Surah Thaha Ayat 40-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Thaha Ayat 40-44

Pecihitam.org – Kandungan Surah Thaha Ayat 40-44 ini, dijelaskan bahwa Allah telah memilih Musa untuk diri-Nya sebagai utusan dan memerintahkan kepda Musa dan saudaranya Harun untuk menghadap ke Firaun, Allah juga meminta mereka untuk bertutur kata lembut kepada Firaun.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Thaha Ayat 40-44

Surah Thaha Ayat 40
إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَن يَكْفُلُهُ فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا مُوسَ

Terjemahan: (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir’aun): “Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?” Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita.

Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa,

Tafsir Jalalain: إِذْ (Yaitu ketika) lafal Idz di sini bermakna Ta’lil تَمْشِي أُخْتُكَ (saudaramu yang perempuan berjalan) namanya Maryam untuk menyelidiki beritamu. Karena sesungguhnya Firaun dan keluarganya telah mendatangkan orang-orang perempuan yang menyusui, sedangkan kamu tidak mau menerima air susu seorang pun di antara mereka

فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَن يَكْفُلُهُ (lalu ia berkata, ‘Bolehkah saya menunjukkan kepada kalian orang yang akan memeliharanya?’) kemudian usulnya itu ternyata diperkenankan oleh keluarga Firaun, maka segera Maryam mendatangkan ibunya, lalu Nabi Musa mau menerima air susunya.

فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا (Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya) karena bertemu kembali denganmu وَلَا تَحْزَنَ (dan tidak berduka cita) sejak saat itu. وَقَتَلْتَ نَفْسًا (Dan kamu pernah membunuh seorang manusia) yaitu seorang bangsa Qibti di Mesir. Maka kamu merasa susah dan khawatir setelah membunuh orang itu terhadap pembalasan raja Firaun

فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا (lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan) Kami telah mengujimu dengan beberapa cobaan selain dari peristiwa itu, kemudian Kami selamatkan pula kamu daripadanya فَلَبِثْتَ سِنِينَ (maka kamu tinggal beberapa tahun) yakni selama sepuluh tahun

فِي أَهْلِ مَدْيَنَ (di antara penduduk Madyan) sesudah kamu datang ke tempat itu dari negeri Mesir, yaitu kamu tinggal di tempat Nabi Syuaib yang kemudian ia mengawinkanmu dengan putrinya ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ (kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan) di dalam ilmu-Ku dengan membawa risalah, yaitu dalam usia empat puluh tahun يَا مُوسَ (hai Musa!).

Tafsir Ibnu Kasir: Firman-Nya: إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَن يَكْفُلُهُ فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا (“[yaitu] ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada [keluarga Fir aun]: ‘Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya.”) Yaitu, ketika dia berada di tengah-tengah keluarga Fir’aun, mereka menawarkan Para penyusu, tetapi dia menolaknya.

Allah Ta’ala berfirman: وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِن قَبْلُ (“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui[nya] sebelum itu.”) Kemudian datanglah saudara perempuannya seraya berkata: هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ (“Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu Ahlul Bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”) (QS. Al-Qashash: 12).

Yakni, maukah kalian aku tunjukkan orang yang bisa menyusuinya untuk kalian dengan memberikan upah kepadanya? Kemudian, saudaranya itu pergi bersamanya dan mereka pun ikut bersamanya menuju kepada ibunya. Lalu ibunya menyodorkan susu kepadanya, dan Musa pun mau menyusu kepadanya.

Maka mereka pun merasa sangat senang menyaksikan hal tersebut, dan mereka membayarnya untuk menyusuinya. Karenanya, ibunda Musa merasakan kebahagiaan, kegembiraan, ketenangan di dunia, sedang di akhirat akan mendapatkan yang lebih agung dan lebih banyak.

Di sini Allah Ta’ala berfirman: فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ (“Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita,”) yakni, karena dirimu. وَقَتَلْتَ نَفْسًا (“Dan kamu pernah membunuh seorang manusia,”) yakni, seorang Qibthi;

فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ (“Lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan, ” yakni, apa yang dirasakannya karena keinginan keras para pengikut Fir’aun untuk membunuhnya. Lalu dia melarikan diri dari mereka hingga akhirnya sampai di sumber air negeri Madyan.

Kemudian orang shalih itu berkata kepadanya, “Jangan takut. Engkau telah selamat dari orang-orang yang dhalim.” (QS. Al-Qashash: 25)

Firman Allah Ta’ala: وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا (“Dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan.”) Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib an-Nasa’i meriwayatkan tentang penjelasan ayat ini di dalam kitab at-Tafsiir dalam Sunannya, mengenai firman-Nya, “Dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan.”

Baca Juga:  Surah Al-Fath Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Ketika Musa berada di bawah asuhan keluarga Firaun, mereka sibuk mencari wanita yang akan menyusukannya. Setiap wanita yang telah ditunjuk untuk menyusukannya, Musa tidak mau menyusu kepadanya. Ini adalah satu petunjuk dari Allah :

Dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu. (al-Qashash/28: 12)

Sebelum mereka menemukan perempuan yang Musa mau menyusu kepadanya, datanglah Maryam saudara perempuan Musa yang disuruh oleh ibunya mengikuti peti adiknya secara diam-diam dan menawarkan kepada keluarga Firaun perempuan yang akan menyusukan Musa dan mengasuhnya sebagaimana dikisahkan di dalam firman Allah:

“Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?” (al- Qashash/28: 12)

Tawaran Maryam itu diterima dengan baik oleh keluarga Firaun, maka didatangkanlah ibunya, yaitu ibu Musa sendiri, dan menyusulah Musa kepada ibunya. Dengan demikian Musa kembali diasuh oleh ibunya sendiri dan hilanglah kecemasan dan duka cita ibunya, bahkan alangkah senang hatinya memandang anaknya di dalam keadaan selamat, segar dan bugar.

Ini adalah karunia yang keempat. Karunia yang kelima, yaitu ketika Musa memasuki negeri Manuf, negeri Firaun, di siang hari yang sedang sepi karena penduduknya sedang istirahat. Dilihatnya ada dua orang berkelahi, yang satu dari Bani Israil yaitu golongannya, dan yang satu lagi bangsa Kibti dari golongan Firaun, bahkan ia adalah tukang masak Firaun.

Ketika Bani Israil itu minta tolong, Musa lalu meninju lawan musuh Bani Israil itu. Di luar dugaan, akibat dari tinju Musa, orang Kibti itu meninggal dunia. Atas kejadian yang tidak disengaja itu, Musa merasa cemas dan takut, sebagaimana dikisahkan di dalam firman Allah:

Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu (akibat perbuatannya). (al-Qashash/28: 18)

Ketika peristiwa itu diketahui Firaun, dia sangat marah dan berusaha membunuh Musa. Kemarahan dan niat jahat Firaun ini diberitahukan kepada Musa oleh seorang dari golongan Firaun yang telah beriman kepada Musa, maka pergilah Musa menghindar sampai ke negeri Madyan. Dengan demikian selamatlah ia dari penganiayaan Firaun.

Musa tidak saja diselamatkan dari penganiayaan dan pembunuhan di dunia ini, tetapi juga selamat dari azab akhirat, karena dosa orang yang membunuh dengan tidak sengaja telah diampuni oleh Allah, atas doanya, sebagaimana dikisahkan Allah di dalam firman-Nya:

Dia (Musa) berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Qashash/28: 16)

Allah memberikan cobaan yang bertubi-tubi kepada Musa, untuk mengetahui sampai di mana ketahanan mental Musa, sebagaimana lazimnya seseorang yang dipersiapkan untuk menerima kerasulan dari Allah, tetapi semuanya itu dapat dilaluinya dengan selamat, seperti diselamatkannya Musa dari penyembelihan bayi secara masal atas perintah Firaun, diselamatkannya ketika ia hendak dibunuh oleh Firaun karena ia mencabut jenggot Firaun, Musa dibela oleh istri Firaun dengan alasan dia masih kecil, belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka redalah kemarahan Firaun dan selamatlah Musa dari pembunuhan Firaun dan berbagai cobaan lainnya. Ini karunia yang keenam.

Karunia ketujuh yaitu pelarian Musa ke Madyan, ia tinggal lama di sana, lebih kurang sepuluh tahun. Pada mulanya mengalami hidup yang pahit di tengah-tengah penduduk negeri Madyan, merasakan pedihnya hidup sebagai seorang pendatang yang membutuhkan banyak keperluan.

Akhirnya terpaksa ia menjadi buruh, menggembalakan kambing mertuanya, untuk mendapat imbalan sekedarnya, guna menutupi keperluannya, yang kemudian dinikahkan dengan Safura putri Syekh Madyan. Demikianlah Musa, sampai ia mencapai umur yang telah ditentukan, tidak lebih dan tidak kurang untuk dijadikan rasul, yaitu ketika ia mencapai umur empat puluh tahun.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Mûsâ, ketahuilah pertolongan Kami kepadamu, saat saudara perempuanmu berjalan mengawasi dirimu. Ketika kamu telah berada di istana Fir’aun, dan saudaramu itu mengetahui bahwa mereka mencari orang yang dapat menyusuimu, ia menunjukkan mereka kepada ibumu.

Kami mengembalikan kamu kepangkuan ibumu, supaya ia senang melihat kamu hidup dan kembali serta tidak bersedih dan menangis lagi. Ketika kamu menginjak dewasa, dan membunuh seorang laki-laki dari kaum Fir’aun tanpa sengaja, Kami menyelamatkanmu dari kesusahan yang menimpa.

Kami menyelamatkanmu dari kejahatan mereka. Kemudian, kamu pergi ke Madyan dan tinggal di sana untuk beberapa tahun lamanya. Setelah itu, kamu kembali dari Madyan pada waktu yang telah Kami tentukan untuk mengangkatmu sebagai rasul.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Thaha Ayat 41
وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي

Terjemahan: dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.

Tafsir Jalalain: وَاصْطَنَعْتُكَ (Dan Aku telah memilihmu) telah menjadikanmu sebagai orang yang terpilih لِنَفْسِي (untuk diri-Ku) untuk mengemban risalah.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي (“Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.”) Artinya, Aku (Allah) telah memilih dirimu sebagai Rasul bagi-Ku, yakni sesuai dengan yang Aku inginkan dan kehendaki.

Al-Bukhari meriwayatkan pada saat menafsirkan ayat tersebut dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw: “Adam dan Musa pernah bertemu, maka Musa bertanya kepada Adam: ‘Engkau yang telah membuat umat manusia menderita dan mengeluarkan mereka dari surga?’ Maka Adam menjawab:

Engkau Musa yang telah dipilih Allah untuk mengemban risalah-Nya dan Dia telah memilih diri-Mu untuk diri-Nya serta menurunkan Taurat kepadamu?’ ‘Benar,’ jawab Musa. Adam bertanya:Apakah engkau mendapatkannya telah ditetapkan padaku sebelum Dia menciptakan diriku?’ Dia menjawab: ‘Ya.’ Maka (dengan demikian) Adam mengalahkan Musa (dengan hujjahnya).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tafsir Kemenag: Karunia kedelapan ialah, Allah telah menjatuhkan pilihan kepada Musa menjadi rasul, menegakkan hujjah atas kebenaran yang dibawanya, memimpin umat manusia bertauhid mengesakan Allah dan sebagai perantara antara Khalik dan makhluk-Nya, menyampaikan agama-Nya yang lurus, yang membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah memilihmu untuk diberi wahyu dan menyampaikan risalah-Ku.

Surah Thaha Ayat 42
اذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي

Terjemahan: Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;

Tafsir Jalalain: اذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ (Pergilah kamu beserta saudaramu) kepada manusia بِآيَاتِي (dengan membawa ayat-ayat-Ku) yang berjumlah sembilan ayat وَلَا تَنِيَا (dan janganlah kamu berdua lalai) melalaikan ذِكْرِي (dalam mengingat-Ku) yaitu dengan cara bertasbih dan cara-cara lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: اذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِ (“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku,”) yakni, dengan hujjah-hujjah, bukti-bukti, dan mukjizat-Ku. وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي (“Dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.”) Ali bin’Abi Thalhah mengatakan dari IbnuAbbas:

“Yakni, janganlah kalian berdua lambat.” Mujahid mengatakan, dari Ibnu Abbas: “Yakni, janganlah kalian lemah.” Maksudnya, keduanya tidak boleh lalai dalam berdzikir kepada Allah, tetapi mereka senantiasa berdzikir kepada Allah pada saat menghadapi Fir’aun agar dzikir kepada Allah itu menjadi penolong bagi keduanya sekaligus sebagai kekuatan yang menghancurkan mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah memerintahkan Musa bersama saudaranya Harun agar pergi kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa bukti-bukti dan mukjizat-mukjizat yang telah diperlihatkan kepadanya seperti berubahnya tongkat menjadi ular besar yang gesit, merayap kesana kemari, keluarnya tangan Musa dari ketiaknya dalam keadaan putih bersih bercahaya seperti matahari tak bercacat untuk dijadikan hujjah dan alasan atas kebenaran kenabiannya.

Dalam ayat ini pun Allah memperingatkan Musa dan Harun supaya dalam melaksanakan dakwah dan menyampaikan risalah Tuhannya kepada Firaun dan kaumnya hendaklah bersungguh-sungguh dan jangan lalai.

Musa diperintahkan untuk menjelaskan kepada mereka bahwa Allah mengutus keduanya kepada mereka ialah untuk memberikan kabar gembira atas pahala yang telah disediakan bagi orang yang menyambut baik seruannya, dan memberi ancaman yang pedih bagi orang yang membangkang dan tidak mau menerimanya.

Tafsir Quraish Shihab: Pergilah kamu bersama saudaramu, dengan bekal beberapa mukjizat-Ku sebagai bukti atas kenabian dan kerasulanmu. Janganlah kalian berdua lemah dalam menyampaikan risalah-Ku, dan jangan pula lalai untuk mengingat dan memohon pertolongan kepada-Ku.

Surah Thaha Ayat 43
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى

Terjemahan: Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;

Tafsir jalalain: اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas) karena ia mengaku menjadi tuhan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas.”) Yakni inkar, angkuh, lagi sombong serta durhaka kepada Allah.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah memerintahkan Musa a.s. dan Harun a.s. pergi kepada Firaun untuk mengemukakan bukti-bukti kebenaran kenabiannya yang dianugerahkan Allah, dan menjelaskan kesesatan Firaun, karena Firaun itu sudah keterlaluan sepak terjangnya melampaui batas, sampai-sampai mengaku bahwa dia adalah tuhan. Dia menyatakan kepada kaumnya dengan ucapan, “Saya tuhanmu yang paling tinggi.”

Ayat ini mengkhususkan dakwah dan seruan kepada Firaun sedang pada ayat sebelumnya dakwah diserukan untuk umum, karena kalau Firaun sudah beriman kepada ajaran yang dibawa Nabi Musa a.s., dan Nabi Harun tentunya segenap orang-orang Mesir akan mengikutinya sebagaimana pepatah: ‘Rakyat itu menurut agama rajanya.

Tafsir Quraish Shihab: Pergilah kamu bersama saudaramu, Hârûn, kepada Fir’aun. Sesungguhnya ia adalah seorang kafir yang telah melampaui batas dalam kekufuran dan kezalimannya.

Baca Juga:  Kandungan Al-Fathir Ayat 28, Beginilah yang Seharusnya Disebut Ulama

Surah Thaha Ayat 44
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Terjemahan: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

Tafsir Jalalain: فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا (Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) untuk menyadarkannya supaya jangan mengaku menjadi tuhan لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (mudah-mudahan ia ingat) yakni sadar dan mau menerimanya (atau takut”) kepada Allah lalu karenanya ia mau sadar.

Ungkapan ‘mudah-mudahan’ berkaitan dengan pengetahuan Nabi Musa dan Nabi Harun. Adapun menurut pengetahuan Allah, maka Dia telah mengetahui bahwa Firaun tidak akan mau sadar dari perbuatannya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut.”) Di dalam ayat ini terdapat pelajaran yang sangat berharga, yaitu bahwa Fir’aun benar-benar berada di puncak keangkuhan dan kesombongan, sedangkan pada saat itu Musa merupakan makhluk pilihan Allah. Berdasarkan hal tersebut, Allah Ta’ala memerintahkan Musa untuk berbicara kepada Fir’aun dengan lemah lembut.

Mengenai firman Allah: فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا (“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut”) dari Ikrimah, dia mengatakan: “Katakanlah: laa ilaaHa illallaaH (Tidak ada Ilah [yang haq] selain Allah).”

Amr bin Ubaid meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri tentang firman-Nya ini, yakni sampaikanlah kepadanya kata-kata bahwa kamu mempunyai Rabb dan kamu juga mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu terdapat surga dan neraka.

Baqiyyah meriwayatkan dari Ali bin Harun, dariAli mengenai firman-Nya ini dia mengatakan: “Gunakanlah kun-yah untuk menyebut namanya.”
Demikian juga yang diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri: “Gunakanlah kun-yah (nama panggilan, contoh Abu Hurairah).”

Dari pendapat-pendapat mereka itu dapat dihasilkan kesimpulan bahwa seruan keduanya (Musa dan Harun) kepada Fir’aun disampaikan dengan lemah lembut, agar hal itu bisa menyentuh jiwa, lebih mendalam, dan mengenai sasaran. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Firman Allah Ta’ala: لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (“Mudah-mudahan ia ingat atau takut,”) yakni, mudah-mudahan dia mau meninggalkan kesesatan dan kehancuran yang digelutinya, atau dia takut, atau dia memperoleh ketaatan dari rasa takut kepada Rabbnya. Dengan demikian, mengingat di sini berarti berpaling dari larangan, sedangkan takut berarti tercapainya ketaatan.

Tafsir Kemenag: Allah mengajarkan kepada Musa dan Harun a.s. bagaimana cara menghadapi Firaun, yaitu dengan kata-kata yang halus dan ucapan yang lemah lembut. Seseorang yang dihadapi dengan cara demikian, akan terkesan di hatinya dan akan cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang diserukan kepadanya. Cara yang bijaksana seperti ini telah diajarkan pula kepada Nabi Muhammad oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (an-Nahl/16: 125)

Sebaliknya kalau seseorang itu dihadapi dengan kekerasan dan dengan bentakan, jangankan akan takluk dan tunduk, justeru dia akan menentang dan menjauhkan diri, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah: Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. (Ali ‘Imran/3: 159)

Selain petunjuk Allah kepada Musa dan saudaranya, agar mereka bersikap santun menghadapi Firaun, juga diajarkan kata-kata yang akan disampaikan Musa kepada Firaun, sebagaimana dikisahkan Allah di dalam firman-Nya:

Maka katakanlah (kepada Firaun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan), dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?” (an-Nazi’at/79: 18-19)

Dengan cara dan kata-kata yang demikian itu diharapkan Firaun dapat menyadari kesesatannya, dan takut kepada azab yang akan ditimpakan kepadanya apabila dia tetap membangkang.

Tafsir Quraish Shihab: Ajaklah ia untuk beriman kepada-Ku dengan lemah lembut. Mudah-mudahan ia ingat akan keimanan yang telah dilalaikannya, dan takut akan akibat sikapnya yang kafir dan zalim.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Thaha Ayat 40-44 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S