Surah Saba Ayat 34-39; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Saba Ayat 34-39

Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 34-39 ini, menjelaskan bahwa tidak ada seorang nabi pun yang dikirim Allah ke suatu negeri yang tidak mendapat perlawanan dari pemuka-pemuka kaumnya. Allah meminta Nabi Muhammad menegaskan kepada pemuka-pemuka kafir Mekah bahwa yang melapangkan rezeki seseorang dan membatasi rezeki adalah Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menjelaskan tentang orang-orang yang tidak beriman. Mereka itu berusaha melemahkan ayat-ayat Allah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 34-39

Surah Saba Ayat 34
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِى قَرۡيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَٰفِرُونَ

Terjemahan: “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.

Tafsir Jalalain: وَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِى قَرۡيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ (Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata) yakni para pemimpinnya hidup bergelimang dengan kemewahan, إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَٰفِرُونَ (“Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman menghibur Nabi-Nya saw. serta memerintahkannya untuk bercermin kepada para Rasul sebelumnya. Dia pun mengabarkan kepadanya, bahwa tidaklah Dia mengutus seorang Nabi pun pada suatu negeri, kecuali didustakan oleh para pembesarnya dan diikuti oleh kaum dlu’afanya. Sebagaimana kaum Nuh as. berkata: (“Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikutimu ialah orang-orang yang hina.”)(asy-Syu’araa: 111)

Firman Allah: : وَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِى قَرۡيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ (“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun.”) Yaitu seorang Nabi atau seorang Rasul. إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ (“Melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata,”) mereka adalah orang-orang yang bergelimang dengan kenikmatan, kemasyhuran, kekayaan dan jabatan.

Qatadah berkata: “Mereka adalah para penguasa, pemimpin dan tokoh di kalangan mereka dalam keburukan.” إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَٰفِرُونَ (“Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”) yaitu kami tidak mengimani dan tidak mengikutinya

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini ditegaskan bahwa tidak ada seorang nabi pun yang dikirim Allah ke suatu negeri yang tidak mendapat perlawanan dari pemuka-pemuka kaumnya. Mereka biasanya adalah kaum elite yang menguasai kehidupan politik dan ekonomi negeri itu. Mereka sudah mapan dan hidup mewah, dan berfoya-foya.

Dengan kedatangan nabi-nabi, mereka merasa kemapanan hidup mereka terusik oleh ajaran-ajaran yang dibawa para nabi itu. Agama tidak membenarkan yang berkuasa menzalimi yang lemah, sedangkan kemapanan mereka dipertahankan dengan jalan menekan golongan lemah.

Agama meminta manusia agar mengindahkan kehalalan dan keharaman dalam mencari rezeki dan memanfaatkan kekayaan, sedangkan kekayaan mereka diperoleh dengan cara apa saja, legal atau ilegal, dan kekayaan itu mereka gunakan untuk berfoya-foya.

Agama tidak membolehkan melanggar aturan-aturan agama, sedangkan kehidupan mereka tanpa mengindahkan norma-norma itu. Oleh karena itu, mereka menentang nabi-nabi dan dengan lantang menyatakan, “Kami menentang apa yang kalian ajarkan!” Ucapan itu menegaskan pula kesombongan mereka, dan selanjutnya mendorong mereka bertindak semena-mena (fusuq) di bumi ini.

Bila manusia sudah berbuat semena-mena, maka itu menjadi alasan bagi Allah untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya, yaitu memusnahkan mereka. Firman Allah: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (al-Isra’/17:16)

Tafsir Quraish Shihab: Setiap kali Kami mengutus seorang rasul yang mengajak kaumnya kepada kebenaran, pihak yang membuat kerusakan dari kalangan mereka pasti mengatakan, “Kami benar-benar mendustakan ajaran yang kalian bawa.”

Surah Saba Ayat 35
وَقَالُواْ نَحۡنُ أَكۡثَرُ أَمۡوَٰلًا وَأَوۡلَٰدًا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ

Terjemahan: “Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.

Tafsir Jalalain: وَقَالُواْ نَحۡنُ أَكۡثَرُ أَمۡوَٰلًا وَأَوۡلَٰدًا (Dan mereka berkata, “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak) daripada orang-orang yang beriman وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ (dan kami sekali-kali tidak akan diazab.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman mengabarkan tentang orang-orang yang hidup mewah dari para pendusta: وَقَالُواْ نَحۡنُ أَكۡثَرُ أَمۡوَٰلًا وَأَوۡلَٰدًا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ (“Dan mereka berkata: ‘Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak [daripada kamu] dan kami sekali-kali tidak akan diadzab.”) yaitu mereka menyombongkan diri dengan banyaknya harta dan anak, serta mereka berkeyakinan bahwa hal tersebut sebagai bukti bahwa Allah mencintai dan memperhatikan mereka.

Mereka pun berkeyakinan bahwa Dia tidak mungkin memberikan semua ini di dunia, kemudian menyiksanya di akhirat kelak. Sungguh amat jauh apa yang mereka sangkakan tersebut.

Tafsir Kemenag: Golongan berkuasa yang zalim, sombong, dan semena-mena itu membanggakan kekayaan dan keturunan mereka. Mereka berkata, “Kami kaya raya dan keturunan kami banyak, kami tidak akan terkena azab (tersentuh hukum).” Dengan kekayaan, mereka merasa dapat membeli apa saja.

Dengan keturunan dan pendukung, mereka beranggapan bahwa kekuasaan mereka terhadap yang lemah dapat terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Mereka juga merasa disayangi oleh Allah sehingga di akhirat nanti tidak akan dihukum karena dosa-dosa mereka.

Tolok ukur yang mereka pakai adalah kesenangan hidup di dunia. Kesenangan hidup, menurut pandangan mereka, menunjukkan bahwa mereka disayangi, sedangkan kesengsaraan hidup menandakan mereka dibenci Allah. Semua anggapan mereka itu tidaklah benar.

Pemberian harta yang melimpah dan anak-anak yang berhasil bagi orang kafir tidak merupakan petunjuk bahwa Allah menyayangi mereka, tetapi sebaliknya, sebagaimana dinyatakan ayat berikut: Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya. (al-Mu’minun/23: 55-56) Walaupun begitu, azab tidak segera dijatuhkan kepada orang-orang kafir di dunia ini karena Allah masih memberi penangguhan kepada mereka.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 7-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada mereka agar bertobat, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah: Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah di-tentukan.

Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (an-Nahl/16: 61) Dalam ayat lain diterangkan bahwa harta dan anak-anak menjadi ujian bagi manusia, apakah ia tetap beriman dan bersyukur ataukah ingkar.

Allah berfirman: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar. (at-Tagabun/64: 15) Sesungguhnya harta bagi orang kafir tidak akan bisa membuat mereka abadi di dunia, tetapi sebaliknya akan menyebabkan mereka dilemparkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah: Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (al-Humazah/104: 3)

Tafsir Quraish Shihab: Dengan bangga mereka berkata, “Kami memiliki harta dan keturunan lebih banyak. Kami tidak akan pernah menemui siksa di akhirat.”

Surah Saba Ayat 36
قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ (Katakanlah! “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki) meluaskannya لِمَن يَشَآءُ (bagi siapa yang dikehendaki-Nya) sebagai ujian وَيَقۡدِرُ (dan membatasinya) menyempitkannya bagi siapa yang dikehendakinya sebagai cobaan baginya وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ (akan tetapi kebanyakan manusia) orang-orang kafir Mekah لَا يَعۡلَمُونَ (tidak mengetahui”) hal tersebut.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman yang artinya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam Keadaan kafir.” (at-Taubah: 55)

Sesungguhnya Allah mengabarkan tentang pemilik dua kebun tersebut yang memiliki harta buah-buahan dan anak, akan tetapi semua itu tidak berguna baginya sedikitpun. Bahkan semua itu dihancurkan-Nya di dunia sebelum sampai ke akhirat. Untuk itu dalam ayat ini Allah berfirman:

قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُ (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rizky bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan [bagi siapa yang dikehendakinya].”) yaitu Dia akan memberikan harta kepada orang yang disenangi-Nya dan juga kepada orang yang tidak disenangi-Nya. Lalu Dia akan mem-fakirkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Milik-Nya lah segala kebijaksanaan yang sempurna dan hujjah yang pasti dan lengkap. وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah meminta Nabi Muhammad menegaskan kepada pemuka-pemuka kafir Mekah bahwa yang melapangkan rezeki seseorang dan membatasi rezeki adalah Allah. Hal itu untuk menolak pandangan orang kafir di atas bahwa keberuntungan hidup di dunia adalah tanda kesayangan Allah dan kesengsaraan adalah tanda kebencian-Nya.

Allah melapangkan atau membatasi rezeki seseorang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Allah melapangkan rezeki seseorang mungkin karena dipercayai-Nya sehingga mampu mengeluarkan sebagian kekayaannya untuk mereka yang berkekurangan, sebagaimana dinyatakan ayat: Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.

Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat, mereka yang tetap setia melaksanakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta, (al-Ma’arij/70: 19-25)

Bagi mereka yang kafir, harta yang melimpah dan keturunan yang banyak dan berhasil justru untuk dijadikan Allah sebagai alasan untuk menghukum mereka. Penyebabnya adalah karena cara memperoleh dan menggunakan kekayaan serta pendidikan keturunan itu tidak sesuai dengan ketentuan Allah, sebagaimana dinyatakan ayat: Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum.

Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir. (at-Taubah/9: 55) Sebaliknya, Allah pulalah yang membatasi rezeki seseorang. Bagi yang beriman berkurangnya harta benda, anggota keluarga, dan makanan adalah untuk menguji kesabaran mereka.

Bila mereka sabar, Allah akan membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman-Nya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (al-Baqarah/2: 155)

Bagi yang tidak kuat imannya, kesengsaraan hidup membuatnya tidak berhenti menyesali nasib, dan akhirnya membawanya kepada kekafiran: Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya. (Fushshilat/41: 49) Jelaslah bahwa baik kesenangan maupun kesusahan hidup adalah ujian dari Allah.

Kesenangan hidup bukanlah tolok ukur bahwa Allah menyayangi, dan kesempitan hidup bukan pula tolok ukur bahwa Allah membenci. Bisa berarti sebaliknya, bahwa kesenangan hidup diberikan Allah sebagai ujian sehingga orang itu semakin terperosok dalam keingkaran.

Kesempitan hidup adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat bila orang itu tabah menerimanya. Ketentuan itulah yang tidak diketahui atau tidak dipahami oleh banyak orang, termasuk oleh pemuka kaum kafir Mekah.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Muhammad, katakan kepada mereka, “Tuhanku telah melapangkan atau membatasi rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya, baik orang yang durhaka maupun orang yang taat. Namun hal itu bukan berarti pertanda keridaan atau kemurkaan Allah. Tetapi hal itu tidak diketahui oleh sebagian besar manusia.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Saba Ayat 37
وَمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ وَهُمۡ فِى ٱلۡغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ

Terjemahan: “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).

Tafsir Jalalain: وَمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ (Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan pula anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikit pun) yang dapat mendekatkan diri kalian kepada Kami إِلَّا (tetapi).

مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ (orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan;) yakni sebagai balasan amalnya, yaitu satu amal kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat dan lebih banyak lagi dari itu وَهُمۡ فِى ٱلۡغُرُفَٰتِ (dan mereka di tempat-tempat yang tinggi) di dalam surga ءَامِنُونَ (hidup aman sentosa) tidak akan mati dan tidak akan tertimpa penyakit dan lain sebagainya. Menurut qiraat yang lain lafal Ghurufaati dibaca Ghurfah dalam bentuk Mufrad tetapi maknanya jamak.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: wa maa amwaalukum wa laa aulaadukum billatii tuqarribukum ‘indanaa zulfaa (“Dan sekali-sekali bukanlah harta dan bukan [pula] anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun.”) yaitu semua ini bukanlah suatu bukti tentang kecintaan dan perhatian Kami kepada kalian.

Imam Ahmad berkata dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memandang pada bentuk tubuh dan harta-harta kalian. Akan tetapi Dia hanya memandang kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Untuk itu Allah berfirman: إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا (“Tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih.”) yaitu sekali-kali yang dapat mendekatkan diri kalian di sisi Kami adalah keimanan dan amal shalih.

فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ (“Mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.”) yaitu satu kebaikan akan dilipatgandakan bagi mereka dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat.

وَهُمۡ فِى ٱلۡغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ (“Dan mereka aman sentausa di tempat-tempat yang tinggi.”) yaitu di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga dalam keadaan aman dari rasa kekurangan, rasa takut, penyakit dan segala keburukan yang dikhawatirkannya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini ditegaskan kepada pemuka kafir Mekah bahwa bukan harta benda dan keturunan yang dapat mendekatkan diri manusia kepada Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya, tetapi iman dan amal saleh. Harta benda dan keturunan itu hanya bermanfaat bila menambah kuat iman dan memperbanyak amal. Oleh karena itu, harta benda harus diperoleh dengan benar dan dipergunakan dengan benar pula.

Keturunan harus dididik dengan baik sehingga menjadi keturunan yang baik pula. Dengan demikian, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya adalah harta yang diperoleh dan digunakan dengan benar, dan keturunan yang dididik dengan baik yang akan melestarikan dan melanjutkan iman dan amal salehnya.

Dalam ayat lain, Allah memang meminta orang yang beriman agar mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan caranya adalah dengan amal saleh: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung. (al-Ma’idah./5: 35) Hanya orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya yang akan diberi balasan pahala yang berlipat ganda oleh Allah.

Dalam ayat-ayat lain disebutkan bahwa pelipatgandaan itu minimal sepuluh kali (al-An’am/6: 160), dan ada yang tujuh ratus kali lipat (al-Baqarah/2: 261). Mereka yang diberi surga itu merasa aman, yaitu bebas dari ancaman neraka. Lebih dari itu, mereka puas dan bahagia karena Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.

Allah berfirman: Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (al-Ma’idah./5: 119) .

Tafsir Quraish Shihab: Kekayaan materi dan keturunan bukan suatu hal istimewa sehingga dapat menjadi faktor yang mendekatkan diri kalian pada Kami. Tetapi, siapa saja yang beriman dan beramal saleh, dialah yang akan menerima pahala berlipat ganda atas perbuatan baiknya. Dia akan menemukan kehidupan damai di surga yang tinggi.

Surah Saba Ayat 38
وَٱلَّذِينَ يَسۡعَوۡنَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مُعَٰجِزِينَ أُوْلَٰٓئِكَ فِى ٱلۡعَذَابِ مُحۡضَرُونَ

Tejemahan: “Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu dimasukkan ke dalam azab.

Tafsir Jalalain: وَٱلَّذِينَ يَسۡعَوۡنَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا (Dan orang-orang yang berusaha menentang ayat-ayat Kami) yakni membatalkan Alquran مُعَٰجِزِينَ أُوْلَٰٓئِكَ فِى ٱلۡعَذَابِ (dengan anggapan untuk dapat melepaskan diri dari azab Kami) yakni mereka menganggap Kami tidak mampu mengazab mereka dan mereka dapat meloloskan diri dari azab Kami مُحۡضَرُونَ (mereka itu dimasukkan ke dalam azab.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱلَّذِينَ يَسۡعَوۡنَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مُعَٰجِزِينَ (“Dan orang-orang yang berusaha [menentang] ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melemahkan.”) yaitu mereka berusaha menghalang-halangi dari jalan Allah, mengikuti para Rasul-Nya dan membenarkan ayat-ayat-Nya. أُوْلَٰٓئِكَ فِى ٱلۡعَذَابِ مُحۡضَرُونَ (“Mereka itu dimasukkan ke dalam adzab.”) yaitu mereka seluruhnya akan dibalas sesuai amal-amal mereka.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 15-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah menjelaskan tentang orang-orang yang tidak beriman. Mereka itu berusaha melemahkan ayat-ayat Allah. Yang dimaksud adalah bahwa mereka selalu berusaha menggagalkan misi Islam sehingga manusia tidak mengenal, meyakini, dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan baik.

Mereka itu akan dimasukkan ke dalam neraka dan diazab dengan dahsyat, sebagaimana dinyatakan dalam ayat lain: (yaitu) mereka yang menghalangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang yang tidak percaya adanya hari akhirat.

Mereka tidak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi, dan tidak akan ada bagi mereka penolong selain Allah. Azab itu dilipatgandakan kepada mereka. Mereka tidak mampu mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat(nya). (Hud/11: 19-20).

Tafsir Quraish Shihab: Adapun orang-orang yang berupaya menentang dan membatalkan ayat-ayat Kami atau merintangi jalan Rasul dalam menyampaikan misi dakwah, mereka itulah golongan yang akan mendapat siksa dan selamanya tidak akan terlepas daripadanya.

Surah Saba Ayat 39
قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَىۡءٍ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

Terjemahan: “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Tafsir Jalalain: قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ (Katakanlah! “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki) meluaskannya لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ (bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya) sebagai ujian buatnya وَيَقۡدِرُ (dan membatasinya) menyempitkannya لَهُۥ (baginya) sesudah Dia melapangkannya, atau Dia menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya sebagai cobaan buatnya.

وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَىۡءٍ (Dan barang apa saja yang kalian nafkahkan) dalam hal kebaikan فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ (maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”) dikatakan, setiap orang memberi rezeki kepada keluarganya, yakni dari rezeki Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُ (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rizky bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan [bagi siapa yang dikehendakinya].”) yaitu sesuai dengan kebijaksanaan yang dimiliki-Nya.

Dia melapangkan rizky yang cukup banyak kepada satu orang, menyempitkannya pada orang yang lain dan amat menekan rizky-Nya kepada yang lain pula. Semua itu pasti mengandung hikmah yang tidak dapat diketahui oleh selain-Nya.

Sebagaimana firman Allah: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian [yang lain]. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya.” (al-Israa’: 21) yaitu sebagaimana mereka bertingkat-tingkat di dunia, yang satu sangat fakir dan sempit, sedangkan yang satu lagi kaya raya, maka begitu pula mereka di akhirat, yang satu di kamar-kamar lagi berada di tempat-tempat yang tinggi dan yang lain berada di tempat yang paling rendah dalam neraka.

dan sebaik-baik manusia di dunia sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw.: “Sesungguhnya amat beruntung siapa yang beragama Islam, diberikan rizky cukup serta dikaruniai rasa puas [qana’ah] oleh Allah dengan apa yang didapatkannya.” (HR Muslim)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini ditegaskan sekali lagi bahwa Allah-lah yang melapangkan rezeki atau membatasinya. Berbeda dengan ayat 36, dalam ayat ini ditegaskan bahwa yang dilapangkan rezekinya atau dibatasi-Nya adalah rezeki hamba-hamba-Nya. Berarti bahwa seorang hamba Allah akan menerima ketentuan rezekinya apakah dilapangkan atau dibatasi oleh Allah.

Dengan demikian ayat ini membantah sekali lagi bahwa kelapangan rezeki itu adalah tanda Allah sayang dan keterbatasannya menandakan Allah benci. Seorang hamba Allah akan sabar bila rezekinya terbatas. Seorang hamba Allah, bila rezekinya lebih akan memperhatikan orang lain yang kekurangan.

Ia tidak akan termasuk pendusta agama atau hari kemudian, sebagaimana dinyatakan ayat berikut: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. (al-Ma’un/107: 1-3) Membantu orang lain, berdasarkan ayat ini, justru akan mengekalkan kekayaan itu, bukan menghabiskannya. Membantu orang lain tidak akan membuat kita miskin, bahkan sebaliknya karena bantuan itu berarti memberdayakan orang banyak.

Keberdayaan orang banyak akan membuahkan kemakmuran, sebaliknya eksploitasi masyarakat akan membuat masyarakat itu melarat. Rasulullah menginformasikan bahwa orang yang membantu orang lain didoakan oleh malaikat pertambahan rezekinya, dan orang yang kikir didoakan oleh malaikat kehilangan harta bendanya:

Pada setiap pagi ada dua malaikat yang turun kepada hamba Allah, yang satu berdoa, “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.” Dan yang satu lagi berdoa pula, “Ya Allah, musnahkanlah harta orang yang tidak mau berinfak.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Tafsir Quraish Shihab: Katakan, wahai Rasul, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan dan membatasi rezeki hamba yang dikehendaki-Nya. Maka apa saja yang kalian dermakan, Allah pasti akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Saba Ayat 34-39 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S