Surah Al-Ankabut Ayat 67-69; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ankabut Ayat 67-69

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 67-69 ini, mengingatkan orang-orang musyrik Mekah akan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka. Allah mengistimewakan mereka dari penduduk negeri-negeri di sekitar mereka dengan menjadikan kota Mekah sebagai negeri yang aman, tenteram, dan diharamkan berperang di sana.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

orang-orang musyrik itu adalah orang yang sangat zalim, karena mengada-adakan sekutu bagi Allah dan mengatakan bahwa Dia mempunyai anak. Mereka adalah orang-orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan menjadi musuh-Nya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 67-69

Surah Al-Ankabut Ayat 67
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ

Terjemahan: Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?

Tafsir Jalalain: أَوَلَمْ يَرَوْا (Dan apakah mereka tidak memperhatikan) tidak mengetahui أَنَّا جَعَلْنَا (bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan) negeri mereka yakni Mekah آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ (tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok) saling bunuh-membunuh dan saling rampok-merampok di antara sesama mereka, berbeda halnya dengan penduduk Mekah.

أَفَبِالْبَاطِلِ (Maka mengapa kepada yang batil) kepada berhala يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (mereka percaya dan ingkar kepada nikmat Allah?) Karena kemusyrikan mereka itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman memberikan anugerah kepada orang Quraisy tentang apa yang dihalalkan bagi mereka dari tanah haram yang dijadikan bagi manusia, baik orang i’tikaf, pengembara ataupun siapa saja yang memasukinya [akan] menjadi aman. Maka mereka berada dalam keadaan aman yang sangat benar. Sedangkan orang-orang sekitarnya, sebagian mereka membegal dan membunuh sebagian yang lain.

Sebagaimana firman Allah: لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”) (Quraisy: 1) dan firman Allah: أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (“Maka, mengapa mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?”) yaitu apakah rasa syukur mereka terhadap nikmat yang besar ini dengan berbuat syirik dan menyembah kepada selain Allah bersama-Nya, berupa berhala dan patung-patung.

Lalu mereka kufur kepada seorang Nabi, hamba dan Rasul-Nya? padahal yang layak bagi mereka adalah mengikhlaskan peribadahan hanya kepada Allah serta tidak berbuat syirik kepada-Nya, membenarkan Rasul, mengagungkan dan mendukungnya. Akan tetapi mereka mendustakannya, memerangi dan mengusirnya dari hadapan mereka.

untuk itu Allah mencabut nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka serta terbunuhnya orang-orang di perang Badar. Kemudian jadilah kedaulatan itu hanya milik Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukminin. Maka, ditaklukkanlah kota Makkah oleh Allah untuk Rasul-Nya dengan menghinakan kaum musyrik dan merendahkan mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengingatkan orang-orang musyrik Mekah akan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka. Allah mengistimewakan mereka dari penduduk negeri-negeri di sekitar mereka dengan menjadikan kota Mekah sebagai negeri yang aman, tenteram, dan diharamkan berperang di sana.

Allah menjaga negeri itu dari musuh-musuh yang hendak menghancurkan dan menguasainya, seperti yang pernah terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad. Pada waktu itu, tentara Abrahah yang mengendarai gajah dihancurkan Allah sebelum mereka sempat menjamah Ka’bah.

Allah berfirman: (1) Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? (2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? (3) dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, (4) yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, (5) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (al-Fil/105: 1-5)

Dalam ayat yang lain diterangkan keadaan kota Mekah dan kehidupan orang-orang Quraisy. Allah berfirman: (1) Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (2) (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.

Baca Juga:  Fadhilah Membaca Surat Al-Mulk; Dari Penyelamat Siksa Kubur hingga Pembela di Hari Kiamat

(3) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), (4) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan. (Quraisy/106: 1-4)

Di sisi lain, negeri-negeri yang berada di sekitar Mekah dalam keadaan tidak aman. Sering terjadi perampokan, pembunuhan, kekacauan, dan peperangan antar kabilah, sehingga orang tidak dapat merasakan kedamaian dan keamanan atas jiwa, keluarga, dan hartanya. Setiap saat penduduknya selalu berada dalam keadaan khawatir diserbu musuh.

Pada ayat ini dipertanyakan kepada orang-orang musyrik itu bahwa apakah mereka tidak melihat nikmat yang jelas dan nyata itu? Apakah mereka tidak merasakan sedikit juga bahwa Allah telah mengistimewakan mereka dari penduduk negeri di sekitar mereka. Kenapa mereka tidak meninggalkan penyembahan berhala yang mengotori Ka’bah itu? Sebenarnya orang Mekah telah mengetahui semuanya, tetapi karena keingkaran, mereka mempercayai yang batil dan mengingkari nikmat Allah. Alangkah rendahnya akal mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah orang-orang kafir Mekah itu buta akan nikmat Allah yang telah Dia karuniakan kepada mereka, dan tidak melihat bahwa Kami telah menjadikan negeri mereka terjaga, tidak dirampok, serta suci, penduduknya tidak ditawan dan tidak terjadi pembunuhan, sedangkan orang-orang di sekeliling mereka saling merampok? Apakah mereka telah buta akan nikmat ini, sehingga mempercayai apa yang sama sekali tidak benar dan mendustakan Nabi Muhammad saw. beserta apa yang dibawanya?

Surah Al-Ankabut Ayat 68
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ

Terjemahan: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?

Tafsir Jalalain: أَظْلَمُ (Dan siapakah) tiada seorang pun مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah) dengan cara menyekutukan-Nya أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ (atau mendustakan yang hak) maksudnya, Nabi saw. atau Alquran لَمَّا جَاءَهُ (tatkala yang hak itu datang kepadanya? أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى (Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat) tempat tinggal لِّلْكَافِرِينَ (bagi orang-orang yang kafir) maksudnya, di dalam neraka itu ada tempat tinggal bagi orang-orang kafir, dan orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah itu adalah satu di antara mereka yang kafir.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ (“Dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang haq tatkala yang haq itu datang kepadanya.”) tidak ada seseorang yang lebih berat hukumannya daripada orang yang berdusta atas nama Allah, dimana dia berkata:

“Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadanya, padahal dia tidak diberi wahyu sedikitpun.” Serta dia berkata: “Aku akan turunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Dan demikian pula tidak ada seseorang yang lebih berat hukumannya daripada orang yang mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepadanya.

Orang yang pertama adalah orang yang mengada-ada dan orang kedua adalah orang yang mendustakan. Untuk itu Allah berfirman: أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ (“Bukankah neraka jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang musyrik itu adalah orang yang sangat zalim, karena mengada-adakan sekutu bagi Allah dan mengatakan bahwa Dia mempunyai anak. Mereka adalah orang-orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan menjadi musuh-Nya. Mereka membuat patung-patung, kemudian menyembahnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 145; Seri Tadabbur Al Qur'an

Allah menceritakan kepercayaan kaum musyrik itu dalam firman-Nya: Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”

Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (az-Zumar/39: 3)

Setelah datang kepada mereka seorang rasul Allah yang menerangkan kebatilan dan kepalsuan perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan yang lurus berdasarkan kebenaran, mereka mengingkari dan mendustakan semuanya. Bahkan mereka mengingkari semua nikmat Allah yang pernah diberikan kepada mereka.

Sesungguhnya orang-orang musyrik itu telah berbuat dosa yang paling besar yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Tiada balasan yang tepat bagi mereka kecuali azab neraka Jahanam di akhirat nanti dan itulah tempat yang wajar bagi mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Tidak ada orang yang lebih zalim daripada yang mengatasnamakan kepada Allah apa yang tidak disyariatkan-Nya, atau mendustakan agama yang benar ketika diserukan kepadanya. Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam terdapat tempat bagi orang-orang yang zalim dan kafir itu.

Surah Al-Ankabut Ayat 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Terjemahan: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Tafsir Jalalain: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا (Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami) demi untuk mencari keridaan Kami لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami) jalan yang menuju kepada Kami. وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik) yakni orang-orang mukmin dengan memberikan pertolongan dan bantuan-Nya kepada mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: kemudian Allah berfirman: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا (“Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami”) yaitu Rasulullah saw., para shahabat dan para pengikutnya hingga hari kiamat. لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (“Benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”) sesungguhnya Kami akan perlihatkan kepada mereka jalan-jalan Kami, yaitu jalan-jalan Kami di dunia dan di akhirat.

Ibnu Abi Hatim berkata: “Ayahku bercerita kepada kami, bahwa Ahmad bin Abil Hawari bercerita, ‘Abbas al-Hamdani Abu Ahmad dari penduduk Uka berkata tentang firman Allah: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (“Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”) yaitu orang-orang yang beramal dengan apa yang mereka ketahui, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada mereka tentang apa yang belum mereka ketahui.

Ahmad bin Abil Hawari berkata: “Hal itu aku ceritakan kepada Abu Sulaiman ad-Darani dan dia mengaguminya, lalu berkata: ‘Tidak patut bagi seseorang yang diberikan ilham kebaikan untuk mengamalannya, hingga ia mendengar dari atsar. Jika dia mendengarnya dari atsar, maka amalkanlah dan memujilah kepada Allah, hingga diberi kesesuaian di dalam hatinya.’”

Dan firman-Nya: وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”) Ibnu Abi Hatim berkata, asy-Sya’bi berkata, bahwa ‘Isa bin Maryam as. berkata: ‘Ihsan itu adalah bahwa engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu. Dan ihsan bukanlah engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu.” wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di akhirat kelak.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 91; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah berfirman: (Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-hajj/22: 40)

Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman. Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf, melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.

Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini pasti akan terlaksana, sebagaimana firman-Nya: Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman. (ar-Rum/30: 47)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu, adalah perbuatan baik. Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah.

Orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat, karena tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya.

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya.

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan.

Tafsir Quraish Shihab: Dan orang-orang yang mengerahkan usaha mereka dan menanggung kesulitan untuk memenangkan agama Kami, maka Kami pasti akan menambahkan petunjuk kepada kebaikan dan kebenaran. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. Dia menolong mereka. Dan Allah Maha Mengetahui.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 67-69 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S