Tertinggal Rakaat Shalat Jumat, Bagaimana Hukum dan Cara Masbuknya

Tertinggal Rakaat Shalat Jumat, Bagaimana Hukum dan Cara Masbuknya

Pecihitam.org – Shalat Jumat merupakan shalat yang dikhususkan bagi laki-laki. Shalat yang dilaksanakan secara berjamaah pada waktu Dzuhur di hari Jumat ini, sebagaimana kita maklum berjumlah dua rakaat dan didahului dengan dua khutbah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Karena pelaksanaannya di siang hari, di mana umumnya orang-orang bekerja sehingga tidak jarang sebagian orang tidak mendapati shalat Jumat dari awal dan tertinggal rakaat shalat jumat.

Entah karena memang jam istirahat kerjanya yang memang terlalu siang. Ada juga karena macet di perjalanan. Atau karena ketiduran. Atau hal-hal lain yang membuat seseorang tidak mendapati shalat Jumat dari awal. Maklum tuntutan pekerjaan kadang numpuk. Berimbas lupa waktu, lelah, ketiduran.

Orang yang tidak mendapati imam dari awal atau tertinggal satu rakaat atau lebih disebut makmum masbuk – kebalikan dari makmum muwafiq. Gambaran makmum masbuq ada yang mendapati imam pada saat sujud rakaat pertama, rukuk pada rakaat kedua, duduk tasyahhud dan kondisi-kondisi lainnya.

Intinya makmum masbuk adalah makmum yang tidak mendapati imam dari rakaat pertama. Kaitannya dengan shalat Jumat, lalu apa yang harus dilakukan makmum? Apakah sama dengan makmum masbuq pada shalat selain Jumat? Bagaimana cara masbuknya jika tertinggal rakaat shalat jumat?

Berikut uraiannya. Tapi sebelumnya perlu penulis sampaikan bahwa uraian dari contoh-contoh kasus berikut ini adalah berdasarkan Madzhab Syafi’i.

1. Jika makmum tertinggal satu rakaat, lalu ia terus ikut imam pada rakaat kedua yang ia dapati. Setelah imam mengucapkan salam (ini jika mengikuti pendapat Ibnu Hajar Al-Haitamy) atau saat sujud terakhir (ini menurut Imam Ramly), ia harus berdiri untuk menambah satu rakaat yang tertinggal dengan bacaan secara jahr (nyaring). Dengan demikian, sempurnalah Jumatnya.

Baca Juga:  Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Hukum Sujud Sahwi

لو أدرك مسبوق ركوع ركعة الثانية مع إمامها بشرطه (وهو الطمأنينة فيه مع الإمام) واستمر معه – إلى السلام عند ابن حجر وإلى سجودها الثاني عند الرملي – أتى بركعة بعد ذلك جهرا وتمت جمعته

Kalau makmum masbuq mendapati bersama imam rukuk rakaat kedua beserta syaratnya (yakni thuma’ninah bersama imam) dan ia tetap bersama imam – hingga salam menurut Imam Ibnu Hajar Al-Haitamy atau hingga sujud kedua menurut Imam Ramly – maka ia menambah satu rakaat dengan bacaan nyaring. Dengan begitu, sempurnalah Jumatnya. (Itsmid al-‘Ainain fi Ikhtilaf as-Syaikhain)

2. Jika ada orang lain yang bermakmum pada makmum masbuq yang disebutkan pada contoh kasus nomor 1 di atas, maka menurut Ibnu Hajar dihitung mendapatkan Jumat. Tapi menurut Imam Ramly tidak mendapatkan.

Baca Juga:  Shalat Tidak Khusyuk, Apa Shalatnya Jadi Tidak Sah?


فلو أراد آخر أن يقتدي بذلك المسبوق في ركعته التي قام بها لم يدرك الجمعة بإدراكها معه وانقلبت ظهرا وعند إبن الحجر يدرك بها الجمعة

Jika ada orang lain bermakmum kepada makmum masbuq tersebut pada rakaat yang ia berdiri (untuk menyempurnakan satu rakaat yang tertinggal), maka ia tidak mendapati Jumat dan beralih ke shalat Dzuhur (ini menurut Imam Ramly). Sedangkan menurut Ibnu Hajar Al-Haitamy, ia dinilai mendapat Jumat. (Syams al-Munirah)

3. Jika makmum mendapati imam i’tidal dari rukuk rakaat kedua, maka ia dihitung tidak mendapati Jumat. Karena ia dihitung tertinggal dua rakaat. Tetapi dia tetap takbiratul ihram dengan niat shalat Jumat. Setelah imam mengucapkan salam, ia menyempurnakan shalat Dzuhur empat rakaat dengan bacaan sirr (pelan).


المسبوق الذي لم يدرك مع إمام الجمعة ركعة يلزمه الإحرام بالجمعة ثم يتم ظهرا أربعا ويسر بالقرأة

Makmum masbuq yang tidak mendapati satu rakaat bersama imam Jumat, ia harus takbir ihram dengan niat Jumat kemduian menyempurnakan shalatnya sebagai shalat Dzuhur empat rakaat dan menyamarkan bacaannya. (Bughyah al-Mustarsyidin)

4. Jika makmum masbuq sebagaimana gambaran kasus nomor 3 di atas mendapati makmum masbuq lain yang mendapati satu rakaat bersama imam, maka ia wajib menghentikan shalatnya, kemudian bermakmum pada makmum masbuq tersebut. Hal ini karena orang yang wajib shalat Jumat, maka shalat Dzuhur tidak mencukupi baginya.

Baca Juga:  Shalat Awwabin, Ibadah Sunnah yang Wajib Diketahui Umat Islam

ولو رأى مسبوقا آخر أدرك مع الإمام ركعة قطع صلاته وجوبا واقتدى به لأن من لزمته الجمعة لا تجزئه الظهر مادام قادرا على الجمعة

Jika makmum masbuq yang tidak mendapati satu rakaat bersama imam melihat orang lain yang mendapati satu rakaat bersama imam, maka ia wajib menghentikan shalatnya dan bermakmum pada orang tersebut. Karena orang yang dikenai kewajiban shalat Jumat selagi ia mampu, maka shalat Dzuhur tidak mencukupi baginya (Bughyah al-Mustarsyidin)

Wallahu a’lam

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *