Ilmul Yaqin, ‘Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin, 3 Tingkatan Yakin Menurut Ulama Tasawuf

Ilmul Yaqin, ‘Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin, 3 Tingkatan Yakin Menurut Ulama Tasawuf

Pecihitam.org- Ilmul Yaqin, ‘Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin, ini merupakan istilah tentang ilmu-ilmu yang amat jelas. Yaqin merupakan suatu pengetahuan yang orangnya tidak akan dimasuki oleh keraguan secara mutlak.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Keyakinan tidak akan diucapkan dalam penggambaran sifat Al-­Haqq karena ketiadaan taufik. Ilmul yaqin adalah yaqin, demikian juga dengan ‘ainul yaqin dan haqqul yaqin. Ilmul Yaqin dalam pengertian istilah mereka adalah sesuatu yang adanya disertai dengan syarat bukti (argumen atau dalil).

‘Ainul yaqin merupakan sesuatu yang dibarengi dengan hukum bayan (penjelasan). Sedangkan Haqqul Yaqin merupakan sesuatu yang dibarengi dengan sifat terang. Ilmul yaqin untuk pemilik akal, ‘ainul yaqin untuk pemilik ilmu, dan haqqul yaqin untuk pemilik marifat.

Ilmu yaqin adalah keyakinan yang didasari oleh ilmu pengetahuan tentang sebab dan akibat atau melalui hukum kausalita tentang keberadaan Allah SWT, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Contohnya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan akibat dari sebab yang telah ada sebelumnya.

Baca Juga:  Anda Orang Fakir? Ini Adab Fakir dalam Kefakirannya yang Mesti Diamalkan!

Dan seterusnya, sebab yang telah ada sebelumnya yang juga merupakan akibat dari sebab yang lalunya lagi, hingga sampai pada satu sebab yang tidak diakibatkan oleh sesuatu sebab, yang disebabkan penyebab pertama atau causa prima. Dan itulah Tuhan.

Ainul yaqin adalah keyakinan yang dimiliki oleh orang yang telah melalui tahap pertama, yakni ilmu al-yaqin. Sehingga setiap kali orang tersebut melihat hal kejadian, tanpa melewati proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini akan wujud Allah.

Sebagaimana ucapan Sayyidina Abu Bakar As Siddiq RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah pada sesuatu tersebut.” Kemudian Ucapan Sayyidina Umar bin Khattab RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah sebelumnya.

Lalu Ucapan Sayyidina Usman bin Affan RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, keculai aku melihat Allah sesudahnya.” Ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA.: “Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah beserta sesuatu tersebut”.

Baca Juga:  Pengertian Tasawuf dan Dasar-dasarnya dalam Islam

Haqqul yaqin adalah keyakinan dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam semesta ini pada hakikatnya adalah bayangan dari Penciptanya, sehingga dia dapat merasakan wujud yang sejati itu hanyalah Allah, sedangkan lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati tersebut, yaitu Allah swt.

Dalam al Risalatul Al Qusyairiyyah disebutkan :

فعلم اليقين على موجب اصطلاحهم هو ماكان بشرط البرهان، و عين اليقين ماكان بحكم البيان، و حق اليقين ماكان بنعت العيان

“Ilmu yaqin dalam pengertian istilah mereka (ahli tasawuf) adalah sesuatu yg adanya disertai dengan syarat bukti (argumentasi/dalil). Ainul Yaqin adalah sesuatu yang adanya dengan hukum bayan (penjelasan), Haqqul Yakin adalah sesuatu yg adanya dengan sifat terang.”

فعلم اليقين لأرباب العقول، و عين اليقين لأصحاب العلوم، و حق اليقين لأصحاب المعارف

“Ilmu yaqin untuk pemilik akal, Ainul Yaqin untuk pemilik Ilmu dan Haqqul yaqin untuk pemilik ma’rifat (al Risalatul al Qusyairiyyah hal 85).”

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyampaikan terkait Perbedaan antara ilmul yaqin, ‘ainul yaqin, dan haqqul yaqin: “Sungguh aku akan memberikan pemisahan tiga tingkatan tersebut dengan orang yang mengabarkan padamu bahwasanya dia mempunyai madu, dalam keadaan engkau tidak meragukan kejujurannya. Lalu dia memperlihatkan (madu itu) padamu sehingga semakin bertambah keyakinanmu, kemudian engkau mencicipinya.”

Maksud dari ucapan beliau adalah, yang pertama yakin terhadap kabar dari pihak terpercaya merupakan ilmul yaqin. Kemudian yang kedua melihat langsung madu itu merupakan ‘ainul yaqin. Dan yang ketiga ketika merasakan madu itu merupakan haqqul yaqin.

Baca Juga:  Muhadharah, Mukasyafah dan Musyaha­dah: Perjalanan Spiritual Para Sufi Menuju Allah
Mochamad Ari Irawan