Hadits Shahih Al-Bukhari No. 123-124 – Kitab Ilmu

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 123124 – Kitab Ilmu ini, menjelaskan tentang tentang meninggalkan hal yang terbaik dan tidak menyebarluaskannya. Orang Quraisy yang sangat mengagungkan Ka’bah, maka Nabi SAW takut kedekatan masa mereka dengan Islam akan membuat mereka mengira bahwa Nabi hendak mengubah bentuk Ka’bah, sehingga Ka’bah lebih identik dengan kebanggaan bagi umat Islam saja dan bukan menjadi kebanggaan mereka lagi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Lalu hadis berikutnya membahas perkataan atau ucapan, artinya mengkhususkan sebagian ilmu kepada sebagian orang karena khawatir yag lainnya tidak dapat memahami. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 1 Kitab Ilmu. Halaman 431-433.

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 123

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ قَالَ لِي ابْنُ الزُّبَيْرِ كَانَتْ عَائِشَةُ تُسِرُّ إِلَيْكَ كَثِيرًا فَمَا حَدَّثَتْكَ فِي الْكَعْبَةِ قُلْتُ قَالَتْ لِي قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ لَوْلَا قَوْمُكِ حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ بِكُفْرٍ لَنَقَضْتُ الْكَعْبَةَ فَجَعَلْتُ لَهَا بَابَيْنِ بَابٌ يَدْخُلُ النَّاسُ وَبَابٌ يَخْرُجُونَ فَفَعَلَهُ ابْنُ الزُّبَيْرِ

Terjemhahan: Telah menceritakan kepada kami [‘Abdullah bin Musa] dari [Isra’il] dari [Abu Ishaq] dari [Al Aswad] berkata, Ibnu Az Zubair berkata kepadaku, ” [‘Aisyah] banyak merahasiakan (hadits) kepadamu. Apa yang pernah dibicarakannya kepadamu tentang Ka’bah?” Aku berkata, “Aisyah berkata kepadaku, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai ‘Aisyah, kalau bukan karena kaummu masih dekat zaman mereka, Az Zubair menyebutkan, “Dengan kekufuran, maka Ka’bah akan aku rubah, lalu aku buat dua pintu untuk orang-orang masuk dan satu untuk mereka keluar.” Di kemudian hari hal ini dilaksanakan oleh Ibnu Zubair.”

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 575 – Kitab Adzan

Keterangan Hadis: Bab ini menjelaskan tentang meninggalkan hal yang terbaik dan tidak menyebarluaskannya.

Israil adalah Ibnu Yunus, Ishaq adalah As-Sabi’i dan dia kakek dari Israil yang meriwayatkan darinya. Sedangkan Al Aswad adalah Ibnu Yazid An-Nakha’i, dan semua Sanad yang disandarkan kepadanya adalah orang-orang Kufah. Sementara Ibnu Zubair adalah Abdullah (Abdullah bin Zubair), seorang sahabat yang terkenal.

Dalam lafazh Al Ushaili disebutkan  قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ بِكُفْرٍ atau Ibnu Zubair menambahkan dengan kata-kata بِكُفْرٍ karena Al Aswad lupa menyebutkannya. Adapun perkataan Ibnu Zubair setelah itu, (…لَنَقَضْتُ sampai akhir hadits). juga mempunyai dua kemungkinan, apakah kalimat ini diantara kalimat yang dilupakan Aswad atau dia menyebutkannya.

Sesungguhnya hal itu telah diriwayatkan oleh Tirmidzi dan jalur Syu’bah dari Abu lshaq, dan Al Aswad dengan lengkap, kecuali perkataan dia بِكُفْرٍ yang digantikan dengan kata-kata بِجَاهِلِيَّةٍ . Begitu juga Imam Bukhari dalam kitab Haji dan jalur lain dari Al Aswad, dan Ismail meriwayatkannya dari jalur Zahir bin Muawiyah dari Abu lshaq dengan lafazh, “Saya berkata , ‘Engkau diberitahukan satu hadits yang engkau hafal awalmu dan engkau lupakan akhirnya.’ ” ismaili lebih condong kepada riwayat ini daripada riwayat Israil. Berdasarkan perkataan dia, maka dalam riwayat Syu’bah terdapat idraj. Wallahu A’lam.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 598 – Kitab Adzan

فَفَعَلَهُ Zubair membangun Ka’bah seperti yang diinginkan Nabi SAW, seperti akan diterangkan pada kitab Haji. insya Allah .

Makna hadits ini ada hubungannya dengan penamaan bab ini. karena orang Quraisy sangat mengagungkan Ka’bah, maka Nabi SAW takut kedekatan masa mereka dengan Islam akan membuat mereka mengira bahwa Nabi hendak mengubah bentuk Ka’bah, sehingga Ka’bah lebih identik dengan kebanggaan bagi umat Islam saja dan bukan menjadi kebanggaan mereka lagi.

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini. diantaranya diperbolehkannya meninggalkan kepentingan demi menjaga timbulnya kerusakan, kemungkaran boleh didiamkan jika takut menimbulkan kemungkaran yang lebih besar, dan seorang pemimpin harus mengurus apa yang menjadi kepentingan raky atnya.

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 124 – Kitab Ilmu

وَقَالَ عَلِيٌّ حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ مَعْرُوفِ بْنِ خَرَّبُوذٍ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ عَلِيٍّ بِذَلِكَ

Terjemhahan: Dan Ali berkata, “Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya didustakan?” Telah menceritakan kepada kami [‘Ubaidullah bin Musa] dari [Ma ‘ruf bin Kharrabudz] dari [Abu Ath Thufail] dari [‘Ali] seperti itu.”

Keterangan Hadis: Penamaan judul bab ini hampir menyerupai judul bab sebelumnya, namun perbedaanya, bab ini membahas perkataan atau ucapan, sedangkan bab sebelumnya membahas perbuatan dan ucapan sekaligus.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 143 – Kitab Wudhu

Ubaidullah adalah Ibnu Musa, sedang Ma’ruf adalah Ibnu Kharrabudz -seperti dalam riwayat Karimah. Dia seorang tabiin yang kurang terkenal, yang berasal dari Makkah. Dia tidak memiliki riwayat lain dalam Shahih Buhkari, kecuali dalam pembahasan ini.

حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ Begitu pula yang terdapat dalam riwayat Abu Dzar. Dalam riwayat selain dia telah didahulukan matan haditsnya, dimulai dengan menyandarkan hadits langsung kepada Ali (Muallaq). Dia berkata, “Ali berkata., .sampai akhir riwayat.” Kemudian, setelah itu baru mengikuti matan dengan sanad.

Yang dimaksudkan dengan perkataan Ali, بِمَا يَعْرِفُونَ atau يَفْهَمُونَ bin Abi Iyas menambahkan pada akhir riwayat dalam kitabnya Al Ilmu dari Abdullah bin Dawud dari Ma’ruf, وَدَعُوا مَا يُنْكِرُون (Dan tinggalkan ilmu pengetahuan yang mereka ingkari”) atau sesuatu yang mereka tidak dapat memahaminya dengan benar. Dalam riwayat ini terdapat bukti, bahwa hal-hal yang syubhat tidak seharusnya diajarkan kepada orang-orang awam.

M Resky S