Pecihitam.org – Sungguh luar biasa membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang disampaikan Maulana Habib Lutfi bin Yahya, ketika Allah memerintahkan shalat, zakat atau yang lainnya, mustahil Allah melakukan shalat atau zakat, tetapi ketika Allah memerintahkan bershalawat, Ia lebih dulu melakukannya. Bahkan ada istilah sekalipun dengan riya’ shalawat tetap berpahala. Bagaimana maksudnya?
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahzab yang mengabarkan kepada kita bahwa Ia dan para malaikat bershalawat kepada Nabi, kemduian memerintahkan kepada setiap orang yang beriman untuk juga bershalawat kepada makhluk paling agung, Muhammad SAW.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]
Diriwayatkan bahwa makna shalawat Allah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pujian Allah atas beliau di hadapan para Malaikat-Nya, sedang shalawat Malaikat berarti mendoakan beliau, dan shalawat ummatnya berarti permohonan ampun bagi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagai ummatnya sudah semestinya kita memperbanyak shalawat kepadanya. Apalahlgi mengingat shalawat merupakan bentuk ketaatan yang paling mudah dan sekalipun dengan riya’ shalawat tetap berpahala.
Ini sebagaimana disampaikan Imam Qulyubi dimuat dalam Kitab Sa’adah al-Darain
فهي أسهل الطاعات وأقربها إلى الملك الجليل وهي مقبولة من كل واحد في كل حالة و من المخلص فيها و كذا من المرائي بها على الأقوال
Shalawat merupakan bentuk ketaatan yang paling mudah untuk dilakukan dan paling dekat untuk diterima oleh Allah Al-Malik Al-Jalil. Shalawat akan diterima dari setiap orang dan dalam setiap keadaan baik dari orang yang ikhlas maupun orang yang riya’ berdasarkan beberapa pendapat. (Sa’adah al-Darain halaman 34)
Sekalipun dengan riya’ shalawat tetap berpahala. Ini karena kedudukan Nabi Muhammad yang begitu agung di sisi Allah, sebagaimana diterangkan dalam Kitab Kifayatul Atqiya’.
وأن جميع الأعمال منها المقبول و منها المردود الا الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم فإنها مقطوع بقبولها إكراما له صلى الله عليه و سلم و حكى اتفاق العلماء على ذلك
Sesungguhnya sebagian dari amal itu ada yang diterima, ada juga yang tertolak, kecuali shalawat kepada Nabi, maka ia dipastikan diterima karena sebagai bentuk pemuliaan kepada Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan kesepakatan ulama tentang hal ini. (Kifayatul Atqiya’ halaman 48)
Begitulah beberapa keterangan tentang tetapnya pahala bagi orang yang bershalawat sekalipun karena riya’. Ini juga dipertegas oleh Imam As-Syatibi dan Imam As-Sanusi.
Tetapi pendapat ini ditahqiq oleh Allamah Al-Amir bahwa dalam hal ini ada dua jihat (penjelasan), sebagaimana dikutip dalam Kitab Bahjatul Wasail pada halaman 3.
ﻭﻟﻜﻦ ﺣﻘﻘﻪ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻻﻣﻴﺮ ﺃﻥ ﻟﻬﺎ ﺟﻬﺘﻴﻦ ﻓﻤﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻬﺬﺍ ﻻﺷﻚ ﻓﻲ ﺣﺼﻮﻟﻪ ﻭﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﻟﻠﻤﺼﻠﻲ ﻓﻜﻴﻔﻴﺔ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﻻﺛﻮﺍﺏ ﺇﻻ ﻳﺎﻻﺧﻼﺹ ﻟﻌﻤﻮﻡ ﻃﻠﺐ ﺍﻹﺧﻼﺹ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﻭﺫﻡ ﺻﺪﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻞ ﺃﻳﻀﺎ
Tetapi pendapat ini ditahqiq oleh Allamah Al-Amir bahwa dalam hal ini ada dua jihat bahwa tentang sampainya shalawat kepada Rosulullah itu tidak dapat diragukan. Akan tetapi pahala tidak sampai pada yang membaca karena secara umum dalam ibadah hanya bisa mendapat pahala ketika ikhlas, maka dalam hal ini begitu juga.
Akhirnya, marilah kita memperbanyak membaca shalawat kepadanya. Karena berkat kedudukan Nabi yang begitu agung dan mulia di sisi Allah, setiap shalawat yang kita persembahkan untuk beliau, sekalipun dengan riya’ shalawat tetap akan sampai, bahkan berphala menurut sebagian pendapat.