Surah Asy-Syura Ayat 32-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syura Ayat 32-35

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syura Ayat 32-35 ini, diterangkan bahwa selain Allah kuasa menahan angin sehingga kapal itu tidak dapat beranjak dari tempatnya, Dia juga kuasa menghancurkan kapal itu dengan mengirimkan angin topan yang menjadikan kapal yang berlayar itu oleng, tak menentu arah yang ditempuh, tak akan sampai ke sasaran yang dituju, akhirnya tenggelam ke dasar laut akibat penumpangnya yang bergelimang dosa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syura Ayat 32-35

Surah Asy-Syura Ayat 32
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلۡجَوَارِ فِى ٱلۡبَحۡرِ كَٱلۡأَعۡلَٰمِ

Terjemahan: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.

Tafsir Jalalain: وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلۡجَوَارِ (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal) atau perahu-perahu yang dapat berlayar فِى ٱلۡبَحۡرِ كَٱلۡأَعۡلَٰمِ (di laut seperti gunung-gunung) artinya, mirip seperti bukit-bukit dalam besarnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman bahwa di antara ayat-ayat-Nya yang menunjukkan keperkasaan-Nya yang hebat, dan kekuasaan-Nya adalah ditundukkan-Nya lautan agar kapal-kapal dapat berlayar sesuai dengan perintah-Nya: كَٱلۡأَعۡلَٰمِ (“seperti gunung-gunung”) demikian yang dikatakan oleh Mujahid, al-Hasan, as-Suddi dan adl-Dlahhak. Maksudnya kapal-kapal di lautan itu seperti gunung-gunung di daratan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sebagian dari tanda-tanda kekuasaan, kebesaran dan keperkasaan-Nya ialah ditundukkan-Nya laut bagi manusia hingga kapal bisa berlayar di laut laksana gunung besar atau satu perkampungan di atas air.

Ayat ini mengibaratkan kapal-kapal berlayar seperti gunung-gunung. Ayat ini mengisyaratkan pula, bahwa sesungguhnya gunung-gunung itu juga bergerak, sesuatu yang sulit dicerna bagi orang awam, namun sesuatu yang sudah diterima dalam ilmu geologi. Seperti sering dikatakan oleh para ahli geologi bahwa gunung-gunung sesungguhnya mengapung seperti laiknya kapal-kapal mengapung di samudra.

Dalam ayat ini, Allah justru memperlihatkan bahwa kapal yang berlayar itu ibarat gunung, yang bagi orang awam tentu sulit memahaminya. Bagi orang awam gunung-gunung itu tampak diam. Gunung-gunung (dalam hal ini sebagai bagian kontinen/benua) pada kenyataannya memang mengapung di atas astenosfer dan bergerak seperti halnya kapal yang berlayar (lihat penjelasan pada Juz 20, An-Naml/27: 88).

Seperti diketahui baru pada dekade tahun enampuluhan abad ke-20 teori apungan benua, yang cikal bakalnya sudah dimulai pada awal abad 20, bersama teori pemekaran tengah samudra melandasi teori tektonik lempeng ditemukan para ilmuwan.

Tafsir Quraish Shihab: Di antara bukti-bukti kekuasaan Allah adalah bahtera-bahtera besar yang melaju di lautan bagaikan gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Surah Asy-Syura Ayat 33
إِن يَشَأۡ يُسۡكِنِ ٱلرِّيحَ فَيَظۡلَلۡنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهۡرِهِۦٓ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Baca Juga:  Inilah 5 Surah dalam Al-Qur'an yang Diambil dari Nama Hewan

Terjemahan: “Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur,

Tafsir Jalalain: إِن يَشَأۡ يُسۡكِنِ ٱلرِّيحَ فَيَظۡلَلۡنَ (Jika Dia menghendaki Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu) sehingga jadilah kapal-kapal itu رَوَاكِدَ (terhenti) diam tidak dapat melaju عَلَىٰ ظَهۡرِهِۦٓ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur) yang dimaksud adalah orang mukmin, dia dapat bersabar di kala tertimpa musibah dan bersyukur di kala hidup senang.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: إِن يَشَأۡ يُسۡكِنِ ٱلرِّيحَ (“Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin”) yaitu yang menggerakkan kapal-kapal di lautan. Seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia akan mendiamkannya, sehingga kapal-kapal itu tidak dapat bergerak, bahkan tetap diam, tidak pergi dan tidak pulang, terus berhenti di permukaan air.

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda [kekuasaan]Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar.”) yakni dalam menghadapi kesulitan. شَكُورٍ (“dan banyak bersyukur”) yakni sesungguhnya di dalam proses ditundukkan-Nya lautan dan ditiupkannya angin sesuai kebutuhan perjalanan mereka terdapat tanda-tanda atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya bagi orang-orang yang banyak bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan banyak bersyukur di saat memperoleh kesenangan.

Tafsir Kemenag: Seandainya Allah menghendaki kapal yang berlayar tadi tidak dapat berlayar lagi, maka Dia akan menahan angin yang mendorong kapal tadi bergerak dan berlayar, dan tinggallah kapal itu tetap di permukaan air tidak dapat maju atau mundur.

Orang-orang yang dapat mengerti dan menyadari hal ini ialah orang-orang yang mempunyai pandangan luas, sabar dan patuh kepada perintah Allah senantiasa mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya. Adanya bencana yang terjadi pada suatu tempat berupa gempa bumi, tanah longsor, ombak yang menghanyutkan dan membinasakan, dan lain-lain dianggap oleh sebagian orang hanya kejadian alam yang tidak ada hubungan sedikit pun dengan kekuasaan Allah. Firman Allah:

Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling daripadanya. (Yusuf/12: 105) Ayat ini merupakan kelanjutan ayat sebelumnya (asy-Syura/42: 32), bahwa setelah berhasil mengapung di atas air, kapal tradisional memerlukan energi angin sebagai penggerak.

Dengan adanya angin kapal layar dapat terdorong dan dengannya dapat pula dikendalikan melalui penggunaan layar dan kemudi. Apabila hembusan angin terhenti maka praktis kapal tidak dapat bergerak. Dengan tidak adanya angin gelombang laut pun akan terhenti pula.

Baca Juga:  Tafsir Surat An-Nisa' Ayat 43: Menguak Perbedaan Fuqaha Tentang Batalnya Wudhu Karena Menyentuh Wanita

Tafsir Quraish Shihab: Allah dapat menjadikan angin itu diam tidak bergerak, jika Dia menghendaki, sehingga tidak akan ada bahtera yang dapat berlabuh di atas lautan dan bergerak ke arah tempat tujuan. Sesungguhnya berjalan dan berhentinya bahtera di bawah perintah Allah itu merupakan bukti yang jelas atas kekuasaan Tuhan.

Orang-orang yang beriman, yang selalu tabah dalam kesulitan dan bersyukur dalam kesenangan, akan dapat menjadikannya sebagai bahan renungan.

Surah Asy-Syura Ayat 34
أَوۡ يُوبِقۡهُنَّ بِمَا كَسَبُواْ وَيَعۡفُ عَن كَثِيرٍ

Terjemahan: “atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka atau Dia memberi maaf sebagian besar (dari mereka).

Tafsir Jalalain: أَوۡ يُوبِقۡهُنَّ (Atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya) lafal ayat ini di’athafkan kepada Yuskin artinya, atau Dia menenggelamkan kapal-kapal itu berikut para penumpang dan apa yang dimuatnya, yaitu dengan menimbulkan angin badai بِمَا كَسَبُواْ (karena perbuatan mereka) disebabkan dosa-dosa yang dilakukan oleh para penumpangnya وَيَعۡفُ عَن كَثِيرٍ (atau Dia memberi maaf sebagian besar) dari dosa-dosa itu, yang karenanya Dia tidak menenggelamkan para pelakunya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أَوۡ يُوبِقۡهُنَّ بِمَا كَسَبُواْ (“atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka.”) yaitu seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia akan membinasakan kapal-kapal itu dan menenggelamkannya disebabkan dosa-dosa para penumpangnya. وَيَعۡفُ عَن كَثِيرٍ (“atau Dia memberi maaf sebagian besar dari [mereka].”) yaitu atas dosa-dosa mereka. Seandainya Dia akan menghukum mereka dengan seluruh dosa-dosa mereka, niscaya Dia akan binasakan orang yang mengarungi lautan

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini diterangkan bahwa selain Allah kuasa menahan angin sehingga kapal itu tidak dapat beranjak dari tempatnya, Dia juga kuasa menghancurkan kapal itu dengan mengirimkan angin topan yang menjadikan kapal yang berlayar itu oleng, tak menentu arah yang ditempuh, tak akan sampai ke sasaran yang dituju, akhirnya tenggelam ke dasar laut akibat penumpangnya yang bergelimang dosa.

Tetapi, yang demikian itu jarang terjadi karena Allah telah memberi maaf dan mengampuni sebagian besar dari mereka, sehingga mereka selamat dalam perjalanannya mengarungi laut yang luas ke tempat yang dituju.

Tafsir Quraish Shihab: Atau, jika Allah berkehendak lain, Dia akan menghancurkan bahtera-bahtera itu dengan cara mendatangkan badai, lantaran dosa yang diperbuat oleh para penumpangnya. Atau, jika Allah menghendaki pula, Dia akan memaafkan mereka dan tidak akan menghukum mereka dengan menjadikan angin itu berubah menjadi badai yang menghanyutkan.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 107-109; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Asy-Syura Ayat 35
وَيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مَا لَهُم مِّن مَّحِيصٍ

Terjemahan: “Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat (kekuasaan) Kami mengetahui bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan ke luar (dari siksaan).

Tafsir Jalalain: وَيَعۡلَمَ (Dan supaya mengetahui) lafal ayat ini kalau dibaca Rafa’ berarti merupakan jumlah Isti’naf atau kalimat baru, kalau dibaca Nashab berarti di’athafkan kepada Ta’lil yang diperkirakan keberadaannya, yaitu; Dia menenggelamkan mereka sebagai pembalasan dari-Nya kepada mereka, dan supaya mengetahui ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مَا لَهُم مِّن مَّحِيصٍ (orang-orang yang membantah ayat-ayat Kami, bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan keluar) maksudnya, tempat untuk melarikan diri dari azab Kami.

Jumlah Nafi atau lafal Ma Lahum Min Mahiish menduduki tempat dua Maf’ul bagi lafal Ya’lama. Sedangkan Nafinya sendiri di-mu’allaqkan dari amalnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا مَا لَهُم مِّن مَّحِيصٍ (“dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat [kekuasaan] Kami mengetahui, bahwa mereka sekali-sekali tidak akan memperoleh jalan keluar [dari siksaan].”) yakni tidak ada jalan keluar bagi mereka dari adzab Kami, karena mereka berada di bawah kekuasaan Kami.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa hal-hal yang telah digambarkan di atas itu menunjukkan kekuasaan dan keperkasaan-Nya; kiranya orang-orang yang selalu membantah dan tidak mau mengakui kekuasaan Allah dapat menyadari bahwa yang dapat memberikan manfaat dan mendatangkan mudarat tidak lain hanyalah Allah dan kalau Dia menghendaki, maka tidak seorang pun yang dapat menghindar atau luput dari azab yang telah ditetapkannya itu.

Tafsir Quraish Shihab: Hal itu dilakukan oleh Allah agar dijadikan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi orang-orang beriman. Juga agar orang-orang yang menganggap ayat-ayat Kami sebagai suatu kepalsuan itu mengetahui bahwa diri mereka berada dalam genggaman Allah. Mereka tidak akan menemukan tempat pelarian dari azab Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syura Ayat 32-35 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S