Surah Al-Anbiya Ayat 26-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Anbiya Ayat 26-29

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 26-29 ini, Allah menyebutkan tuduhan kaum musyrik yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak Allah. Kemudian Allah membantah tuduhan itu dengan menegaskan bahwa Dia Mahasuci dari tuduhan itu, dan para malaikat itu adalah hamba-hamba-Nya yang diberi kemuliaan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menerangkan mengapa para malaikat itu demikian patuh dan taat kepada-Nya ialah karena para malaikat itu yakin bahwa Allah senantiasa mengetahui apa-apa yang telah ada dan sedang mereka kerjakan, sehingga tidak satu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 26-29

Surah Al-Anbiya Ayat 26
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ

Terjemahan: Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan,

Tafsir Jalalain: وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ (Dan mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil anak”) berupa Malaikat-malaikat سُبْحَانَهُ بَلْ (Maha Suci Allah. Sebenarnya) para malaikat itu عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ (adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan) di sisi-Nya; dan pengertian kehambaan ini jelas bertentangan dengan pengertian keanakan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman menolak orang yang menyangka bahwa Allah Yang Mahatinggi dan Mahasuci memiliki anak dari kalangan Malaikat, seperti orang Arab yang berkata: “Sesungguhnya, Para Malaikat adalah anak-anak perempuan Allah.”

Maka Dia berfirman: سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ (“Mahasuci Allah. Sebenarnya para Malaikat itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan,”) yaitu para Malaikat itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan di sisi-Nya, berada di tempat-tempat yang tinggi dan derajat-derajat yang agung. Sedangkan mereka berada dalam puncak ketaatan kepada-Nya, dalam perkataan dan perbuatan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menyebutkan tuduhan kaum musyrik yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak Allah. Kemudian Allah membantah tuduhan itu dengan menegaskan bahwa Dia Mahasuci dari tuduhan itu, dan para malaikat itu adalah hamba-hamba-Nya yang diberi kemuliaan.

Mempunyai anak adalah salah satu gejala alam atau makhluk yang bersifat ?baru? sedang Allah adalah bersifat ?Qid?m? (dahulu). Dan juga merupakan gejala adanya hajat terhadap kehidupan berkeluarga dan berke?turun?an, yang juga merupakan salah satu sifat yang ada pada makhluk, sedang Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Di samping itu, anak tentu mempunyai persamaan dengan ayahnya dalam satu segi, dan mempunyai perbedaan dalam segi lain. Sebab itu, jika benar malaikat adalah anak Allah, maka ia juga ikut disembah, padahal Allah telah menegaskan bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah dan para malaikat itu selalu menyembah atau beribadat kepada Allah.

Ringkasnya, malaikat bukanlah anak Allah, melainkan hamba?hamba-Nya, hanya saja mereka itu merupakan hamba-hamba Allah yang di?beri kemuliaan dan tempat yang dekat kepada Allah serta diberi kelebihan atas semua makhluk, karena ketaatan mereka dalam beribadah kepada-Nya me?lebihi makhluk-makhluk yang lain. Tetapi manusia yang beriman, taat dan saleh lebih mulia daripada malaikat.

Baca Juga:  Surah Al-Hasyr Ayat 8-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Sebagian orang Arab yang kafir berkata,
“Tuhan Sang Pemurah mempunyai anak,” dengan mengira bahwa malaikat adalah anak perempuan-Nya. Dia Mahasuci dari sangkaan bahwa diri-Nya mempunyai anak. Malaikat hanyalah hamba-hamba yang mendapat kehormatan di sisi Allah dengan kedekatan dan ibadah mereka kepada-Nya.

Surah Al-Anbiya Ayat 27
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ

Terjemahan: mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.

Tafsir Jalalain: لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ (Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan) mereka sama sekali tidak pernah berkata melainkan setelah ada firman-Nya وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya) yakni setelah diperintahkan oleh-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (“Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah perintah-Nya,”) yaitu mereka tidak mendahului satu perkarapun di hadapan-Nya serta tidak membangkang terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka. Bahkan, mereka amat bersegera melakukannya. Dia Mahatinggi ilmu-Nya lagi meliputi mereka. Tidak satu halpun yang tersembunyi dari-Nya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menyebutkan tuduhan kaum musyrik yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak Allah. Kemudian Allah membantah tuduhan itu dengan menegaskan bahwa Dia Mahasuci dari tuduhan itu, dan para malaikat itu adalah hamba-hamba-Nya yang diberi kemuliaan.

Mempunyai anak adalah salah satu gejala alam atau makhluk yang bersifat “baru” sedang Allah adalah bersifat “Qidam” (dahulu). Dan juga merupakan gejala adanya hajat terhadap kehidupan berkeluarga dan berketurunan, yang juga merupakan salah satu sifat yang ada pada makhluk, sedang Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Di samping itu, anak tentu mempunyai persamaan dengan ayahnya dalam satu segi, dan mempunyai perbedaan dalam segi lain. Sebab itu, jika benar malaikat adalah anak Allah, maka ia juga ikut disembah, padahal Allah telah menegaskan bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah dan para malaikat itu selalu menyembah atau beribadat kepada Allah.

Ringkasnya, malaikat bukanlah anak Allah, melainkan hamba-hamba-Nya, hanya saja mereka itu merupakan hamba-hamba Allah yang diberi kemuliaan dan tempat yang dekat kepada Allah serta diberi kelebihan atas semua makhluk, karena ketaatan mereka dalam beribadah kepada-Nya melebihi makhluk-makhluk yang lain. Tetapi manusia yang beriman, taat dan saleh lebih mulia daripada malaikat.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka tidak pernah mendahului mengucapkan ucapan Allah sebelum mendapat izin untuk itu. Mereka melaksanakan perintah-Nya dan tidak melampaui batas-batas apa yang diperintahkan.

Baca Juga:  Ayat Mutasyabihat, Jangan Dipahami Berdasarkan Makna Dzahirnya, Seperti Arrahmanu 'Alal 'Arsy Istawa

Surah Al-Anbiya Ayat 28
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ

Terjemahan: Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.

Tafsir Jalalain: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ (Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka) apa yang telah mereka kerjakan dan yang sedang mereka kerjakan وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى (dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai) oleh Allah swt. untuk mendapatkannya وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ (dan mereka karena takut kepada-Nya) kepada Allah swt. مُشْفِقُونَ (selalu berhati-hati) selalu takut kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ (“Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka.”)

Firman-Nya: وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى (“Dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah,”) seperti firman-Nya, “Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tang izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255)

وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (“Mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya,”) karena takut dan gentarnya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan mengapa para malaikat itu demikian patuh dan taat kepada-Nya ialah karena para malaikat itu yakin bahwa Allah senantiasa mengetahui apa-apa yang telah ada dan sedang mereka kerjakan, sehingga tidak satu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya. Oleh karena itu mereka senantiasa beribadah dan mematuhi segala perintah-Nya.

Selanjutnya, dalam ayat ini Allah menerangkan sifat lainnya dari para malaikat itu ialah mereka tidak akan memberikan syafaat kepada siapa pun, kecuali kepada orang-orang yang diridai Allah. Oleh sebab itu, janganlah seseorang mengharap akan memperoleh syafaat atau pertolongan dari malaikat pada hari akhirat kelak, bila ia tidak memperoleh rida Allah terlebih dahulu.

Di samping itu, para malaikat tersebut senantiasa berhati-hati, disebabkan takut pada murka Allah dan siksa-Nya. Oleh sebab itu, mereka senantiasa menjauhkan diri dari mendurhakai-Nya atau menyalahi perintah dan larangan-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Allah mengetahui seluruh keadaan dan perbuatan mereka–baik yang telah lalu maupun yang akan datang–dan mereka tidak memberi syafaat kecuali kepada orang yang mendapat perkenan Allah. Karena begitu takutnya kepada Allah dan karena selalu mengagungka-Nya, mereka selalu bersikap hati-hati.

Surah Al-Anbiya Ayat 29
وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 24-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: “Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.

Tafsir Jalalain: وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ (Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada-Nya”) selain daripada Allah swt., dia adalah iblis yang menganjurkan manusia untuk menyembah dan taat kepada perintahnya.

فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ (maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikianlah) sebagaimana Kami memberikan balasan kepada iblis نَجْزِي الظَّالِمِينَ (Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang musyrik.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ (“Dan barang-siapa di antara mereka mengatakan: Sesungguhnya aku adalah ilah selain dari-pada Allah,”) yaitu sebagian mereka mengaku bahwa dia adalah ilah selain Allah, yaitu bersama Allah.

فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (“Maka, orang itu kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan balasan kepada orang-orang dhalim,”) yaitu kepada setiap orang yang berkata demikian. Ini adalah syarat, dan sebuah syarat tidak mesti terjadi.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menjelaskan ketentuan-Nya yang berlaku terhadap para malaikat dan siapa saja di antara makhluk-Nya yang mengaku dirinya sebagai tuhan selain Allah. Ketentuannya ialah bahwa siapa saja di antara mereka itu berkata,

“Aku adalah tuhan selain Allah,” maka dia akan diberi balasan siksa dengan api neraka Jahannam, karena pengakuan semacam itu adalah kemusyrikan yang sangat besar, karena selain mempersekutukan Allah, juga menyamakan derajat dirinya dengan Allah. Demikianlah caranya Allah membalas perbuatan orang-orang yang zalim.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila di antara malaikat ada yang berkata, “Aku adalah tuhan selain Allah yang harus disembah,” pasti akan Kami balas dengan neraka Jahanam. Balasan seperti ini juga Kami berikan kepada mereka yang melampaui batas-batas kebenaran dan menzalimi dirinya sendiri, dengan mengaku tuhan atau mengakui adanya tuhan lain selain Kami.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 26-29 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S