Pentingnya Guru dan Sanad dalam Belajar Ilmu Agama

guru dan sanad ilmu

Pecihitam.org – Guru merupakan orang yang sangat penting dalam keilmuan agama, karena guru yang akan menyalurkan pengetahuan dan mempengaruhi cara berfikir seseorang. Maka dari itu harus ada guru dan sanad yang jelas tidak boleh sembaranganan, serta harus memiliki ilmu pengetahuan dan juga akhlak yang baik.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Adapun menurut sayyidina Ali bin Abi Thalib yang dinukil dalam kitab Ta’lim Muta’alim syarat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat ada 6 hal yang perlu dperhatikan dan dijalani.

أَلاَ لاَ تَنَالُ العِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانِ * ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ وَاِرْشَادِ أُسْتَاذِ وَطُوْلِ الزَّمَانِ

”Ingalah! Tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan dijelaskan dan terkumpul dengan jelas. Yaitu cerdas, semangat, sabar, uang, petunjuk guru, waktu yang lama”.

Dari perkataan sayidina Ali diatas dapat kita pahami bahwa salah satu yang menjadi berkahnya ilmu adalah petunjuk dari guru, sebab bagaimana mungkin orang yang tidak punya guru dapat berjalan dijalan kebenaran.

Adapun orang yang belajar tanpa guru ia hanya akan menemui kebingungan karena ilmu yang ia pelajari. Kata Imam Syafi’i tentang pentingnya guru:

Baca Juga:  Mutiara Nasehat Luqmanul Hakim, Panduan Mendidik Anak Menjadi Muslim Sejati

منتفقهمنبطونالكتبضيعالاحكام

“Barangsiapa belajar fiqih dari buku-buku (tanpa digurukan), maka ia telah menyia-nyiakan hukum-hukum agama.”

Jika belajar hanya dari kitab-kitab saja tanpa digurukanlalu bagaimana cara mengetahui apakah yang kita pelajari benar atau tidak, atau apakah pemahaman kita sesuai yang diharapkan dari tulisan itu.

Sesuai dengan perkataan dari Hadratusyaijh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim bahwa salah satu adab seorang pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa guru. Sebab, lembaran kertas tidak bisa membimbing.

Sementara guru akan membimbing jika bacaan pelajar yang keliru. Sepintar apapun dan seluas apapun pengetahuan seseorang bila tidak memiliki sanad guru, maka dalam Islam keilmuannya tidak sah. Serta tidak pantas diangkat sebagai seorang guru alim.          

Adapun kriteria guru yang mesti kita pilih sebagai penuntun dan juga tempat penimbaan ilmu yaitu sesuai dengan yang dikatakan oleh Imam Abu Hanifah dalam kitab Ta’lim muta’alim karya syekh Zarnunji:

أما اختيار الأستاذ: فينبغى أن يختارالأعلم والأورع والأسن، كما اختار أبو حنيفة، رحم الله عليه، حماد بن سليمان، بعد التأمل والتفكير، قال: وجدته شيخا وقورا حليما صبورا فى الأمور. وقال: ثبت عند حماد بن سليمان فنبت

Baca Juga:  Ampuh! Ternyata Sholat Bisa untuk Mengendalikan Emosi

Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, wara’ dan lebih tua usianya. Sebagaimana Imam Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada Syaikh Hammad bin Abu Sulaiman. Dalam hal ini beliau berkata: “Beliau (Syaikh Hammad) saya kenal sebagai orangtua yang berbudi luhur, lapang dada serta penyabar.” Lanjut Abu Hanifah, “Saya mengabdi pada Syaikh Hammad bin bu Sulaiman, dan sayapun makin berkembang.

Begitu pentingnya memilih guru dalam berilmu dan beragama, karena sekali seseorang salah memilih guru, maka akan rusak cara fikir dan hidupnya dan agamanya. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Muhammad bin Sirin rahimahullah, seorang tabi’in yang menukil sabda Rasulullah:

إِنَّ هَذَا العِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Riwayat Muslim).

Abdullah bin al-Mubarak (ulama tabi’ at-tabi’in) rahimahullah mengatakan,

اَلإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلَا الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

“Sanad itu bagian dari agama. Kalau bukan karena Isnad, pasti siapaun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” (Riwayat Muslim).

Jelas kita bisa saksikan sekarang ini, banyak orang yang katanya pintar namun perkataannya tidak membuat ketenangan, tidak membawa kesejukan bahkan membuat keresahan bagi para pendengarnya, padahal yang ia sampaikan adalah bagian ayat Al-Qur’an dan juga Hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Baca Juga:  Bahaya Sifat Kikir, Pernah Menghancurkan Umat Terdahulu

Kenapa? karena mereka tidak memiliki guru dan sanad yang menuntun mereka dalam mempelajari ilmu agama, bermodalkan Al Qur’an terjemah dan Hadits terjemah kemudian mereka berfatwa ini itu.

Mereka tidak mempelajari ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an Hadits ataupun kitab-kitab para ulama’ terdahulu, yang menyebabkan kekeliruan dalam pemahaman tidak sesuai apa yang diharapkan dari adanya isi dari Al-Qur’an, Hadits ataupun kitab-kitab karangan para ulama. Wallahua’lam.

Lukman Hakim Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *