Surah An-Nur Ayat 22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Nur Ayat 22

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Nur Ayat 22 ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang percaya kepada Allah, janganlah mereka itu bersumpah untuk tidak mau memberikan bantuan kepada karib kerabatnya yang memerlukan bantuan karena berbuat salah, seperti Mistah anak dari saudara perempuan Ibunya Abu Bakar ra. ia seorang fakir miskin, berhijrah dari Mekah ke Medinah yang turut bersama Rasulullah saw, memperkuat pasukan kaum Muslimin di Perang Badar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nur Ayat 22

Surah An-Nur Ayat 22
إوَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Terjemahan: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

Tafsir Jalalain: وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ (Dan janganlah bersumpah orang-orang yang mempunyai kelebihan) yaitu orang-orang kaya مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن (dan kelapangan di antara kalian, bahwa mereka) tidak يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ (akan memberi bantuan kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar r. a,

ia bersumpah tidak akan memberikan nafkah lagi kepada Misthah saudara sepupunya yang miskin lagi seorang Muhajir, padahal Misthah adalah sahabat yang ikut dalam perang Badar. Misthah terlibat dalam peristiwa berita bohong ini; maka sahabat Abu Bakar menghentikan nafkah yang biasa ia berikan kepadanya.

Para sahabat lainnya telah bersumpah pula, bahwa mereka juga tidak akan memberikan nafkah lagi kepada seorang yang terlibat membicarakan masalah berita bohong tersebut وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُو (dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada) terhadap mereka yang terlibat, dengan mengembalikan keadaan seperti semula.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 51-56; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman. Sahabat Abu Bakar r.a. berkata sesudah turunnya Ayat ini, “Tentu saja, aku menginginkan supaya Allah mengampuni aku”, lalu ia memberikan lagi bantuannya kepada Misthah sebagaimana biasanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَلَا يَأْتَلِ (“Janganlah bersumpah”) diambil dari kata “al-alyatu” yaitu sumpah. Yakni janganlah bersumpah. أُولُو الْفَضْلِ مِنكُمْ (“Orang-orang yang mempunyai kelebihan di antara kamu”) yakni memiliki kelebihan, sedekah dan kebaikan. وَالسَّعَةِ (“dan kelapangan”).

أَن يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ (“Bahwa mereka [tidak] akan memberikan [bantuan] kepada kaum kerabat[nya], orang-orang miskin yang berhijrah di jalan Allah”) yakni janganlah mereka bersumpah untuk tidak menyambung tali silaturahim dengan kerabat yang miskin dan kaum Muhajirin. Ini merupakan puncak kehalusan dan kelembutan dalam anjuran menyambung tali silaturahim.

Oleh karena itu Allah berfirman: وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا (“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada”) yakni atas apa yang mereka lakukan dalam bentuk gangguan dan lainnya. Ini merupakan ke-Mahasantunan Allah, ke-Mahapemurahan, dan ke-Mahalembutan-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya meski mereka telah mendhalimi diri mereka sendiri.

Ayat ini turun berkenaan dengan kisah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. ketika bersumpah tidak akan memberikan nafkah apa pun kepada Misthah bin Utsatsah setelah menuduh ‘Aisyah ra. seperti yang disebutkan dalam hadits di atas. Ketika Allah menurunkan pembebasan diri Ummul Mukminin ‘Aisyah ra., jiwa-jiwa yang Mukmin menyambutnya dengan suka cita,

Allah menerima taubat dari orang-orang Mukmin yang terlibat membicarakannya dan hukum hadd telah pula dilaksanakan atas orang-orang yang berhak menerimanya, Allah –Dialah yang memiliki karunia dan anugerah- menganjurkan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq agar berbelas kasih kepada karib kerabatnya, yakni Misthah bin Utsatsah.

Ia adalah keponakan beliau dan orang yang miskin yang tidak mempunyai harta melainkan apa yang diberikan oleh Abu Bakar kepadanya. Ia juga tergolong Muhajirin fii SabiilillaaH.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Misthah tergelincir dalam masalah ini, lalu bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya. Dan ia pun telah menjalani hukuman. Abu Bakar ash-Shiddiq terkenal dengan kebaikannya. Ia banyak menolong dan membantu karib kerabatnya dan orang-orang lainnya. Ketika turun firman Allah ini, أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ (“Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?”) karena balasan sesuai dengan kadar amal perbuatan.

Sebagaimana kamu memaafkan orang yang berbuat jahat kepadamu, begitu pula Allah akan memaafkanmu juga. Sebagaimana engkau berlapang dada atas kesalahannya, demikian pula engkau akan diberi kelapangan. Saat itu Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, “Tentu saja, demi Allah, kami ingin Engkau mengampuni kami wahai Rabb kami.”

Kemudian beliau kembali memberi nafkah kepada Misthah seperti yang beliau berikan dahulu, lalu berkata: “Demi Allah, aku tidak akan memutus nafkah ini selama-lamanya.” Sebagai tebusan dari perkataan belaiu sebelumnya: “Demi Allah, aku tidak akan memberi nafkah kepadanya selama-lamanya.” Oleh karen itu beliau adalah ash-Shiddiq yang memang benar-benar seorang shiddiq, semoga Allah meridlai beliau dan puteri beliau.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang percaya kepada Allah, janganlah mereka itu bersumpah untuk tidak mau memberikan bantuan kepada karib kerabatnya yang memerlukan bantuan karena berbuat salah, seperti Mistah anak dari saudara perempuan Ibunya Abu Bakar ra. ia seorang fakir miskin, berhijrah dari Mekah ke Medinah yang turut bersama Rasulullah saw, memperkuat pasukan kaum Muslimin di Perang Badar.

Oleh karena itu, sesudah turun wahyu yang menunjukkan atas kebersihan Aisyah dari hal yang dituduhkan kepadanya, dan setelah Allah mengampuni orang-orang yang semestinya diampuni, serta diberi hukuman kepada orang-orang yang semestinya menerima yang demikian itu, maka Abu Bakar ra, kembali ramah dan berbuat baik serta memberi bantuan kepada kerabatnya Mistah.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 107-108; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Mistah adalah sepupunya, anak dari saudara perempuan ibunya. Orang-orang mukmin hendaklah memaafkan dan berlapang dada kepada segenap oknum yang terlibat atau dilibatkan di dalam peristiwa hadisul ifki. Pemaafan dan kembali membantu mereka itu merupakan sarana untuk memperoleh ampunan dari Allah.

Adakah manusia yang tidak ingin bahwa dosa-dosanya diampuni Allah? Siapakah yang tidak berdosa dalam hidupnya? Bila mereka melakukannya, yaitu memaafkan dan membantu mereka yang kekurangan, maka Allah akan mengampuni dosa mereka dan menyayangi mereka. Mereka akan masuk surga.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang saleh dan memiliki kekayaan di antara kalian hendaknya tidak bersumpah untuk tidak memberikan derma kepada kerabat, orang miskin, orang yang berada di jalan Allah dan orang yang berhak menerima infak lainnya, hanya karena alasan-alasan yang bersifat pribadi seperti dengan sengaja menyakiti mereka. Sebaliknya, mereka hendaknya memaafkan dan tidak membalas perbuatan mereka.

Apabila kalian ingin agar Allah memaafkan kesalahan-kesalahan kalian, maka bersikaplah kepada orang yang berbuat tidak baik kepada kalian seperti sikap Allah kepada kalian. Berbudi luhurlah dengan budi luhur Allah, karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Pengasih[1].

[1] Ayat ini diturunkan ketika Abu Bakr al-Shiddiq bersumpah untuk tidak memberikan bantuan kepada kerabatnya yang bernama Masthah ibn Utsatsah, karena ia terlibat dalam kasus tuduhan bohong (hadits al-ifk) terhadap ‘A’isyah r.a.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Nur Ayat 22 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S