Surah Ibrahim Ayat 2-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ibrahim Ayat 2-4

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ibrahim Ayat 2-4 ini bahwa kedudukan kitab langit memberikan petunjuk bagi umat manusia, Kita mengikuti undang-undang yang datang dari pencipta yang mengetahui seluruh kebutuhan dan kapasitas kita. Meninggalkan undang-undang ilahi dan mengikuti ketentuan manusia adalah sebuah bentuk kekufuran.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian ayat 3 menjadi argumentasi dasar bahwa kaum kafir menentang jalan para nabi dan rasul. Akar dari kekufuran mereka adalah cinta dunia dan mengikuti hawa nafsunya.

Mereka hanya mengharapkan kenikmatan dunia. Selanjutnya, Allah bersikap bijaksana kepada semua manusia, baik yang berperilaku baik maupun yang buruk. Semua mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya masing-masing.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ibrahim Ayat 2-4

Surah Ibrahim Ayat 2
اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ

Terjemahan: Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.

Tafsir Jalalain: اللَّهِ (Dialah Allah) kalau dibaca jar kedudukannya menjadi badal atau athaf bayan, sedangkan kedudukan kalimat yang sesudahnya menjadi sifat. Jika dibaca rafa’ jadilah mubtada, sedangkan khabarnya adalah firman berikut ini: الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ (yang memiliki segala apa yang ada di langit dan di bumi) semuanya adalah milik-Nya, hamba-Nya dan makhluk-Nya.

وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksa yang sangat pedih.)

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (“Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.”) maksudnya celakalah mereka pada hari kiamat, karena mereka menyelisihimu dan mendustakanmu, wahai Muhammad.

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu jalan Allah, Pencipta dan Pemilik segala sesuatu yang berada di langit dan di bumi. Jika yang demikiaan itu adalah sifat-sifat Tuhan yang benar, maka kebinasaanlah bagi orang-orang kafir dengan siksa yang pedih.

Surah Ibrahim Ayat 3
الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.

Tafsir Jalalain: الَّذِينَ (Yaitu orang-orang) kedudukannya sebagai sifat يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ (yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalang-halangi) manusia,

عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ (dari jalan Allah) yaitu agama Islam وَيَبْغُونَهَا (dan menginginkan supaya ia) jalan Allah tersebut عِوَجًا (bengkok) tidak lurus.

أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ (Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh) yakni sesat dari jalan yang hak dan benar.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah mensifati mereka bahwa mereka lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, bekerja untuk dunia dan melupakan akhirat dan meninggalkan urusan akhirat di belakang mereka.

وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ (“dan menghalang-halangi [manusia] dari jalan Allah.” Yaitu dari mengikut para Rasul, وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا (“dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok.”) maksudnya mereka menghendaki agar jalan Allah itu miring, dondong dan berkelok, padahal jalan Allah itu adalah lurus.

Tidak dapat dipengaruhi atau dinodai oleh seseorang yang menyelisihinya atau orang yang meninggalkannya, mereka dengan keinginan itu berada dalam kebodohan dan kesesatan yang jauh dari kebenaran dan tidak dapat diharapkan dari mereka kebaikan sedikitpun dalam keadaan seperti itu.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, menghalangi orang lain agar tidak mengikuti syariat Allah, dan menginginkan syariat menjadi bengkok di dalam pandangan manusia supaya mereka meninggalkannya, adalah orang-orang yang telah tersesat jauh dari kebenaran.

Surah Ibrahim Ayat 4
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Terjemahan: Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Baca Juga:  Qul Huwallahu Ahad; Asbabun Nuzul, Fadhilah dan Kisah Orang yang Istiqamah Membacanya

Tafsir Jalalain: وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ (Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa) memakai bahasa قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ (kaumnya, supaya ia dapat memberi pelajaran dengan terang kepada mereka) supaya mereka dapat memahami apa yang disampaikannya.

فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ (Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa) di dalam kerajaan-Nya الْحَكِيمُ (lagi Maha Bijaksana.) di dalam tindakan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Bahwasanya Allah mengutus para Rasul dari kalangan mereka dan dengan bahasa mereka supaya mereka memahami apa yang dikehendaki dari mereka dan apa yang disampaikan kepada mereka.

Firman Allah: فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ (“Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”) maksudnya setelah memberikan keterangan dan bukti-buktinya kepada mereka, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dari petunjuk itu dan menunjuki siapa yang Dia kehendaki kepada kebenaran.

وَهُوَ الْعَزِيزُ (“Dan Dialah Rabb yang Mahakuasa.”) apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi. الْحَكِيمُ (“lagi Mahabijaksana.”) dalam perbuatan-Nya, maka Dia menyesatkan siapa yang memang berhak dengan kesesatan dan menunjuki siapa yang memang layak akan hal itu.

Memang, hal itu merupakan sunnah atau ketentuan Allah yang berkenaan dengan makhluk-Nya bahwa Allah tidak mengutus seorang Nabi kepada suatu umat melainkan dengan bahasa mereka dan setiap nabi itu diutus untuk menyampaikan risalah kenabian kepada ummat mereka masing-masing, tidak kepada umat lain, kecuali Nabi Muhammad bin Abdillah yang khusus diperintahkan supaya menyampaikan risalah kepada semua manusia.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 45-47; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih yang tertera dalam kitab shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda:

“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang Nabipun sebelumku; aku diberi kemenangan oleh karena rasa takut [dalam hati musuh] selama perjalanan satu bulan dan bumi [tanah] ini dijadikan untukku sebagai tempat shalat [masjid] dan untuk bersuci.

Dihalalkan untukku harta rampasan perang yang mana hal tersebut tidak dihalalkan bagi seorang rasul pun sebelumku. Aku diberi syafa’at dan setiap Nabi diutus khusus kepada umatnya masing-masing, sedang akut diutus kepada semua manusia.”

Tafsir Quraish Shihab: Tidak seorang rasul pun yang Kami utus sebelummu, wahai Muhammad, kecuali berbicara dengan bahasa yang digunakan oleh kaumnya, agar mereka dapat memahami dan mengetahui dengan mudah hal-hal yang ia sampaikan.

Ia tidak berkewajiban membuat mereka benar-benar mau menerima hidayah, karena Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki, karena tidak mempunyai kesiapan untuk mencari kebenaran dan memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, karena baiknya kesiapan untuk mencari kebenaran.

Dia Maha kuat yang tidak seorang pun dapat mempengaruhi kehendak-Nya. Dia meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan tidak memberi hidayah atau menyesatkan seseorang kecuali atas dasar hikmah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ibrahim Ayat 2-4 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S