Surah Al-Qashash Ayat 62-67; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 62-67

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 62-67 ini, diterangkan bahwa mereka yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan dan sembahan-sembahan lain di dunia, disuruh memanggil tuhan-tuhan mereka yang dijadikan sekutu Allah untuk menolak azab yang menimpa mereka. Ketika mereka memanggilnya, berhala-berhala itu tentu tidak bisa menjawab karena tidak berdaya sedikit pun.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 62-67

Surah Al-Qashash Ayat 62
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ

Terjemahan: Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata: “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) ingatlah يَوْمَ يُنَادِيهِمْ (hari di waktu Dia menyeru mereka) yang dimaksud adalah Allah menyeru mereka فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ (seraya berkata, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian menduga”) bahwa mereka adalah sekutu-sekutu-Ku.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang sesuatu yang menghinakan kaum kafir musyrikin pada hari Kiamat, dimana Dia menyeru mereka dengan firman-Nya: أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ (“Dimanakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan.”) yaitu dimana ilah-ilah yang dahulu kalian sembah di dunia berupa berhala dan tandingan-tandingan lain, apakah mereka dapat menolong kalian atau mereka mendapat pertolongan ? ini merupakan ketegasan dan ancaman, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:

“Seandainya Kami dapat kembali (ke dunia), pasti Kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (al-Baqarah: 166-167)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memerintahkan Nabi saw untuk memperingatkan kaumnya tentang hari ketika Allah memanggil orang-orang yang menyesatkan dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Allah akan berkata kepada mereka, “Mana sekutu-sekutu-Ku? Mana malaikat, jin, dan berhala-berhala yang kamu anggap sekutu-sekutu-Ku di dunia? Dapatkah semuanya itu melepaskan dari azab yang menimpamu?” Tentu tidak.

Hal ini dikemukakan sekedar penghinaan kepada mereka. Sejalan dengan ayat ini Allah berfirman: Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia).

Kami tidak melihat pemberi syafaat (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah). (al-An’am/6: 94)

Tafsir Quraish Shihab: Dan ingatlah, Muhammad, hari ketika mereka berdiri di hadapan Allah untuk dihitung. Lalu mereka dipanggil dengan panggilan yang menghinakan, “Mana tuhan-tuhan yang kalian anggap sebagai sekutu- sekutu untuk membela atau menolong kalian itu?”

Surah Al-Qashash Ayat 63
قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا أَغْوَيْنَاهُمْ كَمَا غَوَيْنَا تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ

Terjemahan: “Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka; “Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami”.

Tafsir Jalalain: قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ (Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka) yakni mereka harus masuk ke dalam neraka, mereka adalah para pemimpin kesesatan, رَبَّنَا هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا (“Ya Rabb kami! Mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu) lafal Haula-i adalah Mubtada dan Al Ladzina Aghwainahum adalah sifatnya أَغْوَيْنَاهُ (kami telah menyesatkan mereka) lafal ayat ini menjadi Khabarnya. Yaitu setelah kami sesatkan mereka, maka mereka pun tersesatlah كَمَا غَوَيْنَا (sebagaimana kami sendiri sesat) yakni, kami tidak memaksakan mereka untuk sesat,

تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ (kami menyatakan berlepas diri kepada Engkau) dari mereka مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ (mereka sekali-kali tidak menyembah kami”) Ma di sini adalah Nafiyah, dan sengaja Maf’ulnya didahulukan demi untuk Fashilah, atau untuk memelihara keseragaman akhir ayat.

Tafsir Ibnu katsir: Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah). (Al-An’am: 94) Adapun firman Allah Swt.: Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka. (Al-Qashash: 63) Yakni setan-setan, para pembangkang, dan yang menyeru kepada kekafiran.

Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami. (Al-Qashash: 63) Setan-setan itu menyatakan pengakuannya, bahwa orang-orang tersebut telah mereka sesatkan, dan orang-orang itu mau mengikuti mereka; tetapi pada akhirnya setan-setan itu berlepas diri dari penyembahan yang dilakukan mereka,

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 51-54; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir kemenag: Ayat ini menerangkan jawaban para penyesat dan pengajak kepada kekafiran yang berusaha melepaskan diri dari tanggung jawabnya menyesatkan orang lain. Mereka telah dipastikan mendapat kemurkaan dan yang telah mendapat ancaman dari Allah dengan firman-Nya: Pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama. (as-Sajdah/32: 13)

Para pengajak kepada kekafiran itu akhirnya masuk ke dalam neraka. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, mereka itulah yang telah kami sesatkan sebagaimana kami juga sesat. Kami sekadar mengajak mereka lalu mereka mengikuti ajakan kami yang menyesatkan itu dengan kemauan sendiri.

Tidak ada paksaan sama sekali dari kami.” Ketika mereka diajak untuk beriman kepada Allah, mereka tidak menghiraukannya sama sekali padahal ajakan itu adalah ajakan yang sebenarnya. Peristiwa semacam ini sama dengan peristiwa yang akan terjadi di akhirat yaitu dialog antara setan dengan manusia yang telah disesatkannya, sebagaimana firman Allah:

Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku.

Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim/14: 22)

Pembelaan diri setan dengan mengatakan bahwa orang yang sesat itu mematuhi ajakannya dengan kemauan mereka sendiri, bukan tekanan darinya karena ia tidak punya kekuasaan atas manusia, dikuatkan oleh firman Allah kepada Iblis:

Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat. (al-hijr/15: 42)

Pemimpin-pemimpin yang menyesatkan itu menyatakan tidak bertanggung jawab kepada Allah atas perbuatan pengikut-pengikutnya, dengan alasan bahwa mereka tidak menyembah kepada-Nya tetapi kepada berhala-berhala. Kejadian seperti ini disebutkan dalam ayat yang lain yaitu firman Allah:

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. (al-Baqarah/2: 166)

Tafsir Quraish Shihab: Pemimpin-pemimpin kaum kafir dari golongan orang-orang yang pasti tertimpa kemurkaan dan ancaman Allah itu berkata, “Wahai Tuhan kami, orang-orang yang kami ajak untuk menyekutukan-Mu dan kami hiasi kesesatan untuk mereka itu memang telah kami sesatkan. Tetapi hal itu karena mereka sendiri telah memilih dan menerima kekufuran sebagaimana halnya kami.

Pada hari ini, kami membebaskan diri kepada-Mu dari mereka dan juga dari kekufuran yang mereka pilih di dunia. Mereka tidak menyembah kami, tetapi menyembah dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri.”

Surah Al-Qashash Ayat 64
وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَرَأَوُا الْعَذَابَ لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ

Terjemahan: “Dikatakan (kepada mereka) “Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu”, lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat azab. (Mereka ketika itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk.”

Tafsir Jalalain: وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ (Dikatakan kepada mereka “Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian!”) yaitu berhala-berhala yang kalian yakini, bahwa mereka adalah sekutu-sekutu Allah فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا (lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan mereka) tidak menjawab seruan mereka لَهُمْ وَرَأَوُ (lalu mereka melihat) mereka yang diseru itu الْعَذَابَ (azab) melihatnya dengan mata kepala mereka لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ (kiranya mereka dahulu menerima petunjuk) sewaktu di dunia, mereka baru sadar setelah melihat azab di akhirat.

Tafsir Ibnu katsir: Untuk itu Dia berfirman: وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَرَأَوُا الْعَذَابَ (“Lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan, dan mereka melihat adzab.”) yaitu mereka yakin akan digiring menuju neraka, tidak mustahil.

Dan firman-Nya: لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ (“Kiranya mereka dahulu menerima petunjuk.”) artinya mereka meminta belas kasihan ketika mereka melihat adzab, sekiranya dahulu di dunia mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini diterangkan bahwa mereka yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan dan sembahan-sembahan lain di dunia, disuruh memanggil tuhan-tuhan mereka yang dijadikan sekutu Allah untuk menolak azab yang menimpa mereka. Ketika mereka memanggilnya, berhala-berhala itu tentu tidak bisa menjawab karena tidak berdaya sedikit pun. Hal ini dilakukan hanya untuk memperlihatkan kebodohan mereka yang disaksikan oleh segenap penghuni akhirat.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 46-47; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Mereka yang memanggil dan yang dipanggil yakin bahwa mereka akan diseret ke neraka karena dosa-dosa mereka, dan mereka sudah tidak dapat mengelak dan lari ke tempat lain, sebagaimana firman Allah: Dan orang yang berdosa melihat neraka, lalu mereka menduga bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (al-Kahf/18: 53)

Setelah menyaksikan azab yang akan menimpa mereka, ketika itu mereka menyesal seandainya dahulu ketika masih hidup di dunia mereka menerima petunjuk dan beriman kepada Allah. Akan tetapi, pengandaian itu hanya merupakan angan-angan yang tidak mungkin terlaksana.

Tafsir Quraish Shihab: Perintah kepada orang-orang musyrik untuk memanggil tuhan-tuhan yang mereka sekutukan bersama Allah agar menolong mereka dari azab-Nya, sebagaimana yang mereka kira, adalah perintah dengan maksud menghinakan. Lalu mereka menunduk penuh hina dan memanggil sekutu-sekutu itu dengan kebingungan. Tetapi mereka tidak mendapatkan jawaban dari tuhan-tuhan itu, lalu mereka melihat azab yang disiapkan untuk mereka telah datang.

Mereka pun kemudian berharap seandainya mereka termasuk golongan orang-orang yang beriman dan diberi petunjuk di dunia, pasti mereka tidak akan tertimpa azab.

Surah Al-Qashash Ayat 65
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ

Terjemahan: Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata: “Apakah jawabanmu kepada para rasul?”

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) ingatlah يَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ (hari di waktu Allah menyeru mereka, seraya berkata “Apakah jawaban kalian kepada para Rasul?”) yang diutus kepada kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ (“Dan [ingatlah] hari [di waktu] Allah menyeru mereka seraya berkata: ‘Apakah jawabanmu kepada para Rasul?’”) panggilan pertama adalah tentang panggilan tauhid, sedangkan ini mengandung penetapan kenabian. Yaitu apa jawaban kalian kepada para Rasul yang diutus kepada kalian dan bagaimana dahulu sikap kalian kepada mereka? hal ini sebagaimana seorang hamba ditanya di dalam kuburnya:

“Siapakah Rabbmu, siapa Nabimu dan apa agamamu?” adapun orang yang beriman maka ia akan berkata: “AsyHadu allaa ilaaHa illallaaH wa anna Muhammadan ‘abduHuu wa rasuuluHu.” Sedangkan orang kafir berkata: “Ha, ha, aku tidak tahu.” Tidak ada jawaban yang dimilikinya pada hari kiamat kecuali diam seribu bahasa. Karena orang yang dahulu ini buta, maka di akhiratpun dia buta dan sesat.

Tafsir Kemenag: Sesudah dinyatakan kepada mereka bahwa tindakan mereka mempersekutukan Allah adalah sesat, maka sebagai cercaan atas perbuatannya, itu pada ayat ini ditanyakan kepada mereka tentang bagaimana cara mereka menyambut seruan para rasul untuk membersihkan diri dari penyembahan berhala, dan mengajak berakidah tauhid, mengesakan Allah. Mereka diam seribu bahasa, tidak dapat mengemukakan sedikit pun alasan sebagai jawaban dari pernyataan yang dilontarkan. Mereka bingung tidak tahu apa yang mesti dikatakan.

Oleh karena itu, mereka saling bertanya, seperti orang yang sedang menghadapi kesulitan. Mereka tertunduk karena malu dan menyesal. Apabila para rasul tidak dapat menjawab pertanyaan yang dimajukan kepadanya tentang jawaban dan sambutan kaumnya mengenai seruannya kepada mereka, tentu orang-orang yang sesat dan menyesatkan di dunia yang tidak mengindahkan seruan nabi-nabi lebih cemas lagi.

Firman Allah: (Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban (kaummu) terhadap (seruan)mu?” Mereka (para rasul) menjawab, “Kami tidak tahu (tentang itu). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.” (al-Ma’idah/5: 109).

Tafsir Quraish Shihab: Dan ingatlah juga, wahai Rasul, hari ketika orang-orang musyrik itu dipanggil dari sisi Allah dengan panggilan yang menghinakan, “Apakah jawaban yang kalian berikan kepada rasul-rasul-Ku yang telah Aku utus untuk menyeru kalian kepada keimanan, lalu mereka menyampaikan pesan-pesan kerasulan kepada kalian?

Surah Al-Qashash Ayat 66
فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْأَنبَاءُ يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاءَلُونَ

Terjemahan: Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling tanya menanya.

Tafsir Jalalain: فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْأَنبَاءُ (Maka gelaplah bagi mereka segala alasan) maksudnya alasan yang dapat menyelamatkan diri mereka tidak dapat mereka kemukakan يَوْمَئِذٍ (di hari itu) mereka tidak dapat menemukan alasan agar dirinya dapat selamat dari azab فَهُمْ لَا يَتَسَاءَلُونَ (karena itu mereka tidak saling tanya menanya) mengenai hal ini, mereka hanya diam saja.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 38-39; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Ibnu katsir: Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْأَنبَاءُ يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاءَلُونَ (“Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling bertanya.”)

Mujahid berkata: “Gelaplah bagi mereka berbagai dalil, maka mereka tidak saling tanya tentang keturunan.”

Tafsir Kemenag: Sesudah dinyatakan kepada mereka bahwa tindakan mereka mempersekutukan Allah adalah sesat, maka sebagai cercaan atas perbuatannya, itu pada ayat ini ditanyakan kepada mereka tentang bagaimana cara mereka menyambut seruan para rasul untuk membersihkan diri dari penyembahan berhala, dan mengajak berakidah tauhid, mengesakan Allah. Mereka diam seribu bahasa, tidak dapat mengemukakan sedikit pun alasan sebagai jawaban dari pernyataan yang dilontarkan. Mereka bingung tidak tahu apa yang mesti dikatakan.

Oleh karena itu, mereka saling bertanya, seperti orang yang sedang menghadapi kesulitan. Mereka tertunduk karena malu dan menyesal. Apabila para rasul tidak dapat menjawab pertanyaan yang dimajukan kepadanya tentang jawaban dan sambutan kaumnya mengenai seruannya kepada mereka, tentu orang-orang yang sesat dan menyesatkan di dunia yang tidak mengindahkan seruan nabi-nabi lebih cemas lagi.

Firman Allah: (Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban (kaummu) terhadap (seruan)mu?” Mereka (para rasul) menjawab, “Kami tidak tahu (tentang itu). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.” (al-Ma’idah/5: 109).

Tafsir Quraish Shihab: Kabar dari rasul itu tidak tampak bagi mereka. Mereka tidak mendapatkan petunjuk untuk dapat melihatnya. Seakan-akan mereka ada dalam kebutaan. Mereka tidak dapat saling bertanya, karena mereka semuanya sama: tidak mampu menjawab.

Surah Al-Qashash Ayat 67
فَأَمَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَن يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ

Terjemahan: “Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.

Tafsir Jalalain: فَأَمَّا مَن تَابَ (Adapun orang yang bertobat) dari kemusyrikan وَآمَنَ (dan beriman) percaya kepada keesaan Allah وَعَمِلَ صَالِحًا (serta mengerjakan amal yang saleh) yakni melaksanakan perbuatan-perbuatan yang difardukan فَعَسَى أَن يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ (semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung) yang selamat berkat adanya janji Allah.

Tafsir Ibnu katsir: Firman-Nya: فَأَمَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا (“Adapun orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal shalih.”) yaitu di dunia. فَعَسَى أَن يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ (“Semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.”) yaitu pada hari kiamat, dan semoga ia mendapat balasan dari Allah. Sesungguhnya hal ini terjadi dengan kelebihan dan karunia Allah.

Tafsir Kemenag: Betapapun banyaknya dosa seseorang, termasuk menyekutukan Allah yang merupakan dosa yang paling besar, bila ia tobat dan kembali kepada kebenaran, serta beribadah kepada-Nya, membenarkan nabi-Nya, mengerjakan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya, tentu ia termasuk orang-orang yang beruntung dan berbahagia di akhirat. Kejahatannya diganti oleh Allah dengan kebajikan. Ia mendapat karunia dan masuk ke surga yang penuh nikmat. Ia tinggal di dalamnya kekal untuk selama-lamanya,

sebagaimana firman Allah : Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Furqan/25: 68-70).

Tafsir Quraish Shihab: Ini adalah keadaan orang-orang musyrik. Adapun orang yang bertobat dari kesyirikan dan beriman dengan keimanan yang benar serta mengerjakan amal saleh, maka ia adalah orang yang berpengharapan untuk termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan keridaan Allah dan kenikmatan yang abadi di sisi-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Al-Qashash Ayat 62-67 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S