Surah Thaha Ayat 131-132; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Thaha Ayat 131-132

Pecihitam.org – Kandungan Surah Thaha Ayat 131-132 ini, menjelaskan bahwa untuk menguatkan hati Rasulullah dan meneguhkan pendiriannya dalam menghadapi perjuangan untuk menegakkan kalimah Allah, Allah mengamanatkan kepadanya agar dia jangan mengalihkan perhatiannya kepada kesenangan, kemewahan dan kekayaan yang dinikmati oleh sebagian orang kafir karena hal itu akan melemahkan semangatnya bila matanya telah disilaukan oleh kilauan perhiasan dunia dan ingin mempunyai apa yang dimiliki orang-orang kaya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah telah menganugerahkan kepada Nabi sebagai ganti nikmat lahiriyah itu nikmat yang lebih baik yaitu ketenangan hati dan kebahagiaan yang berupa keridaan Ilahi.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Thaha Ayat 131-132

Surah Thaha Ayat 131
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Terjemahan: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Tafsir Jalalain: وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا (Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan) yakni berbagai macam golongan مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا (dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia) sebagai perhiasan dan kesemarakan kehidupan dunia لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ (Kami cobai mereka dengannya) seumpamanya mereka makin kelewat batas karenanya.

وَرِزْقُ رَبِّكَ (Dan karunia Rabbmu) di surga (adalah lebih baik) daripada keduniaan yang diberikan kepada mereka وَرِزْقُ رَبِّكَ (dan lebih kekal) yakni lebih abadi.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad: “Janganlah kamu melihat kenikmatan yang ada pada orang-orang yang berlebih-lebihan dan yang semisalnya, karena sesungguhnya semuanya itu merupakan bunga yang akan punah dan kenikmatan yang tidak dapat berThahan. Yang dengan sernuanya itu mereka Kami uji, tetapi hanya sedikit sekali dari hamba-Ku yang mau bersyukur.”

Mujahid berkata: “Kata `golongan-golongan dari mereka’ itu adalah orang-orang kaya.” Sesungguhnya kamu telah diberi apa yang lebih baik dari apa yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana yang Dia firmankan dalam ayat yang lain sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca ulang-ulang dan al-Qur’an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu). ” (QS. Al-Hijr: 87-88)

Demikian juga yang disimpan Allah untuk Rasul-Nya, Muhammad saw. di akhirat kelak berupa suatu hal yang sangat agung, yang tidak dapat dibatasi dan disifati. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: “Dan kelak Rabbmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu hatimu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuhaa: 5)

Oleh karena itu, Allah A berfirman: وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (“Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal.”) Di dalam hadits shahih disebutkan, bahwa ketika Umar bin al-Khaththab masuk menemui Rasulullah di tempat itu, di mana ia mengasingkan diri dari isterinya ketika

beliau meng-ila’ (bersumpah untuk tidak menggauli isteri) mereka. la melihat Rasulullah berbaring di atas kerikil sebagai tikar, sedang di rumah itu tidak terdapat apa pun kecuali secuil daun salam yang tergantung.

Maka kedua mata Umar pun berlinang. Lalu beliau berkata kepadanya: “HaiUmar, apa yang menyebabkanmu menangis?” `Umar menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Kaisar menikmati apa yang mereka miliki, sedangkan engkau adalah dipilih Allah di antara makluk-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 24; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Maka beliau berkata: “Apakah kamu masih ragu, hai putera al-Khaththab? Mereka itu merupakan kaum yang kesenangan mereka didahulukan dalam kehidupan dunia.”

Rasulullah merupakan orang yang paling zuhud di dunia ini, padahal beliau mempunyai kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dunia tersebut. Setiap kali beliau mendapatkannya, beliau menafkahkannya dan membaginya kepada hamba-hamba Allah, dan beliau tidak menyimpan sesuatu pun untuk dirinya sendiri buat hari esok. Qatadah dan as-Suddi mengemukakan: “Bunga kehidupan dunia, yakni perhiasan kehidupan dunia.”

Mengenai firman-Nya: لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ (“Untuk Kami coba mereka dengannya,”) Qatadah berkata: “Supaya Kami menguji mereka.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa untuk menguatkan hati Rasulullah dan meneguhkan pendiriannya dalam menghadapi perjuangan menegakkan kalimah Allah,

Allah mengamanatkan kepadanya agar dia jangan mengalihkan perhatiannya kepada kesenangan, kemewahan dan kekayaan yang dinikmati oleh sebagian orang kafir karena hal itu akan melemahkan semangatnya bila matanya telah disilaukan oleh kilauan perhiasan dunia dan ingin mempunyai apa yang dimiliki orang-orang kaya.

Semua nikmat yang diberikan kepada orang-orang kafir hanyalah sementara, ibarat bunga yang sedang berkembang, tetapi tak lama kemudian bunga yang harum semerbak itu akan layu dan berguguran daunnya satu persatu dan hilanglah segala keindahan dan daya tariknya.

Nikmat kekayaan yang diberikan kepada orang-orang kafir itu hanyalah buat sementara saja sebagai ujian bagi mereka, apakah dengan nikmat Tuhan itu mereka akan bersyukur kepada-Nya dengan beriman dan mempergunakannya untuk mencapai keridaan-Nya ataukah mereka akan tetap kafir dan bertambah tenggelam dalam kesesatan, sehingga harta benda itu menjadi sebab kecelakaan mereka sendiri.

Allah telah menganugerahkan kepada Nabi sebagai ganti nikmat lahiriyah itu nikmat yang lebih baik yaitu ketenangan hati dan kebahagiaan yang berupa keridaan Ilahi.

Diriwayatkan oleh Abu Rafi’, seorang tamu datang mengunjungi Rasulullah, sedang di rumahnya tidak ada yang patut disuguhkan kepada tamu itu. Rasulullah menyuruh saya meminjam sedikit tepung gandum kepada orang Yahudi dan akan dibayar nanti pada bulan Rajab. Orang Yahudi itu tidak mau meminjamkan kecuali dengan jaminan. Aku kembali kepada Rasulullah memberitakan hal itu. Rasulullah berkata:

“Demi Allah, saya adalah orang yang dapat dipercaya di antara penghuni langit dan orang yang dapat dipercaya di antara penghuni bumi. Seandainya ia meminjami atau menjual padaku, tentu aku membayarnya. Bawalah baju perangku ini. (Riwayat al-Bazzar). Kemudian turunlah ayat ini (thaha/20: 131).

Tafsir Quraish Shihab: Janganlah kau arahkan pandanganmu kepada kenikmatan yang Kami berikan kepada beberapa golongan orang kafir. Sebab, kenikmatan itu tidak lebih dari sekadar hiasan hidup di dunia yang merupakan ujian Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Allah menyimpan kenikmatan yang lebih baik dan lebih abadi dari kenikmatan itu untukmu di akhirat.

Baca Juga:  Surah Taha Ayat 17-21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Thaha Ayat 132
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

Terjemahan: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.

Tafsir Jalalain: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ (Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu) teguh dan sabarlah kamu عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ (dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta kepadamu) tidak membebankan kepadamu رِزْقًا (rezeki) untuk dirimu dan tidak pula untuk orang lain نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ (Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu) yakni pahala surga لِلتَّقْوَى (hanyalah bagi ketakwaan) bagi orang yang bertakwa.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا (“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”) Maksudnya, selamatkanlah mereka dari adzab Allah dengan mendirikan shalat, dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Sebagaimana yang difirmankan Allah berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (at-Tahriim: 6)

Firman-Nya:لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُ (“Kami tidak meminta kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu.”) Maksudnya, jika kamu mendirikan shalat, maka akan datang kepadamu rizki dari arah yang tidak kamu sangka. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surat yang lain: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan berinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)

At-Tsauri berkata: “Firman-Nya: لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا (“Kami [Allah] tidak meminta rizki kepadamu”) maksudnya, “Kami tidak membebanimu untuk mencari rizki.”

Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia bercerita, Rasulullah i bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Hai anak cucu Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan akan Aku tutup kemiskinanmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka akan Aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan tidak pula Aku menutupi kemiskinanmu.’”

Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, aku pernah mendengar Nabi bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan semua kesusahan menjadi satu kesusahan yaitu kesusahan pada hari kembali kepada-Nya (Kiamat), maka Allah mencukupkan baginya dari kesusahan dunianya.

Dan barangsiapa yang menjadikan kesusahannya bercabang-cabang dalam berbagai kehidupan dunia, maka Allah tidak akan peduli kepadanya, di lembah mana dari bumi-Nya ini ia akan binasa.”

Diriwayatkan pula dari hadits Syu’bah, dari Zaid bin Tsabit, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai pusat perhatiannya (tujuannya), maka Allah menceraikan urusannya dan menjadikan kemiskinannya ada di hadapan matanya.

Tidak ada sesuatu pun dari dunia ini datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menyatukan urusannya dan melimpahkan kekayaan-Nya di dalam hatinya, lalu dunia datang kepadanya dalam keadaan hina.”

Firman-Nya lebih lanjut: وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (“Dan akibat itu adalah bagi orang yang bertakwa.”) Maksudnya, kesudahan yang baik di dunia dan akhirat, yaitu surga adalah untuk orang yang bertakwa kepada Allah.

Baca Juga:  Surah Taha Ayat 11-16; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Di dalam hadits shahih disebutkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Semalam aku bermimpi seolah-olah kita berada di rumah ‘Uqbah bin Rafi’, dan seakan-akan diberikan kepada kita kurma Ibnu Thab. Lalu aku menakwilkan hal itu bahwa kesudahan yang baik dan kemuliaan di dunia bagi kita, dan bahwasanya agama kita sudah baik.”

Tafsir kemenag: Ayat ini menjelaskan amanat berikutnya yang tidak kurang pen-tingnya dari perintah sebelumnya ialah perintah Allah kepada Nabi saw menyuruh untuk keluarganya mengerjakan salat dan sabar dalam melaksanakan salat dengan menjaga waktu dan kesinambungannya. Perintah itu diiringi dengan perintah yang kedua yaitu dengan peringatan bahwa Allah tidak minta rezeki kepada Nabi, sebaliknya Allah yang akan memberi rezeki kepadanya, sehingga Nabi tidak perlu memikirkan soal rezeki keluarganya.

Oleh sebab itu keluarganya agar jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh istri-istri orang kafir itu. Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi.

Mereka harus lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan salat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak diombangambingkan oleh perhiasan kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan.

Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan pesatnya di seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimah Allah kalimah yang paling tinggi dan mulia.

Jika Rasul dan keluarganya menghadapi berbagai kesuliltan, beliau mengajak keluarganya untuk salat, sebagaimana diriwayatkan dari sabit, ia berkata :

Apabila keluarga Nabi ditimpa kesusahan, beliau memerintahkan mereka, “Ayo salatlah, salatlah,” sabit berkata, “Para nabi jika tertimpa kesusahan mereka segera menunaikan salat.” (Riwayat Ibnu Abi hatim).

Tafsir Quraish Shihab: Perintahkanlah keluargamu agar selalu mengerjakan salat pada waktunya, sebab salat merupakan tali penghubung paling kuat antara mereka dengan Allah. Kerjakanlah selalu salat itu dengan sempurna. Kami tidak membebanimu untuk menanggung rezeki bagi dirimu. Kamilah yang menjamin rezekimu. Sesungguhnya akibat yang baik, di dunia dan di akhirat, diberikan kepada orang-orang yang baik dan bertakwa.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Thaha ayat 131-132 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S