Surah Al-Qashash Ayat 7-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 7-9

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 7-9 ini, Allah menjelaskan jawaban istri Fir’aun untuk mempertahankan bayi itu agar tidak dibunuh, karena Fir’aun khawatir kalau bayi itu anak seorang Bani Israil yang dikhawatirkan akan menghancurkan kekuasaannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Istri Fir’aun yang telah telanjur menyayangi anak itu karena tertarik melihat parasnya yang rupawan mengatakan, “Janganlah engkau bunuh anak ini karena saya amat sayang dan tertarik kepadanya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 7-9

Surah Al-Qashash Ayat 7
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

Terjemahan: Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.

Tafsir Jalalain: وَأَوْحَيْنَا (Dan kami ilhamkan) wahyu berupa ilham atau ilham melalui mimpi إِلَى أُمِّ مُوسَى (kepada ibu Musa) Musa adalah bayi yang dimaksud oleh peramal Firaun, dan tidak ada seorang pun mengetahui kelahirannya selain saudara perempuannya sendiri. أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ (“Susukanlah dia! Apabila kamu khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke dalam sungai) yakni sungai Nil

وَلَا تَخَافِي (dan janganlah kamu khawatir) ia akan tenggelam وَلَا تَحْزَنِي (dan janganlah bersedih hati) karena berpisah dengan bayimu itu إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ (karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para Rasul.”) maka ibu Musa menyusukan Musa selama tiga bulan, selama itu Musa tidak pernah menangis. Akhirnya ibu Musa merasa khawatir akan keselamatan Musa, lalu ia menaruh Musa yang masih bayi itu ke dalam sebuah peti dilapisi dengan ter/aspal sebelah dalamnya, supaya air jangan masuk lalu dihanyutkan ke sungai Nil, di waktu malam hari.

Tafsir Ibnu Katsir: Mereka bercerita bahwa ketika Fir’aun mulai banyak membunuh anak laki-laki Bani Israil, bangsa Qibthi mulai takut akan musnahnya Bani Israil, sehingga di masa yang akan datang mereka akan mendapatkan pekerjaan berat.

Untuk itu merek berkata kepada Fir’aun: “Dikhawatirkan, seandainya hal itu terus berlangsung, orang-orang tua mereka terus mati dan anak-anak mereka terus terbunuh. Sedang wanita-wanita mereka tidak mungkin dapat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan kaum laki-laki mereka. maka carilah jalan keluar masalah tersebut untuk kita.”

Lalu dia memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki selama setahun dan membiarkan mereka selama setahun. Harun as. dilahirkan pada tahun yang dibiarkannya anak-anak itu hidup, sedangkan Musa as. lahir di tahun pembunuhan anak-anak laki-laki. Fir’aun mempunyai orang-orang yang diberi tugas untuk hal tersebut serta memiliki bidan-bidan yang bertugas berkeliling mencari para wanita.

Barangsiapa yang melihat mereka hamil, mereka mendata nama-namanya. Lalu di waktu kelahirannya, mereka tidak ditangani kecuali oleh bidan-bidan Qibthi saja, dan jika wanita bani Israil melahirkan anak perempuan maka dibiarkan hidup anak tersebut. Dan jika wanita itu melahirkan bayi laki-laki, maka algoji masuk membawa pedang terhunus dan membunuh bayi itu –semoga Allah membusukkan mereka-.

Maka ketika Ibnu Musa hamil, tidak tampak tanda-tanda kehamilannya seperti wanita lain. Akan tetapi ketika ia melahirkan anak laki-laki, tampak kekhawatiran jiwanya dan merasakan takut teramat sangat disertai perasaan cinta yang sangat mendalam kepada anaknya. Memang tidak ada satu orangpun yang melihat Musa melainkan ia akan mencintainya.

Orang-orang bahagia adalah orang yang dicintai secara alami dan secara syar’i. Allah berfirman yang artinya: “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku.” (ThaaHaa: 39)

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 46-48; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Lalu ketika perasaannya sangat menderita, ia diberi ilham secara rahasia dan disampaikan ke dalam bathinnya serta ditiupkan ke dalam hatinya, sebagaimana firman Allah: وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ (“dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;

“Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan situasi yang sangat mencemaskan ibu Musa yang akan melahirkan anaknya. Ia tahu bahwa anak itu akan direnggut dari pangkuannya dan akan dibunuh tanpa rasa iba dan belas kasihan.

Walaupun kelahiran Musa dapat disembunyikan, tetapi lama-kelamaan pasti akan diketahui oleh mata-mata Fir’aun yang banyak bertebaran di pelosok negeri, sehingga nasib bayinya akan sama dengan nasib bayi-bayi Bani Israil lainnya.

Setelah melahirkan Musa, ibunya selalu merasa gelisah dan khawatir memikirkan nasib anaknya yang telah dikandungnya dengan susah payah selama sembilan bulan yang menjadi tumpuan harapan setelah bayi itu besar. Oleh karena itu, ia selalu memohon kepada Allah agar anaknya diselamatkan dari bahaya maut yang selalu mengancamnya.

Dalam keadaan gelisah dan cemas itu, Allah mengilhamkan kepada ibu Musa bahwa dia tidak perlu khawatir dan cemas. Hendaklah dia tetap menyusui dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Bila dia merasa takut karena ada tanda-tanda bahwa anaknya itu akan diketahui oleh Fir’aun, maka hendaklah ia melemparkan anak itu ke sungai Nil.

Ibu Musa diperintahkan Allah untuk tidak merasa ragu dan khawatir, karena Dia akan menjaga dan mengembalikan Musa ke pangkuannya. Kelak anak itu akan menjadi rasul Allah yang akan menyampaikan dakwah kepada Fir’aun.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan, wahai Muhammad, kepada manusia,
“Aku diperintahkan hanya untuk menyembah Allah, Tuhan Penjaga negeri Mekah yang mulia, suci dan aman. Di negeri ini tidak boleh ada pertumpahan darah, binatangnya pun tidak boleh dibunuh dan pohon-pohonnya tidak boleh ditebang. Allah subhanahu wa ta’ala Pemilik dan Pencipta segala yang ada di alam semesta. Aku diperintah agar menjadi orang yang tunduk kepada-Nya.

Surah Al-Qashash Ayat 8
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ

Terjemahan: Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.

Tafsir Jalalain: فَالْتَقَطَهُ (Maka ia dipungut) berikut petinya pada keesokan harinya آلُ (oleh keluarga) yakni pembantu-pembantu فِرْعَوْنَ (Firaun) lalu peti itu diletakkan di hadapan Firaun dan Musa dikeluarkan dari dalam peti, di kala itu Musa sedang mengisap jempolnya dari jempol itu keluar air susu لِيَكُونَ لَهُ (yang akibatnya dia bagi mereka akan menjadi) pada akhirnya Musa akan menjadi عَدُوًّا (musuh) kelak akan membunuh kaum laki-laki mereka وَحَزَنًا (dan kesedihan) karena akan menindas kaum wanita mereka. Lafal Hazanan di sini bermakna Isim Fa’il karena diambil dari lafal Hazinahu yang semakna dengan lafal Ahzanahu.

إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ (Sesungguhnya Firaun dan Haman) pembantu Firaun وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ (beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah). Lafal Khathi-ina berasal dari Al Khathi-ah, artinya orang-orang yang durhaka, maka mereka dihukum oleh perbuatannya sendiri.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 52-54; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu katsir: Untuk itu Dia berfirman: فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا (“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.”) Muhammad bin Ishaq dan lain-lain berkata bahwa “lam” dalam ayat ini adalah “lam” yang menunjukkan akibat, bukan “lam” untuk menunjukkan alasan. Karena mereka tidak mengehendaki menemukannya.

Tidak diragukan lagi bahwa dhaHir lafadznya membenarkan apa yang mereka katakan. Akan tetapi, jika dilihat dari makna rangkaian kata, maka “lam” tetap menjadi ta’lil [alasan], karena maknanya adalah, bahwa Allah Ta’ala menggiring mereka untuk menemukannya agar ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. hal tersebut lebih tepat dalam membatalkan kewaspadaan mereka.

Untuk itu Allah berfirman: إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ (“Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah”)

Tafsir kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bagaimana ibu Musa melaksanakan ilham yang diterimanya karena ia yakin apa yang dijanjikan Allah kepadanya pasti terjadi. Setelah bayi Musa dibungkus badannya dan dimasukkan ke dalam peti, Musa dihanyutkan ke sungai Nil dan arus sungai membawanya ke arah istana Fir’aun yang dibangun di tepi sungai itu.

Salah seorang keluarga Fir’aun melihat peti itu terapung-apung dibawa arus sungai dan segera mengambil dan membawanya kepada istri Fir’aun. Setelah dibuka, ia sangat terkejut ketika melihat bahwa isi peti itu adalah seorang bayi. Saat itu juga timbul kasih sayang istri Fir’aun kepada bayi itu. Dengan cepat dibawanya bayi itu kepada Fir’aun.

Tanpa ragu-ragu Fir’aun memerintahkan supaya bayi itu dibunuh karena takut kalau ia keturunan Bani Israil. Akan tetapi, istri Fir’aun membujuknya agar tidak membunuh bayi itu, dan mengangkatnya sebagai anak dengan harapan kelak anak itu akan berjasa kepada Fir’aun dan kerajaannya. Akhirnya Fir’aun mengizinkan anak itu diasuh dan dipelihara oleh istrinya, tanpa menyadari bahwa Allah menghendaki kejadian ini.

Allah menghendaki apabila anak itu dewasa nanti, ia akan menjadi musuh Fir’aun yang paling besar dan akan menumbangkan kekuasaannya, bukan menjadi anak yang akan berjasa dan berbakti kepadanya. Demikianlah Allah menakdirkan keruntuhan kekuasaan Fir’aun, sebagai balasan atas kesombongan, kezaliman, dan kekejamannya terhadap Bani Israil.

Sesungguhnya Fir’aun, Haman, dan tentaranya telah berbuat kesalahan besar dengan melakukan kekejaman itu. Sudah sewajarnya Allah menghancurkan kekuasaan Fir’aun itu dengan perantaraan seorang keturunan Bani Israil yang dihinakannya.

Tafsir Quraish Shihab: Aku juga diperintahkan untuk selalu membaca Alquran, baik sebagai ibadah, perenungan maupun demi mengajak manusia kepada ajarannya.” Siapa yang mengikuti petunjuk Alquran dan beriman kepadanya, maka kebaikan dan pahalanya akan kembali kepada pelakunya, bukan kepada dirimu, Muhammad.

Dan siapa yang menyerong dari kebenaran dan tidak mengikuti dirimu, maka katakan kepadanya, “Aku hanyalah seorang rasul, pemberi peringatan dan penyampai pesan-pesan suci Tuhanku.”

Surah Al-Qashash Ayat 9
وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Terjemahan: Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.

Tafsir Jalalain: وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ (Dan istri Firaun berkata) di kala Firaun beserta para pembantunya sudah bersiap-siap akan membunuh bayi itu, “Ia adalah قُرَّتُ عَيْنٍ لِّي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا (biji mata bagiku dan bagimu, janganlah kalian membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”) akhirnya mereka menuruti kemauan istri Firaun itu وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (sedangkan mereka tiada menyadari) akibat dari perkara mereka dengan bayi itu.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 56-57; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (“Dan berkatalah istri Fir’aun: ‘[Ia] adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak.’ Sedang mereka tidak menyadari.”) yaitu bahwa Fir’aun tatkala melihat bayi itu, ia berniat membunuhnya karena takut bayi itu berasal dari Bani Israil. Akan tetapi permaisurinya [Asiyah binti Muzahim] menentang dan meredam serta merayunya, dimana dia berkata:

قُرَّتُ عَيْنٍ لِّي وَلَكَ (“Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu.”) maka Allah memberikan hidayah kepada permaisuri dengan sebab bayi itu serta membinasakan Fir’aun dengan kedua tangan anak tersebut.

Hal tersebut telah berlalu dalam cerita fitnah di surah ThaaHaa secara panjang lebar, dari riwayat Ibnu ‘Abbas secara marfu’ yang diriwayatkan oleh an-Nasa-i dan lain-lain.

Firman-Nya: عَسَى أَن يَنفَعَنَا (“Mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita”) hal itu telah tercapai baginya dan Allah memberi petunjuk dengan sebab dia [Musa], serta menempatkannya [Asiyah] di dalam jannah karenanya. أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا (“Atau kita ambil ia menjadi anak”) ia ingin menjadikan bayi itu sebagai anaknya atau mengangkatnya sebagai anak. Hal itu disebabkan dia tidak memiliki anak dari Fir’aun.

Firman Allah: وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (“Sedang mereka tidak menyadarinya”) yaitu mereka tidak mengetahui apa yang Allah kehendaki dari peristiwa ditemukannya bayi tersebut oleh mereka berupa hikmah yang agung dan indah, serta hujjah yang pasti.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan jawaban istri Fir’aun untuk mempertahankan bayi itu agar tidak dibunuh, karena Fir’aun khawatir kalau bayi itu anak seorang Bani Israil yang dikhawatirkan akan menghancurkan kekuasaannya. Istri Fir’aun yang telah telanjur menyayangi anak itu karena tertarik melihat parasnya yang rupawan mengatakan,

“Janganlah engkau bunuh anak ini karena saya amat sayang dan tertarik kepadanya. Biarkanlah saya mengasuh dan mendidiknya. Dia akan menjadi penghibur hatiku dan hatimu di kala susah. Siapa tahu di kemudian hari dia akan berjasa kepada kita.

Atau alangkah baiknya kalau dia kita ambil menjadi anak angkat kita, karena sampai sekarang kita belum dikaruniai seorang anak pun.” Karena kegigihan istri Fir’aun dan alasan-alasan logis yang dikemukakannya, akhirnya Fir’aun membiarkan anak itu hidup dan diasuh sendiri oleh istrinya.

Demikianlah takdir Allah. Dia telah menjadikan istri Fir’aun menyayangi anak itu dan menjadikan hati Fir’aun lunak karena rayuan istrinya sehingga anak itu tidak jadi dibunuh. Padahal, anak itulah kelak yang akan menentang Fir’aun dan akan menjadi musuhnya yang utama tanpa dia sadari sedikit pun.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Al-Qashash Ayat 7-9 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S