PeciHitam.org – Seperti yang kita ketahui bahwa al-Quran di beberapa ayat membicarakan tentang adanya perbedaan dari manusia dalam hal suku dan bangsa.
Memahami ayat kemajemukan menjadi urgensi tersendiri untuk indonesia yang secara de facto memiliki keragaman baik dari segi agama, budaya, warna kulit dan lain sebagainya.
Kemajemukan dalam berbangsa bisa dilihat dalam Surah dalam al-Quran yaitu Q.S. al-Rum ayat 22 sebagaimana berikut:
مِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dalam melakukan penafsiran pada ayat di atas, KH. Bisri Mustafa lebih cenderung melakukan terjemah tafsiriyah terhadap ayat ini dengan sedikit menambahkan penjelasan mengenai perbedaan yang ada pada manusia secara singkat sebagaimana berikut:
‘setengah sangking ayat tanda kekuasane Allah Ta’ala maneh ya iku Allah Ta’ala nitahake langit-langit lan bumi. Juga beda2ne bahasa iro kabeh. Dan rupa nira kabeh – temenan sakjerone iku mahu kabeh. Ana ayat2 tumerap sekabehane wongkang podo ngerti’
Artinya: setengah dari tanda kekuasaan Allah Ta’ala lainnya yaitu Allah Ta’ala menciptakan langut dan bumi. (Allah Ta’ala) juga menciptakan perbedaan bahasa kalian semua dan juga wajah kalian semua. Sungguh di dalam itu semuanya ada tanda-tanda untuk orang orang yang mengerti.
KH. Bisri menjelaskan bahwa salah satu tanda kekuasan Allah yaitu menciptakan langit dan bumi, juga perbedaan bahasa yang ada pada manusia.
Selain itu, Allah juga memberikan perbedaan dalam warna dan rupa, hingga apa yang terdapat pada diri kita berbeda dengan manusia lain.
Padahal, jika dilihat dari sumber utama tafsir al-Ibriz seperti Tafsir Jalalain memberikan tafsiran yang sedikit lebih luas dari apa yang diambil oleh KH. Bisri Mustafa, namun tidak dikutip dalam penafsiran beliau:
{ومن آياته خلق السماوات وَالْأَرْض وَاخْتِلَاف أَلِسَنَتِكُمْ} أَيْ لُغَاتكُمْ مِنْ عَرَبِيَّة وَعَجَمِيَّة وَغَيْرهَا {وَأَلْوَانكُمْ} مِنْ بَيَاض وَسَوَاد وَغَيْرهمَا وَأَنْتُمْ أَوْلَاد رَجُل وَاحِد وَامْرَأَة وَاحِدَة {إنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَات} دَلَالَات عَلَى قُدْرَته تَعَالَى {لِلْعَالَمِينَ} بِفَتْحِ اللَّام وَكَسْرهَا أَيْ ذَوِي الْعُقُول وأولي العلم.
Dalam Tafsir Jalalain, dijelaskan bahwa perbedaan bahasa ini dapat dilihat dengan adanya bahasa seperti Bahasa Arab, Bahasa Ajam atau bahasa non Arab dan juga bahasa-bahasa lain.
Lebih jauh lagi, Tafsir Jalalain menjelaskan juga bahwa manusia diciptakan dalam banyak warna, ada yang putih dan ada yang hitam, padahal sejatinya manusia yang ada di dunia ini merupakan anak dari satu garis keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Namun, KH. Bisri Mustafa tidak mengambil penafsiran ini.
Namun, dari penafsiran KH. Bisri Mustafa ini, kita tetap bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa sudah menjadi sunnatullah bahwa kita sebagai manusia diciptakan berbeda.
Sehingga yang perlu dicapai bagi manusia saat ini adalah bagaimana melihat perbedaan ini sebagai sebuah kekuatan untuk bersatu dan menjaga Indonesia bersama sama.
Penafsiran yang singkat dari KH. Bisri Mustafa perlu kita resapi lebih dalam lagi untuk memupuk rasa persatuan dan tidak melihat perbedaan sebagai alasan untuk saling menjauh.
Persatuan dalam perbedaan seperti ini dapat kita pelajari bagaimana Nabi Muhammad menyatukan kota Madinah dengan Piagam madinah dimana mereka memiliki kemajemukan yang hampir sama dengan yang ada di Indonesia.
Wallahu A’lamu