Annangguru Imam Lapeo, Waliyullah dari Tanah Mandar

Annangguru Imam Lapeo, Waliyullah dari Tanah Mandar

Pecihitam.org – Annangguru (sebutan bagi Ulama di Tanah Mandar) Imam Lapeo, atau KH Muhammad Thahir, merupakan tokoh sufi yang dikenal akan kecerdasannya, keberaniannya dan sifatnya yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tidak sekadar seorang ulama yang membimbing suku Mandar dalam kehidupan beragama, tetapi juga telah menjadi sosok Waliyullah.

Sejarah hidupnya diwarnai dengan cerita-cerita magis sebagai seorang waliyullah. Annangguru Haji (AGH) Muhammad Thahir Imam Lapeo, dilahirkan di Pambusuang, Mandar, Sulawesi Barat.

Pada usianya yang ke-14 tahun, Muhammad Thahir, yang kelak lebih dikenal dengan nama Imam Lapeo, dinisbahkan dari kampung tempatnya menjadi imam. Beliau mendapat pendidikan al-Quran dari kakeknya bernama Abdul Karim.

Beliau dikenal sebagai penghafal al-Quran di Pambusuang. Lingkungan Pambusuang yang religius menjadikan Imam Lapeo mendapat pendidikan agama yang baik.

Tepatnya, sejak kehadiran Guru Ga’de yang melahirkan sejumlah ulama besar di tanah Mandar. Guru Ga’de adalah keturunan Maulana Malik Ibrahim dari Gresik Jawa Timur, pembawa Islam pertama di Nusantara.

Baca Juga:  Biografi Ibn Rusyd sang penyusun kitab Bidayatul mujtahid

Ulama yang dilahirkan Guru Ga’de diantaranya As-Syekh Habib Sayyid Alwi Jamalullail bin Sahl, guru Imam Lapeo, kemudian AGH. Muh. Nuh yang mendirikan Pesantren Nuhiyah di Pambusuang dan AGH. Alwi, Imam Masjid Bala, Pambusuang.

Selain pengajian al-Quran, juga berkembang pengajian kitab kuning dan berdiri sejumlah pondok pesantren sejak awal abad 17.

Dalam buku Jejak Wali Nusantara: Kisah Kewalian Imam Lapeo di Masyarakat Mandar diterbitkan Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013, ditulis oleh Zuhriah, salah seorang cucu Imam Lapeo, menyingkap tabir geneologi keilmuan Imam Lapeo.

Sejumlah ulama tempat Annangguru Imam Lapeo berguru yaitu; AGH. Abdul Karim (kakeknya), AGH. Muhammad (Ayahnya), Habib Sayyid Alwi Jamalullail bin Sahl yang mengajarkan tentang Tasawuf kepada Imam Lapeo, Guru Langgo secara khusus mengajar Imam Lapeo tentang Bahasa Arab, sejumlah ulama asal Salemo mengajarkan tentang akhlak.

Pada tahun 1886, Imam Lapeo berangkat ke Mekkah menunaikan ibadah haji sekaligus mengaji kitab kuning pada sejumlah ulama, diantaranya, Syekh Muhammad Al-Ibna, selain itu juga melakukan rihlah ilmiah hingga ke Istanbul, Turki.

Baca Juga:  Biografi Syekh Salim Al Hadhromi Pengarang Kitab Safinatun Najah

Tahun 1864, Imam Lapeo kembali ke tanah Mandar untuk mengajarkan ilmu, memberi pengajian dan syiar dakwah.

Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA selaku Ketua Umum DPP IMMIM dan Guru Besar UIN Alauddin Makassar, menuturkan bahwa gerakan dakwah Imam Lapeo lebih menonjol pada aspek karamah dan kewaliannya. Hal itu sangat kuat mengakar pada masyarakat Mandar yang dikenal nelayan.

Imam Lapeo menikah enam kali. Versi lain menyebutnya tujuh kali. Pernikahan tersebut sebagai bagian dari strategi dakwahnya. Terbukti Imam Lapeo telah melahirkan sejumlah ulama.

Dakwah Imam Lapeo merambah masyarakat nelayan hingga pengunungan seperti di Buttu Daala menemani gurunya, Sayyid Alwi bin Abdullah Jamalullail.

Hal serupa diakui Ahmad Arfah, salah satu cucu Imam Lapeo yang juga pengurus PKB Sulsel. Hal yang patut diteladani dari sufi terbesar Tanah Mandar itu, diantaranya adalah perjalanan hidupnya sepenuhnya ia abdikan untuk ilmu dan pengabdian pada umat.

Baca Juga:  AGH Muhammad Yunus Martan, Ulama Kharismatik Sulawesi Selatan

Setiap tahunnya, haul Annangguru Muhammad Thahir Imam Lapeo diperingati. Tradisi haul gurutta itu digelar setiap tanggal 17 Juni. Kadang pula pelaksanaan haul disesuaikan dengan momentum keagamaan lainnya dan biasanya dipusatkan di Masjid At-Taubah yang didirikan Imam Lapeo.

Annangguru H Muh. Thahir Imam Lapeo wafat pada hari Selasa, 27 Ramadhan 1362 H / 17 Juni 1952 dalam usia 114 tahun. Makamnya terawat dengan baik.

M Resky S

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *