mereka dalam mendustakan Rasul dan menolak Pencipta.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 79-80; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنصَرُونَ (“Dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.”) yaitu terkumpullah pada mereka kehinaan di dunia yang membawa kehinaan di akhirat.

Tafsir Kemenag: Ayat ini memberi julukan kepada Fir’aun dan kaumnya yang durhaka bahwa mereka adalah pemimpin-pemimpin yang membawa manusia ke neraka karena mereka telah menyesatkan manusia dan memaksa setiap orang untuk kafir terhadap Tuhannya. Mereka merasa bebas melakukan kezaliman sekehendak hatinya, tanpa ada rasa keadilan dan rasa kasih sayang.

Sebenarnya mereka ini telah melakukan dua kesalahan, kesalahan bagi diri mereka sendiri dan kesalahan menyesatkan orang lain. Maka pantaslah bila mereka menerima siksaan yang berlipat ganda, siksaan terhadap kesesatan sendiri dan siksaan karena menyesatkan orang lain. Oleh karena itu, tidak akan ada penolong bagi mereka di akhirat nanti dan tidak ada yang akan membebaskan dari siksa Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Allah berfirman, “Mereka Kami jadikan sebagai orang-orang yang mempropagandakan kekufuran yang menyeret ke neraka. Dan mereka tidak akan mendapatkan seseorang yang dapat menolong dan mengeluarkan mereka dari siksa ini pada hari kiamat.

Surah Al-Qashash Ayat 42
وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُم مِّنَ الْمَقْبُوحِينَ

Terjemahan: Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).

Tafsir Jalalain: وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً (Dan Kami sertakan laknat kepada mereka di dunia ini) berupa kehinaan وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُم مِّنَ الْمَقْبُوحِينَ (dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan) dari rahmat-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: wa atba’naaHum fii HaadziHid dun-yaa la’natan (“Dan Kami sertakan laknat kepada mereka di dunia ini.”) yaitu Allah memulai melaknat mereka dan melaknat kerajaan mereka melalui lisan orang-orang yang beriman diantara hamba-hamba-Nya yang mengikuti para Rasul.

Sebagaimana merek di dunia dilaknat melalui lisan para Nabi as. dan para pengikut mereka. demikianlah, wa yaumal qiyaamati Hum minal maqbuuhiin (“Pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan [dari rahmat Allah].”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini memberi julukan kepada Fir’aun dan kaumnya yang durhaka bahwa mereka adalah pemimpin-pemimpin yang membawa manusia ke neraka karena mereka telah menyesatkan manusia dan memaksa setiap orang untuk kafir terhadap Tuhannya. Mereka merasa bebas melakukan kezaliman sekehendak hatinya, tanpa ada rasa keadilan dan rasa kasih sayang.

Sebenarnya mereka ini telah melakukan dua kesalahan, kesalahan bagi diri mereka sendiri dan kesalahan menyesatkan orang lain. Maka pantaslah bila mereka menerima siksaan yang berlipat ganda, siksaan terhadap kesesatan sendiri dan siksaan karena menyesatkan orang lain. Oleh karena itu, tidak akan ada penolong bagi mereka di akhirat nanti dan tidak ada yang akan membebaskan dari siksa Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Di dunia, mereka Kami usir dari rahmat Kami, dan di hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang binasa.” (Apa yang telah diceritakan dalam dua ayat ini tentang keadaan mereka adalah bukti kemurkaan Allah).

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 38-42 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S