Inilah Tanda Hati Yang Berpenyakit Menurut Imam Al-Ghazali

Tanda Hati Yang Berpenyakit Menurut Imam Al-Ghazali

Pecihitam.org – Pada kesempatan ini kita akan mengkaji perihal tanda hati yang berpenyakit, agar dapat segera mengobatinya bila hati kita telah tercemar oleh penyakit yang sangat berbahaya tersebut. Mari kita simak beberapa nasehat Imam Al-Ghazali dibawah ini!

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tiap-tiap anggota badan itu dijadikan untuk suatu perbuatan khusus. Dan sakitnya anggota badan tersebut sungguh dapat menyulitkannya untuk berbuat sebagaimana mestinya. Sehingga perbuatan itu tidak akan muncul dari anggota yang sedang dilanda sakit. Atau perbuatan itu dapat muncul, tetapi dalam keadaan yang kacau/tidak sempurna.

Seperti halnya tangan yang sedang sakit, maka akan sulit baginya untuk menggenggam. Sakit mata dapat menyulitkannya untuk melihat. Begitupula halnya dengan hati, bila hati sedang sakit maka akan sulit untuk melakukan perbuatan yang ditetapkan baginya.

Perbuatan khusus bagi hati adalah seperti ilmu, hikmah, ma’rifah, mencintai Allah, beribadah kepada-Nya, merasakan kelezatan zikrullah, mengutamakan semua hal ini ketimbang keinginan yang lain dan meminta tolong dengan semua keinginan dan anggota badan kepada perbuatan yang tersebut itu.

Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Tiada Aku jadikan jin dan manusia, selain untuk beribadah (menyembah) kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Baca Juga:  Keutamaan Menolong Orang Lain Menurut Imam Al Ghazali

Pada tiap-tiap anggota badan itu ada faedahnya. Faedah hati itu adalah hikmah dan ma’rifah. Dan khasiat jiwa bagi manusia adalah yang membedakan manusia itu dengan hewan.

Manusia tidak ada bedanya dengan hewan dengan kuatnya makan, bersetubuh, melihat atau lain sebagainya. Akan tetapi manusia berbeda dari hewan dengan sebab mengenal/mengetahui segala sesuatu dengan sebenarnya. Mengenal Asal segala sesuatu, Yang Menjadikan dan Yang Menciptakannya, yakni Allah SWT.

Kalau ia mengenal segala sesuatu tetapi tidak mengenal Asalnya yaitu Allah Ta’ala, maka seakan-akan ia tidak mengenal sesuatu apapun sama sekali. Dan tanda kenal itu adalah cinta (mahabbah).

Maka siapa yang mengenal Allah Ta’ala niscaya ia akan mencintai-Nya. Tanda cinta ialah tidak mengutamakan dunia dan kecintaan lainnya. Allah SWT berfirman :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ

Artinya: Katakanlah, “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. (QS. At-Taubah: 24)

Baca Juga:  Bagaimana Adab Bersedekah dalam Islam Menurut Imam Al Ghazali

Oleh karena itu, barang siapa yang ada baginya sesuatu yang lebih ia cintai dari pada Allah, maka hatinya itu sedang sakit. Sebagaimana perut yang lebih menyukai tanah dari pada roti dan air, atau hilang keinginannya kepada roti dan air, maka perut itu sedang sakit.

Maka ini adalah tanda-tanda hati yang berpenyakit.

Dengan demikian dapat kita ketahui yang bahwa hati itu semuanya sakit kecuali hati-hati yang dikehendaki oleh Allah (untuk tidak sakit). Ketahuilah bahwasanya diantara berbagai macam penyakit itu ada yang tidak diketahui oleh penderitanya, salah satu contohnya adalah penyakit hati. Karena itulah ia lengah daripada perhatian si penderitanya.

Dan kalau diketahuinya, maka sangatlah sukar untuk bersabar atas kepahitan obatnya. Karena obat tersebut berlawanan dengan keinginan hawa nafsunya, yakni tercabutnya nyawa dari tubuh.

Kalau saja didapatinya pada dirinya kekuatan sabar atas hal tersebut, maka ia tidak memperoleh dokter yang ahli untuk mengobatinya. Sesungguhnya dokter-dokter itu adalah para ulama, sedangkan penyakit pun sudah menguasai para ulama itu. Maka dokter yang sakit sedikit sekali yang memperhatikan kepada pengobatannya.

Baca Juga:  Konsep Mahabbah dalam Pandangan Imam Al Ghazali

Oleh karena inilah penyakit itu menjadi bertambah sukar tuk diobati, penyakitnya menjadi sesuatu yang melumpuhkan, dan ilmu ini menjadi terhapus. Dan secara keseluruhan, kedokteran hati pun dipungkiri, begitu pula dengan penyakitnya.

Kemudian manusia pun menuju kepada mencintai dunia dan kepada amal-amal perbuatan yang secara lahiriahnya berupa ibadah sedangkan pada bathinnya hanya sebagai adat kebiasaan dan untuk memperlihatkan kepada orang (zahirnya menyembah Allah, bathinnya menyembah makhluk – pen).

Demikianlah sedikit kupasan mengenai tanda-tanda hati yang berpenyakit, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua. wallahua’lambisshawab!

(Referensi: kitab Ihya’ ‘Ulumiddin karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali)

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *