Pecihitam.org – Gus Yusuf Chudlori pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang mengatakan, sikap toleransi kepada agama lain itu perlu. Toleransi yang dimaksud disini hanyalah dalam masalah keduniaan yang tidak berhubungan dengan masalah aqidah dan ibadah. Adapun toleransi dalam masalah – masalah ini yang menyebabkan seorang Muslim melaksanakan sebagian dari ritual non muslim baik dalam perkataan, perbuatan, dan aqidah adalah terlarang, akan tetapi sebagian ulama kontemporer ada yang membolehkan hal-hal seperti mengucapkan selamat hari raya kepada non muslim. Selama sang Muslim yang bersangkutan tidak meyakini kebenaran dari ajaran agama mereka.
لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8 )
Kisah Gus Yusuf Chudlori Pilih Masjid atau Gamelan
Pada kesempatan lain Gus Yusuf Chudlori pernah menceritakan kisah Gus Dur waktu kecil. Suatu hari ada persengketaan harta kas Desa yang kisaranya sekitar 5 Juta rupiah. Dari pihak pengelola Masjid meminta dana itu agar dikelola untuk membangun Masjid. Sementara sebagian masyarakat yang suka seni meminta agar uang itu digunakan untuk membeli gamelan. Karena tidak ada kata sepakat, maka mereka menemui Kyai Chudori ( Ayah dari Gus Yusuf Chudlori ) untuk minta nasihat. Gus Dur kecil waktu itu ikut mendampingi sowan ke Tegalrejo.
Begitu sampai, kedua kubu itu menyampaikan permasalahan yang ada. Gus Dur kecil penasaran, kira-kira Kyai Chudori mau pilih untuk pembangunan masjid apa untuk beli gamelan. Ternyata Kyai Chudori menasihati agar kas Desa itu digunakan utuk beli gamelan. Pengurus masjid pun bertanya-tanya, karena kurang sependapat dengan Kyai Chudori para pengurus masjid memutuskan untuk bertahan tidak pulang, sementara kubu pecinta seni gamelan langsung pulang.
Para pengurus masjid pun menanyakan kenapa Kyai Chudori lebih memilih gamelan. Kyai Chudori kemudian menjawab “buat apa membangun masjid kalau masyarakatnya saling bermusuhan, lebih baik masyarakatnya akur dulu nanti masjid akan makmur dengan sendirinya”.
Benar saja apa yang dikatakan Kyai Chudori, akhirnya masjid pun menjadi makmur dan pembangunanya bisa lancar karena semua masyarakat mendukungnya. Mungkin inilah salah satu hal yang menjadi pijakan pemikiran Gusdur, bahwa sikap toleransi/tasamuh dalam Islam adalah sesuatu yang sangat penting. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya… Amin yarabbal’alamin.