Doa Kiai Misbah Mustofa untuk Para Pemimpin di Indonesia

doa kiai misbah mustofa untuk pemimpin

Pecihitam.org – Salah satu hal menarik dari Kiai Misbah Mustofa (m. 1977) ketika menulis kitab fikih berjudul Al-Nur al-Mubin fi Adab al-Mushallin adalah pada pembahasan terakhirnya yang mempertegas pentingnya mendoakan pemerintah atau pemangku jabatan di tanah air.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ulama dari Bangilan-Tuban yang juga pengarang kitab tafsir Al-Iklil tersebut mengemukakan terjemahan dari sebuah hadis Rasulullah saw. riwayat Imam ath-Thabrani sebagai berikut:

“Sira kabeh aja padha misuhi wong-wong kang padha dadi kepala pemerintahan (semana uga pembantu-pembantune) lan sira kabeh supaya padha doa marang Allah muga-muga wong kang nyekel pemerintahan iku diparingi laku bagus dening Allah, kerana baguse lakune wong kang nyekel pemerintahan iku kang bakal andadekake baguse awak nira, kerana sebab pemerintah agama Islam bisa reksa kebutuhane agama, wong Islam bisa nyebarake ilmu lan ngamalake ilmu.”

Artinya kira-kira seperti ini: “Kalian jangan sampai berkata kasar kpd orang-orang yang menjadi kepala pemerintahan (begitu juga para pembantu-pembantunya), dan kalian supaya berdoa kepada Allah agar para pemangku pemerintahan senantiasa diberikan kebaikan budi oleh Allah, lantaran budi baiknya para pemimpin itulah yang akan menghadirkan kebaikan untuk kita bersama. Pemerintah beragama Islam bisa mengupayakan kebutuhan agama, orang Islam juga bisa menyebarkan dan mengamalkan ilmunya.”

Kiai Misbah Mustofa sangat melarang terjadinya tindakan tercela dari masyarakat yang dialamatkan kepada para pemimpin. Ini terlihat pada ungkapan “misuh” atau berkata kasar saja tidak diperkenankan, apalagi jika berbuat jahat.

Sebaliknya, terhadap para pemimpin, masyarakat dihimbau untuk menghormati dan menyayangi dengan senantiasa mendoakan untuk kebaikan-kebaikannya.

Kiai Misbah tidak hanya seorang kiai dengan kedalaman ilmu agama, melainkan juga memiliki pandangan kebangsaan sangat luas dan tidak henti memberi pengertian kepada masyarakat akan pentingnya merawat nasionalisme, mencintai negara dan pemimpinnya.

Baca Juga:  Imam Ahmad Bin Hanbal Pernah Menolak Doakan Orang Sakit

Doa yang dianjurkan Kiai Misbah Mustofa sengaja dituliskan pada halaman akhir kitab karena diharapkan selalu dibaca setiap selesai shalat di samping mendoakan diri sendiri, keluarga, para guru dan orang-orang yang telah berjasa.

Beliau menuliskan teks doa melalui syi’iran dalam bentuk nadhoman dan pelafalan biasa. Dengan begitu, para pembaca bisa memilih melafalkan syi’ir nadhoman atau membaca teks doa tanpa dilagukan sesuai kehendaknya.

Berikut ini adalah teks doa untuk para pemimpin dalam bentuk nadhoman:

Doa Kiai Misbah Mustofa

#Ya Arhamarrahimin #Ya Arhamarrahimin
#Ya Arhamarrahimin #Farrij ‘alal Muslimin

Duh, Pengeran kula ingkang sanget welasipun dhateng kawula. Duh,
Pengeran kula ingkang sanget welasipun dhateng kawula. Duh, Pengeran kula ingkang sanget welasipun dhateng kawula. Mugi kersaha ngicalake kesisahanipun sedaya umat Islam.

#Ya Rabbana Ya Rahim #Ya Rabbana Ya Karim
#Aslih Khalifatana #Wa’awnahusshalihin

Duh, Pengeran kula. Duh, Pengeran ingkang Maha welas. Duh, Pengeran
kula. Duh, Pengeran ingkang sanget loma. Mugi kersaha nata sae presiden
kula lan pembantu-pembantunipun ingkang saged nata pemerintahan kita.

#Wa habbibannahumu #Wa qarribannahumu
#Ilaa Ra’iyyatihim #Wa habbiban lahumu

Duh, Gusti, mugi kersaha andadosake pemerintah kula remen lan caket
dateng rakyatipun, lan kersaha andadosake rakyat remen dateng pemerintah kita.

#Ya Rabbi fahdihimu #Lishalahi ra’iyyatihim
#Wa Sharrifannahumu #‘An Munkaril ‘amali

Duh, Pengeran kula, mugi kersaha anggampilake pemerintah kula wonten ing anggenipun nata rakyatipun. Lan kersaha nebihake pemerintah saking amal- amal ingkang awon.

#Ya Rabbi hawwilahum #Fi Husni halihimi
#Ya Rabbi hawwilahum #Bil manni wal Fadholi

Duh, Pengeran kula, mugi kersaha ngenggokake pemerintah kula wonten ing kedadosan-kedadosan ingkang sae. Duh, Pengeran kula, mugi kersaha
ngenggokake pemerintah kula wonten ing kedadosan ingkang sae kanti
kanugerahan lan fadhol Panjenengan.

Baca Juga:  AGH. Muhammad Nur, Ulama Ahli Hadits NU dari Tanah Bugis

#Ya Rabbi Faghfirlana #Ya Rabbi Faghfirlahum
#Wa Kulli ‘a’wanihim #Farrij ‘alal Muslimin

Duh, Pengeran kula, mugi kersaha paring pengapunten dhateng kita sedaya. Duh, Pengeran kula, mugi kersaha paring pengapunten dhateng tiyang-tiyang ingkang ngasta pemerintahan kita lan sedaya pembantu-pembantunipun. Duh Allah, mugi kersaha ngicalake kesisahanipun sedaya umat Islam.

Bait-bait syair di atas berisi doa yang ditujukan kepada pemerintah beserta
jajarannya agar dimudahkan segala upayanya untuk mengurus bangsa dan negara serta terhindar dari perilaku-perilaku yang merugikan. Di dalam doa tersebut dipintakan jika pemerintah melakukan kekeliruan agar dikembalikan ke jalan yang lurus serta memohonkan ampunan untuk semua masyarakat dan para pemimpin agar dijauhkan dari kesusahan.

Mendoakan para pemimpin merupakan bagian dari tata krama dan sikap baik dalam relasi rakyat dengan pemimpinnya. Hubungan antara pemimpin dengan rakyat haruslah didasari kecintaan dan saling mendoakan. Rakyat yang baik mendoakan pemimpinnya agar selalu berada di jalan yang benar dan mampu menjalankan kepemimpinannya dengan amanah, bukan mencaci, memfitnah, menghujat, dan semacamnya.

Andai presiden tidak tepat mengambil kebijakan, rakyat boleh melakukan kritik tetapi tetap dengan aturan yang baik dan iringan doa. Betapa hal ini yang terkadang oleh sebagian masyarakat tidak disadari.

Nasehat Kiai Misbah Mustofa mengingatkan kita pada kondisi Indonesia hari ini. Rakyat yang kecewa dengan pemerintah tidak mengutarakannya dengan baik-baik dan mendoakannya, sebaliknya menebar kebohongan (hoax) di mana-mana. Ironisnya hal itu terjadi di antara rakyat dan pemimpin yang sesama Muslim.

Mengapa para pemimpin kita tidak didoakan yang baik-baik saja? Paling tidak, jika sebagai rakyat tidak bisa memberi prestasi yang baik untuk negeri, maka doakanlah para pemimpin agar memberikan yang terbaik dan janganlah mencaci.

Baca Juga:  Gaes, Teruslah Meminta kepada-Nya! Karena Doa Adalah Senjata Orang Mukmin

Kiai Misbah lebih lanjut memberikan nasehat kepada masyarakat supaya lebih memahami upaya pemerintah dalam mengurus dan mengatur segala urusan demi kemajuan bangsa dan negara, serta rintangan-rintangannya yang harus dihadapi. Jangan menjadi rakyat yang sok tidak peduli maupun sok tahu tetapi tidak bersedia menghargai jerih payah pemimpinnya.

Terkait hal ini Kiai Misbah menuturkan seperti berikut:

“Yen kita anduweni pikiran waras, temtu kita weruh kaya mangkono usahane pemerintah olehe nata apa kang dadi baguse rakyat ana ing sakabehe lapangan uripe rakyat. Nanging kita uga ngerti kaya mangkono gedhene rintangan-rintangan kang diadhepi pemerintah, kaya mangkono gedhene godaan-godaan kang diadhepi dening pembantu-pembantune pemerintah sehingga kepribadian Indonesia akeh kang luntur sangking dadane rakyat.

Nanging kita para Muslimin kang akeh padha lali yen pemerintah kita iku anduweni alat kang penting kanggo nyelametake apa kang dadi tujuane, yaiku doa. Rasulullah saw dhawuh: Al-Du’a’u silah al-Mukmin, doa iku gamane wong mukmin. Sangka iku kita wong awam aja lali andongakake pemerintah kita minangka pelaksanaan perintah Nabi kita.”

Demikian tutup petuah Kiai Misbah kepada rakyat Indonesia, bahwa mendoakan pemimpin dapat menyelamatkan bangsa dan negara. Siapapun pemimpin kita, doakanlah yang baik-baik. Sebab, doa adalah senjata yang paling ampuh. Mendoakan pemimpin berarti melaksanakan perintah Rasulullah saw.

Siti Mariatul Kiptiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *