PeciHitam.org – Sejak zaman Rasulullah SAW, melakukan safar atau perjalanan jauh merupakan hal yang wajar dan umum terjadi, namun Islam tetap mengajarkan adab dalam safar sesuai dengan syariat Islam.
Adapun berikut ini adab dalam safar yang di ajarkan Islam diantaranya:
- Melakukan perjalanan bersama teman.
Anjuran tersebut berdasarkan dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda:
لو يعلمُ الناسُ ما في الوَحْدَةِ ما أعلَمُ، ما سار راكبٌ بليلٍ وَحْدَه
Artinya: “Andaikan orang-orang mengetahui akibat dari bersafar sendirian sebagaimana yang aku ketahui, maka mereka tidak akan bersafar di malam hari sendirian.” (HR. Bukhari: 2998)
Maka bersafar sendirian berdasarkan hadits tersebut kurang dianjurkan karena pasti ada kemungkinan yang melatarbelakangi.
- Mencari teman safar yang baik.
Rasulullah SAW bersabda:
ثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
Artinya: “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi, penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya, sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari: 5534 dan Muslim: 2628)
Iman seseorang pada umumnya dilihat dari keimanan teman dekatnya, maka hendaklah melihat siapa teman yang baik ketika bersafar.
- Boleh menjamak sholat
Berdasarkan dari Abdullah bin Abbas ra, beliau mengatakan:
جمع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بين الظهرِ والعصرِ ، والمغربِ والعشاءِ بالمدينةِ من غيرِ خوفٍ ولا مطرٍ
Artinya: “Rasulullah SAW menjamak shalat Zuhur dan shalat Asar, dan menjamak shalat Magrib dan Isya di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan.” (HR. Muslim: 705)
Jadi dibolehkan menjamak shalat hanya ketika safar atau ketika ada kebutuhan dan uzur namun secara khusus tidak boleh dilakukan pada selain safar ataupun karena hal selain yang telah disebutkan.
- Diutamakan meng-qashar sholat.
Yang mana Ibnu Umar ra, mengatakan:
صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ لَا يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى رَكْعَتَيْنِ ، وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَذَلِكَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Artinya: “Aku biasa menemani Rasulullah SAW dan Beliau tidak pernah menambah shalat lebih dari dua rakaat dalam safar, demikian pula Abu Bakar, Umar dan Utsman, ra.” (HR. Bukhari: 1102 dan Muslim: 689)
- Baca doa sebelum keluar rumah.
Berdasarkan dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ
Artinya: “Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa: bismillaahi tawakkaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illaa billah (dengan menyebut nama Allah, yang tidak ada daya tidak ada kekuatan kecuali atas izin Allah), maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu akan diberi petunjuk, kamu akan dicukupi kebutuhannya, dan kamu akan dilindungi’, Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya, Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, ‘Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi (oleh Allah)’.” (HR. Abu Daud: 5095 dan Tirmidzi: 3426)
Keutamaan dari berdoa kepada Allah SWT begitu besar karena Allah SWT senantiasa bersama hamba-Nya yang selalu terjaga.
- Pamit sebelum berangkat.
Anjuan tersebut dari Ibnu Umar ra, yang mana beliau berkata:
كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ يُوَدِّعُنا فيقول : أَستودِعُ اللهَ دِينَك وأمانتَك وخواتيمَ عملِك
“Biasanya Rasulullah SAW berpamitan kepada kami (sebelum safar) kemudian membaca doa: astaudi’ullah diinaka wa amaanataka wa khowaatima amalika (aku titipkan kepada Allah, agamamu, amanatmu, dan penutup amalanmu)” (HR. Ahmad, 6:242, Abu Daud: 2600 dan Tirmidzi: 3443)
Karena dengan berpamitan merupakan bentuk amalan baik yang Rasulullah SAW anjurkan.
- Baca doa naik kendaraan
Adapun doa naik kendaraan berdasarkan Ibnu Umar ra, yaitu adalah:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارِجًا إِلَى سَفَرٍ، كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ
“Rasulullah SAW ketika naik ke untanya untuk pergi safar, beliau bertakbir tiga kali kemudian mengucapkan: Subhaanalladzi sakhkhoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa innaa ila robbinaa lamunqolibuun. Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardhoa. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘annaa bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli” (HR. Muslim: 1342)
Menjelaskan bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa ketika menaiki kendaraan sebagaimana doa yang ada pada hadits tersebut.
- Memperbanyak doa.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Artinya: “Ada tiga doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan lagi tentangnya: doanya seorang yang dizalimi, doanya musafir, doa buruk orang tua terhadap anaknya.” (HR. Ahmad, 2:434 dan Abu Daud: 1536)
Tidak ada kerugian bagi seseorang ketika memperbanyak berdoa karena Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya bagi hamba yang selalu mengingat keagungan Allah SWT.
- Langsung pulang setelah urusan selesai.
Anjuran tersebut dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
السَّفَرُ قِطعةٌ من العذاب؛ يمنعُ أحدَكم طعامَه، وشرابَه ونومَه، فإذا قضى أحدُكم نَهْمَتَه فليُعَجِّلْ إلى أهلِه
Artinya: “Safar adalah sepotong azab, seseorang diantara kalian ada yang terhalang untuk makan, terhalang untuk minum atau untuk tidur, maka jika kalian sudah menyelesaikan urusannya, maka hendaknya segera kembali pada keluarganya.” (HR. Bukhari: 3001, Muslim: 1927)
Alangkah baiknya ketika seseorang dalam safarnya ketika urusan sudah selesai untuk segera kembali karena di khawatirkan kewajiban yang lain dapat terbengkalai.
Demikianlah beberapa adab dalam safar yang di ajarkan Islam dan semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita selama perjalanan. Amin