Biografi Singkat Ibnu Hazm, Seorang Pemikir yang Merdeka dan Mandiri

Biografi Singkat Ibnu Hazm, Seorang Pemikir yang Merdeka dan Mandiri

PeciHitam.orgIbn Hazm merupakan pemikir muslim yang merdeka, mandiri dan berani menentang arus masanya. Kemandiriannya mengantarkannya sebagai orang yang merdeka dalam cara berpikir, berkata dan berperilaku.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Profil Ibnu Hazm

Ibn Hazm lahir pada hari terakhir bulan Ramadhan tahun 384 H/ 994 M di Manta Lisyam (Cordoba).  Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’ad bin Hazm bin Galib bin Salih bin Sofyan bin Yazid. Ibn Hazm merupakan keturunan Persia. Kakeknya, Yazid berkebangsaan Persia, Maula Yasib bin Abi Sufyan al-Umawi.

Ayahnya, Ahmad bin Sa’id, termasuk golongan orang cerdas yang memperoleh kemuliaan di bidang ilmu dan kebudayaan. Karena kecerdasannya itulah, ia merasa heran terhadap orang yang kacau dalam perkataannya, ia berkata:

“Sungguh saya heran terhadap orang yang kacau balau dalam khithabah (pidato)-nya, atau tidak tepat dalam penulisannya. Karenanya, jika orang tersebut ragu dalam sesuatu, ia harus meninggalkannya dan berpindah pada hal yang tidak meragukannya, karena sesungguhnya kalam  lebih luas daripada ini.”

Kehidupan keluarga Ibn Hazm yang berbahagia dan berkecukupan ini tidak berlangsung lama. Sebab ketika itu ayahnya sebagai salah seorang menteri pada akhir pemerintahan umayyah yang pertama di Andalus.

Baca Juga:  Mengenal Said Al Musayyib, Sang Pembesar Tabi’in dan Menantu Abu Hurairah

Bencana tak menimpanya ketika terjadinya pergantian penguasa. Sebagai seorang pemangku kekuasaan khalifah Umawiyah, Hisyam, Abu Mansur al-Amiri telah bertindak sedemikian jauh.

Khalifah tidak lebih dari sebuah boneka belaka. Karena itu, tidak aneh bila di sana-sini sering terjadi pemberontakan, yang dimulai sejak tahun 398 H hingga waktu yang tidak ditentukan.

Para pemberontak menyerang, merampok dan mengobrak-abrik Cordoba barat. Akibatnya, terjadi pengungsian besar-besaran. Keluarga Ibn Hazm terpaksa mengungsi kediaman lamanya di Cordoba timur tempatnya desa Bilat Magis pada tahun 399 H. Dalam kondisi yang tidak menentu inilah Ahmad ayah Ibn Hazm dipanggil ke hadirat Alloh SWT pada tahun 402 H.

Pendidikan Ibnu Hazm

Dalam buku Tauq al-Hamamah karyanya sendiri, Ibn Hazm secara panjang lebar mengungkap otobiografinya. Ibn Hazm memaparkan bahwa dirinya mula-mula memperoleh pendidikan dasarnya dari para jawari, wanita-wanita slav yang melayani keluarganya ayahnya.

Baca Juga:  Ibrahim Al-Khawwash, Kisah Waliyullah; Karomah Dan Kalam Hikmahnya

Dari mereka Ibn Hazm belajar membaca, menulis, puisi dan menghapal al-Qur’an. Ibn Hazm berada dalam bimbingan mereka para wanita hingga ia menginjak usia menjelang dewasa.

Ketika memasuki usia dewasa, Ibn Hazm diserahkan oleh ayahnya kepada seorang ulama yang alim. Zahid dan wira’i, yaitu Abu al-Husaini bin Ali al-Farisi.

Dalam bimbingannya Ibn Hazm diperkenalkan dengan banyak ulama dalam berbagai disiplin ilmu. Ibn Hazm pernah diajak menghadiri majlis ta’lim Abu-Qasim Abdurrahman al-Azdi.

Dari sinilah bermula pembentukan kepribadian Ibn Hazm yang walau terkenal tajam dan pedas lisannya, namun memiliki rasa keikhlasan yang tinggi dan konsisten antara ilmu dan amal.

Semua ini tidak bisa dilepaskan dari jasa ayahnya yang sangat memperhatikan pendidikannya. Bahkan Abu Laila menyatakan bahwa ayahnya punya peran yang besar dalam pembentukan karakter Ibn Hazm. Sebab ia berperan sebagai ayah, ibu sekaligus guru bagi anaknya.

Baca Juga:  Biografi Syaikh Ibrahim al Bajuri Pengarang Hasyiyah al Bajuri

Ibn Hazm sempat beristeri dan beranak pinak. Ibn Hazm memiliki  3 orang anak yang merupakan tokoh-tokoh ulama dan cendekiawan serta penmerus perjuangan yang telah dirintiskannya.

Mereka adalah Abu Rafi’ Fadl, Abu Sulaiman al-Mus’ab dan Abu Salamah Ya’qub. Yang paling menguasai ilmu Ibn Hazm adalah Abu Rafi’. Ia seorang ulama yang diperhitungkan.

Ibn Hazm meninggal dunia pada 28 Sya’ban tahun 456 H/ 5 April 1064 di Manta Lisyam.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan