9 Adab Makan dan Minum Sesuai Sunnah Rasulullah

9 Adab Makan dan Minum Sesuai Sunnah Rasulullah

PeciHitam.org – Hampir segala hal di dalam kehidupan ini, sudah diatur dalam Islam. Islam mengenal adab dalam kehidupan sehari-hari. Adab yang menyontoh insan yang paling mulia, Rasulullah saw tersebut diterapkan dalam kehidupan sebagai bentuk perwujudan sunnah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Termasuk dalam hal makan dan minum yang sehari-hari kita lakukan, sudah ada adab makan dan minum yang dianjurkan agar dilakukan oleh setiap muslim.

Berikut ini kami jelaskan mengenai adab makan dan minum, serta dalil yang menjadi dasarnya agar kita semakin yakin untuk menjalankannya:

Daftar Pembahasan:

Adab Makan dan Minum yang Halal

Hal yang harus diperhatikan pertama kali ketika hendak makan dan minum, yaitu memastikan makanan atau minuman tersebut halal. Baik itu didapatkan dari barang yang halal, memperolehnya dengan cara yang halal, dan sebagainya.

Adab makan dan minum dengan yang halal merupakan hal wajib dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini berdasarkan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 168, berikut:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Adab Makan dan Minum: Baca Bismillah

Adab makan dan minum selanjutnya yaitu harus membaca basmalah terlebih dahulu. Sebagai seorang hamba, kita diperintahkan agar selalu menyebut dan mengingat nama Allah baik itu sebelum memulai segala sesuatu, termasuk makan dan minum.

Hal tersebut berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah Saw., tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah Saw. bersabda:

“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).

Dalam hadis lain, disebutkan dengan redaksi yang berbeda. Namun pada peristiwa yang sama yaitu ketika Rasulullah bersabda kepada ‘Umar Ibn Abi Salamah:

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

Artinya: “Wahai anak kecil, bacalah bismillah, makanlah dengan tanganmu dan makanlah makanan yang ada di dekatmu.” (H.R Bukhari)

Hukum membaca basmalah sebelum makan dan minum adalah sunnah. Jika seseorang lupa tidak mengucapkannya pun tidak mengapa. Namun jikalau kita sudah membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari, sunnah yang sejatinya mudah dilakukan oleh setiap orang tersebut akan menjadi reflek, ketika hendak makan pasti dengan tanpa sadar langsung mengucapkan basmalah terlebih dahulu.

Baca Juga:  Inilah Tata Cara Makan dan Minum ala Rasulullah yang Harus Dicontoh

Makan dengan Tangan Kanan

Sebagaimana yang telah disunggung dalam hadis di atas, adab makan dan minum yang selanjutnya yaitu menggunakan tangan kanan. Rasul sangat menganjurkan untuk makan dengan menggunakan tangan kanan.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah berikut,

“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim no. 2020).

Meskipun orang tersebut merupakan orang kidal atau yang biasa menggunakan tangan kiri, namun dalam hal adab makan dan minum diharuskan menggunakan tangan kanan.

Jikalau pun memang ada udzur (halangan) seperti terluka, terkilir dan sebagainya yang memang tidak memungkinkan untuk menggunakan tangan kanan, maka hukumnya tidak mengapa.

Hal ini berdasarkan hadis berikut:

إن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله

Artinya: “Sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.”

Penggunaan tangan kanan dalam adab makan dan minum merupakan salah satu upaya untuk membedakan antara seorang muslim dan setan. Sebab setan makan dan minum dengan menggunakan tangan kirinya. Selain itu, tangan kiri bagi seorang muslim, salah satu gunanya ialah untuk beristinja’ (cebok).

Segera Makan Begitu Dihidangkan

Ketika kita masih kecil, mungkin ibu selalu memerintahkan agar makanan yang telah dihidangkannya agar segera dimakan. Ternyata hal tersebut berdasarkan salah satu hadis yang artinya,

Dari Anas Nabi Saw. bersabda, “Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah juga saw bersabda, “Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai makanmu selesai.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam hadis di atas disebutkan bahwa meskipun seseorang telah terdengar adzan, namun Ketika makanan sudah dihidangkan sebaiknya mendahulukan makan terlebih dahulu. Setelah selesai makan, barulah kita menunaikan shalat.

Mengapa? Hal ini bertujuan agar dapat beribadah dengan khusyuk, tenang dan tidak memikirkan makanan karena perut kosong ketika melakukan shalat.

Tidak Menggunakan Perak dan Emas

Adab makan dan minum yang selanjutnya ialah disunnahkan agar seseorang tidak menggunakan peralatan makan yang terbuat dari perak dan emas. Hal tersebut berdasarkan hadis yang artinya:

Baca Juga:  Kenali Ahlussunnah wal Jamaah Yang Asli, Agar Anda Tidak Tersesat

Rasulullah saw bersabda, “Orang yang minum pada bejana perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

لاَ تَشْرَبُوْا فِيْ آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلاَ تَأْكُلُوْا فِيْ صِحَافِهِمَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا، وَلَكُمْ فِي الآخِرَةِ

Janganlah kamu minum dengan gelas (yang terbuat) dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan pada piring yang terbuat dari emas dan perak, karena sesungguhnya yang seperti itu adalah untuk mereka (orang kafir) di dunia, dan buat kamu di akhirat. (Muttafaq ‘alaih)

Memungut Makanan yang Jatuh

Adab makan dan minum yang selanjutnya yaitu, mengambil atau memungut makanan yang telah terjatuh. Kita sering mendengar ketika masih kecil makanan terjatuh ada yang berkata, “sebelum lima menit.” Lalu kita memungut dan membersihkannya, baru kemudian memakannya.

Ternyata dalam Islam juga telah mengatur hal tersebut. Bagi sebagian orang, makanan yang sudah jatuh dianggap sudah kotor dan tidak layak untuk dimakan lagi. Namun dalam Islam mengajarkan agar kita selalu menghargai setiap makanan, meskipun itu hanya sebutir nasi. Rasul bersabda,

“Jika salah satu dari kalian makan lalu makanan tersebut jatuh, maka hendaklah ia memungutnya dan membuang kotorannya kemudian memakannya. Jangan ia biarkan makanan itu untuk setan.” (HR. At-Tirmidzi)

Berdoa Sebelum dan Sesudah Makan

Pada poin di atas, memang sudah disebutkan untuk menyebut nama Allah atau membaca basmalah. Namun tidak hanya cukup di situ, kita juga dianjurkan untuk berdoa sebelum makan.

Doa sebelum makan merupakan perwujudan bentuk syukur bil lisan kita kepada Allah atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan. Rasulullah saw bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah بِسْمِ اللهِ فِىِ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ (dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhir -aku makan-)” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Rasul juga telah mengajarkan kita untuk berdoa sesudah makan, sebagaimana sabdanya, “alhamdulillaahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi ghaira makfiyyin walaa muwadda’in walaa mustaghnan ‘anhu rabbanaa.”

(Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh berkah, meski bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi dan meski tidak dibutuhkan oleh Rabb kita.”) (HR. Bukhari)

Baca Juga:  Memahami Arti Islam Kaffah Secara Benar, Biar Ndak Salah Kaprah Kayak 'HTI'

Makan Bersama

Adab makan dan minum selanjutnya ialah makan bersama. Hal ini sering kita jumpai ketika berada di pesantren. Makan bersama dalam satu nampan, meski masih panas namun cepat sekali habis.

Makan bersama seperti ini sebenarnya tidak harus satu nampan, bisa juga dengan piring yang berbeda namun menyantap hidangan tersebut secara bersama-sama.

Rasul sangat menganjurkan untuk makan bersama-sama. Makan bersama-sama akan membuat makanan yang kita makan jadi lebih berkah. Jika seseorang merasa tidak kenyang setelah makan, mungkin dikarenakan ia makan sendirian.

Namun akan berbeda jika ia makan bersama-sama, maka ia akan kenyang karena makanan tersebut lebih berkah. Nabi Saw. berkata:

Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud No. 3764).

Adab Makan dan Minum: Tidak Berlebihan

Berlebihan atau israf dalam Islam merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah, termasuk dalam hal makan dan minum. Makanlah secukupnya dan jangan mengambil makanan melebihi apa yang biasa dapat kita makan. Jika berlebihan, maka tentu akan menjadi mubazir dan akhirnya boros. Sedangkan boros adalah temannya setan.

Allah berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 31, berikut:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya: Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Demikian adab makan dan minum yang dapat kami himpun, mudah-mudahan dapat mengingatkan embali sekaligus menambah wawasan. Harapannya agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ash-Shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq