Surah Maryam Ayat 34-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Maryam Ayat 34-37

Pecihitam.org – Kandungan Surah Maryam Ayat 34-37 ini, menjelaskan ketika Maryam menunjuk kepada putranya supaya berbicara dan menjelaskan tentang keadaannya, karena Maryam sudah bernazar untuk tidak berbicara dengan siapa pun dan sudah merasa yakin bahwa anaknya mengerti isyarat itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Maryam Ayat 34-37

Surah Maryam Ayat 34
ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ

Terjemahan: Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.

Tafsir Jalalain: ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ (Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar) jika lafal Alqaul dibaca Rafa’, berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, maksudnya, perkataan Isa bin Maryam adalah perkataan yang benar. Kalau dibaca Nashab berarti ada lafal Qultu yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya, maksudnya Aku mengatakan perkataan yang benar

الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya) lafal يَمْتَرُونَ berasal dari kata Al Miryah; mereka meragukan kebenarannya, mereka adalah orang-orang Nasrani; mereka mengatakan perkataan yang dusta, yaitu, “Sesungguhnya Isa itu adalah anak Allah”.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. bahwa kisah yang telah Kami paparkan kepadamu tentang berita Isa as.: قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (“Yang mengucapkan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya,”) yaitu orang-orang yang membatalkan dan orang-orang yang membenarkan saling berbantah-bantahan di antara orang yang beriman dan orang yang kufur kepada NabiIsa.

Untuk itu, kebanyakan ahli qira-at membaca (َوْلَ الْحَقِّ) dengan merafa’kan (mendhammahkan) (َوْلَ الْحَقِّ). ‘Ashim dan’Abdullah bin ‘Amr membaca (َوْلَ الْحَقِّ) dan dari Ibnu Masud, bahwa beliau membaca (ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Isa adalah seorang hamba Allah yang akan menjadi nabi dan akan diturunkan kepadanya Al-Kitab, yang mempunyai sifat-sifat dan akhlak yang mulia bukan sebagaimana yang dituduhkan oleh kaumnya, bukan anak zina dan bukan pula anak Allah sebagaimana yang diucapkan dan dipercayai oleh kaumnya di belakang hari.

Apa yang diucapkannya sewaktu ia masih bayi dalam gendongan itulah ucapan yang benar dan tak dapat diragukan lagi meskipun kaumnya masih meragukan ucapan-ucapan itu dan menuduhnya sebagai tukang sihir. Dia bukan tukang sihir sebagaimana dikatakan orang Yahudi, bukan putra Allah sebagaimana didakwahkan oleh kaum Nasrani dan bukan pula Tuhan sebagaimana dikatakan golongan yang lain. Dia adalah hamba Allah yang akan diangkat menjadi nabi dan rasul.

Surah Maryam Ayat 35
مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Terjemahan: Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.

Tafsir Jalalain: مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ (Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia) dari hal tersebut. إِذَا قَضَى أَمْرًا (Apabila Dia telah menetapkan sesuatu) yakni, Dia berkehendak untuk menciptakannya

فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ (maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah” maka jadilah dia) kalau dibaca Rafa’ yaitu Yakuunu berarti ada lafal Huwa atau dia yang diperkirakan keberadaannya, kalau dibaca Nashab yaitu berarti dengan memperkirakan lafal An sebelumnya. Oleh sebab itu maka Nabi Isa diciptakan tanpa ayah.

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 10-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Allah telah menceritakan, bahwasanya Dia menciptakan Isa sebagai hamba dan Nabi-Nya, maka Dia pun mensucikan diri-Nya. Dia berfirman:

مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ ( “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia,”) yaitu sifat-sifat yang dilontarkan oleh orang-orang yang jahil, zhalim dan melampaui batas (Mahatingi Allah) dengan setinggi-tinggi dan seagung-agung-Nya.

إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ (“Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah,’ maka jadilah ia.”) Yaitu, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya memerintahkannya, maka jadilah apa yang diinginkan-Nya itu. Sebagaimana Allah berfiman:

“Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian berfirman kepadanya:

‘jadilah’ (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa telah Kami ceritakan), itulah yang benar, yang datang dari Rabbmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.” (QS. Ali `Imran: 59-60)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menegaskan kembali bahwa Isa itu bukan anak Allah. Tidak wajar dan tidak mungkin Allah mempunyai anak karena Allah tidak memerlukan keturunan seperti manusia yang di masa tuanya sangat membutuhkan pertolongan dan perawatan dan membutuhkan orang yang akan melanjutkan dan memelihara hasil usahanya atau mengharumkan namanya sesudah ia meninggal.

Allah tidak memerlukan semua itu karena Dia Mahakuasa, senantiasa berdiri sendiri tidak membutuhkan bantuan orang lain sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). (Ali ‘Imran/3: 2)

Mahasuci Allah dari segala sifat kekurangan dan dari segala tuduhan yang diucapkan oleh kaum kafir. Apabila Dia hendak menciptakan sesuatu, cukuplah Dia menfirmankan “Kun” (jadilah) maka terciptalah dia.

Baginya tidak sulit untuk menciptakan seorang anak tanpa bapak atau menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti menciptakan Adam dan Allah berfirman:

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Ali ‘Imran/3: 59)

Allah Yang Maha Sempurna dan demikian besar kekuasaan-Nya tidaklah mungkin membutuhkan seorang anak karena yang demikian itu menunjukkan kepada kelemahan dan sifat-sifat kekurangan.

Surah Maryam Ayat 36
وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Terjemahan: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.

Tafsir Jalalain: وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ (Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia) jika dibaca Anna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Udzkur, maksudnya: Ingatlah, sesungguhnya Allah dan seterusnya.

Jika dibaca Kasrah yaitu Inna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Qul sebelumnya, maksudnya: Katakanlah, sesungguhnya Allah; hal ini dibuktikan oleh firman lainnya, yaitu: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu,

“Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabb kalian.” (Q.S. Al-Maidah, 117). (ini) hal yang telah disebutkan tadi (adalah jalan) penuntun (yang lurus) yang dapat mengantarkan ke surga.

Baca Juga:  Surah Al A'la; Tafsir, Asbabun Nuzul dan Terjemahan

Tafsir Ibnu katsir: Firman-Nya: وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ (“Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia olehmu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus,”) yaitu di antara perkara yang diperintahkan `Isa kepada kaumnya di saat ia berada dalam ayunan adalah mengabarkan bahwa Allah adalah Rabbnya dan Rabb mereka serta memerintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya.

Allah berfirman: فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ (“sembahlah Dia olehmu sekalian, ini adalah jalan yang lurus,”) yaitu apa yang aku bawa dari Allah kepada kalian ini adalah jalan yang lurus yakni tegak lurus. Barangsiapa yang mengikutinya, niscaya ia mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta barangsiapa yang menyelisihinya, niscaya ia akan tersesat dan celaka

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan lagi ucapan Isa di waktu dia masih bayi dalam buaian di samping ucapan-ucapannya pada ayat 30-33 Surah ini yaitu, “Bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyembah-Nya.”

Isa menegaskan kepada kaumnya bahwa dia hanya hamba Allah seperti mereka juga meskipun dia dilahirkan dengan cara yang luar biasa tanpa bapak. Hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah putra Allah, atau dia adalah Tuhan yang patut disembah.

Dia hanya manusia biasa diciptakan Allah. Oleh sebab itu dia mengajak kaumnya supaya menyembah Allah Yang menciptakannya dan menciptakan semua makhluk. Yang patut mereka sembah hanyalah Allah Pencipta segala sesuatu.

Selanjutnya Isa menerangkan kepada mereka, bahwa manusia sepatutnya menyembah Allah bukan menyembah setan dan berhala. Inilah jalan yang lurus yang akan membawa mereka pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ini pula jalan yang ditunjukkan oleh nabi-nabi sebelum dia. Barangsiapa yang menempuh jalan itu ia akan berbahagia dan barangsiapa yang menempuh jalan selain itu akan sesat dan celaka.

Surah Maryam Ayat 37
فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِن بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Terjemahan: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.

Tafsir Jalalain: فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِن بَيْنِهِمْ (Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka) yakni orang-orang Nasrani, yaitu sehubungan dengan perihal Isa, apakah dia anak Allah, atau tuhan di samping Allah, ataukah tuhan yang ketiga.

فَوَيْلٌ (Maka kecelakaanlah) azab yang sangat keras لِّلَّذِينَ كَفَرُوا (bagi orang-orang kafir) disebabkan apa yang telah disebutkan tadi dan hal-hal lainnya مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ (pada waktu menyaksikan hari yang besar) yakni kehadiran mereka di hari kiamat dan kengerian-kengerian yang terjadi pada waktu itu.

Tafsir ibnu katsir: Firman Allah: فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِن بَيْنِهِمْ (“Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka,”) yaitu pendapat Ahlul Kitab tentang `Isa berbeda-beda, setelah jelas perkaranya dan tegas posisinya bahwa dia adalah hamba dan utusan Allah, kalimat-Nya yang diletakkan-Nya kepada Maryam dan ruh dari-Nya.

Firman-Nya: فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ (“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.”) Ini merupakan hukuman dan ancaman yang keras bagi orang yang berdusta atas (nama) Allah serta menuduh bahwa Allah memiliki anak. Akan tetapi,

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 59-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah menunda (hukuman) bagi mereka hingga hari Kiamat dan menunggu ajal mereka, karena kelembutan dan keteguhan pada kekuasaan-Nya atas mereka. Untuk itu, Dia tidak menyegerakan hukuman bagi orang yang bermaksiat kepada-Nya. Sebagaimana tercantum dalam ash-Shahihain:

“Sesungguhnya Allah menangguhkan (adzab) kepada orang yang zhalim, hingga apabila Dia menindaknya/mengadzabnya, maka Dia tidak akan melepaskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kemudian Rasulullah membaca: ‘Rabbmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.’” (QS. Huud : 102)

Di dalam ash-Shahihain pula, bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak ada yang lebih sabar dalam mendengar keburukan daripada Allah. Karena, mereka menjadikan anak untuk-Nya, akan tetapi Dia tetap memberi rizki dan mensejahterakan mereka.”

Tafsir Kemenag: Kemudian pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum Nabi Isa tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada mereka. Mereka telah jatuh ke dalam lembah kesesatan dan perselisihan yang hebat. Mereka terpecah-pecah menjadi beberapa golongan;

Golongan “Yakubiyah” yaitu golongan yang mengikuti ajaran seorang pendeta bernama Yakub, yang mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang diturunkan ke bumi tetapi kemudian naik lagi ke langit.

Golongan “Nasturiah” yang mengikuti ajaran seorang pendeta bernama Nastur yang mengatakan bahwa Isa adalah putra Tuhan yang diturunkan ke bumi kemudian diangkat-Nya kembali ke langit. Golongan ini mengatakan bahwa Isa adalah salah satu dari oknum yang tiga yaitu:

Bapak, putra dan Ruhulkudus. Golongan lain mengatakan bahwa Isa adalah salah satu dari Tuhan yang tiga, yaitu: Allah, Isa anak-Nya dan Maryam ibu Isa. Di samping golongan-golongan yang sesat itu, ada pula golongan yang benar dan beriman sesuai dengan ajaran dan petunjuk Isa yang beriman bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, golongan ini bernama “Malakania”.

Terhadap golongan-golongan yang sesat itu Allah mengancam mereka bahwa mereka akan menyaksikan sendiri bagamana dahsyatnya hari kiamat nanti dan bagaimana pedihnya siksaan yang disediakan untuk mereka.

Semua anggota badan mereka akan menjadi saksi atas kekufuran dan keingkaran mereka. Allah menangguhkan siksaan terhadap mereka sampai hari Kiamat dan tidak menyegerakan siksaan mereka semata-mata karena rahmat dan kasih sayang-Nya sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi saw:

Sesungguhnya Allah menangguhkan penyiksaan bagi orang zalim sehingga apabila Dia menyiksanya, dia tidak akan dapat lepas dari siksaan itu. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa)

Mengenai sikap kaum Nabi Isa ini Nabi Muhammad saw bersabda:

Tak ada seorang pun yang tahan, mendengar kata-kata yang menyakitkan kecuali Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak sedang Allah tetap memberi mereka rezeki dan kesehatan. (Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Qais).

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Maryam ayat 34-37 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S