Surah Al-Mu’minun Ayat 101-104; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'minun Ayat 101-104

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 101-104 ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka itu akan dibakar mukanya dengan api sehingga kelihatan jelek sekali dan cacat. Dagingnya hancur, meleleh sampai ke kakinya. Mereka mengeluh atas azab yang menimpanya, dan menyadari perbuatannya ketika masih di dunia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun Ayat 101-104

Surah Al-Mu’minun Ayat 101
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

Terjemahan: Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.

Tafsir Jalalain: فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ (Apabila sangkakala ditiup) tiupan malaikat Israfil yang pertama atau yang kedua فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ (maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu) yang dapat mereka bangga-banggakan وَلَا يَتَسَاءَلُونَ (dan tidak pula mereka saling bertanya) tentang nasab tersebut, berbeda dengan ketika mereka hidup di dunia.

Hal tersebut disebabkan kengerian yang menyibukkan diri mereka pada hari kiamat itu, yakni melihat sebagian kengerian-kengerian yang ada padanya. Pada sebagian waktu dari hari kiamat mereka sadar pula, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ayat yang lain, yaitu, “Dan sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan.” (Q.S. Ash-Shaffat, 27).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan, jika sangkakala ditiupkan sebagai tanda pembangkitan makhluk, lalu orang-orang pun bangkit dari kubur mereka, فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ (“Maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.”) Maksudnya, pada hari itu, hubungan nasab tidak lagi berarti, orang tua tidak lagi bisa memberikan pertolongan dan perlindungan kepada anaknya.

Imam Ahmad meriwAyatkan dari al-Miswar [yang dia adalah Ibnu Makhramah], dia bercerita, Rasulullah saw. bersabda: “Fathimah adalah bagian dariku. Apa yang membuatnya marah juga membuatku marah, dan apa yang membuatnya semangat, maka membuatku semangat pula. Dan sesungguhnya hubungan nasab itu akan terputus pada hari Kiamat kecuali nasabku, (dan yang mempunyai hubungan) karenaku, serta semendaku.”

Hadits tersebut berasal dari kitab ash-Shahihain, dari al-Miswar bin Makhramah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Fathimah adalah bagian dariku. Apa yang meragukannya juga meragukanku, dan apa yang membuatnya sakit juga membuatku sakit.”

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila sangkakala ditiup untuk kedua kalinya dan arwah dikembalikan kepada tubuhnya masing-masing pada hari kebangkitan nanti, maka pada waktu itu tidak ada lagi manfaat pertalian nasab. Seseorang tidak dapat lagi membanggakan nasabnya, bahwa dia berasal dari keturunan bangsawan sebagaimana halnya pada waktu ia masih berada di dunia.

Tidak ada perbedaan antara seseorang dengan yang lain, semua terpengaruh suasana yang meliputinya. Mereka kebingungan dan diliputi perasaan takut karena kedahsyatan hari itu, sehingga hilanglah rasa cinta dan kasih sayang. Masing-masing memikirkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu orang lain, sebagaimana yang dilukiskan di dalam firman Allah:

Baca Juga:  Surah Yasin ayat 26-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (‘Abasa/80: 33-37)

Mereka tidak lagi saling tegur dan bertanya. Tidak seorang pun di antara mereka yang menanyakan keadaan keluarga dan keturunannya, sebagaimana halnya di dunia. Mereka seolah-olah tidak saling mengenal lagi. Firman Allah: Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya. (al- Ma’arij/70: 10)

Mereka kebingungan seperti orang-orang yang sedang mabuk, padahal mereka tidak mabuk. Firman Allah:

(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (al-hajj/22: 2).

Surah Al-Mu’minun Ayat 102
فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون

Terjemahan: Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.

Tafsir Jalalain: فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (Barang siapa yang berat timbangannya) karena amal-amal kebaikan فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan) yakni orang-orang yang beruntung.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (“Barangsiapa yang berat timbangan [kebaikan]nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.”) Maksudnya, barangsiapa yang kebaikannya mengungguli keburukannya meskipun hanya satu saja.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berat timbangan amal kebaikannya yaitu orang-orang yang beriman dan banyak beramal saleh di dunia, adalah orang-orang yang beruntung dan berbahagia.

Pada hari Kiamat nanti, seseorang sebelum ditetapkan nasibnya, apakah ia dimasukkan ke dalam surga atau ke dalam neraka, lebih dahulu ia akan diajukan ke pengadilan yang akan memberi keputusan yang seadil-adilnya. Tidak akan terjadi kecurangan dalam proses pengadilan itu karena yang menjadi hakimnya ialah Allah sendiri.

Berbeda halnya dengan pengadilan di dunia ini, orang yang bersalah adakalanya diputuskan tidak bersalah, karena pintarnya bersilat lidah, memutarbalikkan keadaan atau karena kelicikan pembelanya, sehingga hakim menjadi terkecoh. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak bersalah ada kemungkinan diputuskan bersalah karena tidak mampu membayar pembela yang pintar dan sebagainya.

Setiap keputusan di dunia yang tidak adil akan dimentahkan kembali dan akan diputuskan sekali lagi di akhirat dengan seadil-adilnya. Segala sangkut paut yang belum selesai di dunia ini akan diselesaikan nanti di akhirat dengan seadil-adilnya.

Baca Juga:  Membantah Pendapat Wahabi Tentang Larangan Melagukan Al-Quran

Setelah melalui proses pengadilan dan sangkut paut masing-masing telah diselesaikan maka untuk mengetahui kadar kebaikan dan kejahatan masing-masing diadakan timbangan, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah:

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit. (al- Anbiya’/21: 47)

Barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, berbahagialah ia. Sejalan dengan Ayat 102 ini firman Allah: Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). (al-Qari`ah/101: 6-7).

Tafsir Quraish Shihab: Allah berkata kepada orang-orang kafir, “Berapa tahun kalian hidup di dunia?”

Surah Al-Mu’minun Ayat 103
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

Terjemahan: Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.

Tafsir Jalalain: وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (Dan barang siapa yang ringan timbangannya) karena dosa-dosanya فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ (maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri) maka mereka فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (kekal di dalam neraka Jahanam).

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (“Dan barangsiapa yang ringan timbangannya,”) yakni, bagi orang yang amal keburukannya lebih berat dari-pada amal kebaikannya, فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُ (“Maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,”) yakni, mereka itulah yang gagal, binasa, dan kembali dengan membawa kerugian.

فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (“Mereka kekal didalam neraka Jahannam.”) Maksudnya, mereka akan tinggal di sana untuk selamanya, sehingga tidak akan angkat kaki darinya.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan kerugian orang yang ringan timbangan kebaikannya. Mereka itu ketika masih berada di dunia banyak berbuat maksiat menuruti kehendak hawa nafsunya. Mereka mengingkari Ayat-Ayat Allah yang menyebabkan amal-amal mereka tidak bernilai di hari kemudian, sebagaimana firman Allah:

Mereka itu adalah orang yang mengingkari Ayat-Ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat. (al-Kahf/18: 105)

Mereka itu akan kekal di dalam neraka Jahanam. Sejalan dengan Ayat 103 ini firman Allah: Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (al-Qari’ah/101: 8-9)

Bukan demikian! Barang siapa berbuat keburukan, dan dosanya telah menenggelamkannya, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah/2: 81).

Tafsir Quraish Shihab: Demikian pendeknya kehidupan dunia jika dibandingkan dengan lamanya masa tinggal mereka di dalam siksaan, mereka menjawab, “Kami hidup sehari atau setengah hari. Tanyakan saja kepada orang-orang yang dapat menghitung dengan benar, karena kami sibuk menghadapi siksaan.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 104
تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ

Terjemahan: Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ (Muka mereka dibakar api neraka) api neraka membakarnya وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ (dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat) bibir mereka bagian atas dan bawah mengkerut memperlihatkan gigi-gigi mereka, kemudian dikatakan kepada mereka,.

Tafsir Ibnu Katsir: تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ (“Muka mereka dibakar api neraka.”) Penggalan Ayat ini lama seperti yang difirmankan-Nya: yang artinya (“Dan muka mereka ditutup oleh api neraka.”) (QS.Ibrahim: 50)

Ibnu Mardawaih meriwAyatkan dari Abud Darda’, dia bercerita, Rasulullah saw. bersabda mengenai firman Allah Ta’ala: talfahu wujuuHaHumun naaru (“Muka mereka dibakar api neraka,”) beliau bersabda: “Api neraka itu membakar dengan sekali bakaran yang membuat daging mereka meleleh sampai tumit mereka.”

Firman Allah Ta’ala: وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ (“Dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.”) Ali bin Abi Thalhah meriwAyatkan dari Ibnu Abbas: “Yakni mereka bermuka masam.” Sedangkan Imam Ahmad meriwAyatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Nabi saw, mengenai firman-Nya:

وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ (“Dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.”) beliau bersabda: “Api neraka membakarnya sehingga bibir bagian atas mengelupas sampai pertengahan kepalanya. Sedangkan bibir bagian bawahnya menjulur sampai ke pusarnya.” (DirwAyatkan oleh at-Tirmidzi, dan dia mengatakan: “Hasan gharib.”)

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka itu akan dibakar mukanya dengan api sehingga kelihatan jelek sekali dan cacat. Dagingnya hancur, meleleh sampai ke kakinya. Mereka mengeluh atas azab yang menimpanya, dan menyadari perbuatannya ketika masih di dunia, sebagaimana firman Allah:

Dan jika mereka ditimpa sedikit saja azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata, “Celakalah kami! Sesungguhnya kami termasuk orang yang selalu menzalimi (diri sendiri).” (al-Anbiya’/21: 46)

Seandainya orang kafir itu mengetahui, ketika mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari wajah dan punggung mereka, sedang mereka tidak mendapat pertolongan (tentulah mereka tidak meminta disegerakan). (al-Anbiy’/21: 39).

Tafsir Quraish Shihab: Allah berkata lagi kepada mereka, “Kalian hidup di dunia hanya sebentar saja. Kalau saja kalian mengetahui akibat kekufuran dan sikap durhaka dan bahwa kenikmatan dunia itu sangat sedikit, kalian tentu sudah beriman dan taat.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 101-104 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S