Surah Al-Ahzab Ayat 39-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ahzab Ayat 39-40

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 39-40 ini, menerangkan bahwa rasul-rasul yang mendahului Nabi Muhammad itu telah melaksanakan sunatullah. Mereka adalah orang-orang yang penuh dengan ketakwaan dan keikhlasan dalam beribadah. Mereka juga orang-orang yang menyampaikan syariat-syariat Allah, sangat takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada selain-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ahzab Ayat 39-40

Surah Al-Ahzab Ayat 39
ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ وَيَخۡشَوۡنَهُۥ وَلَا يَخۡشَوۡنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا

Terjemahan: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.

Tafsir Jalalain: ٱلَّذِينَ (Yaitu orang-orang) lafal Al Ladziina menjadi Na’at atau sifat dari lafal Al Ladziina yang sebelumnya يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ وَيَخۡشَوۡنَهُۥ وَلَا يَخۡشَوۡنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ (yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya, dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah) mereka tidak takut kepada perkataan manusia dalam hal melaksanakan apa yang telah dihalalkan oleh Allah buat mereka.

وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا (Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan) yakni yang memelihara amal-amal makhluk-Nya dan yang menghisab mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Tabaaraka wa Ta’ala memuji, ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ (“Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah.”) yaitu kepada para makhluk-Nya. mereka menunaikan amanahnya. Wa yakhsyaunaHu (“Mereka takut kepada-Nya.”) yaitu, mereka merasa takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada seorangpun selain-Nya.

Ancaman seseorang tidak menghalangi mereka untuk menyampaikan risalah Allah Ta’ala: وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا (“Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.”) yaitu cukuplah Allah sebagai Penolong dan pendukung. Allah sebagai pemimpin manusia dalam kedudukan ini dan dalam kedudukan Muhammad Rasulullah saw. [dalam menyampaikan dakwah], karena beliau saw. menegakkan penunaian dan penyampaian risalah kepada penduduk timur dan barat serta seluruh jenis penduduk anak Adam.

Allah memenangkan kalimat dan agama-Nya dan syariat-Nya di atas seluruh agama dan syariat lain, para Nabi sebelumnya diutus hanya khusus kepada kaumnya. Sedangkan Nabi saw. diutus kepada seluruh makhluk-Nya baik dari bangsa Arab maupun dari non Arab. قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡ جَمِيعًا (“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”)(al-A’raaf: 158)

Kemudian diwariskan kedudukan penyampaian tersebut kepada umat beliau sesudahnya. Orang yang paling tinggi kedudukannya dalam menegakkan tugas tersebut adalah para shahabatnya, dimana mereka menyampaikan sebagaimana Nabi saw. memerintahkan untuk menyampaikan seluruh perkataan, perbuatan dan sikapnya, di waktu malam dan siang, di saat tinggal dan di saat mengadakan perjalanan, di saat rahasia dan terang-terangan. Kemudian dia wariskan setiap generasi dari para pendahulunya hingga zaman kita sekarang ini.

Maka dengan cahaya mereka itulah, orang-orang mendapatkan hidayah mengikutinya dan di atas manhaj merekalah, orang-orang yang diberi taufik berjalan. Kami meminta kepada Allah yang Mahamulia dan Mahapemurah agar Dia menjadikan Kami termasuk orang-orang yang berada di belakang mereka.

Imam Ahmad meriwAyatkan bahwa Abu Sa’id al-Khudri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah salah seorang kalian menghinakan dirinya, dimana dia melihat perintah Allah untuk mengatakannya, kemudian dia tidak mengatakannya, Allah akan berfirman: ‘Apa yang mencegahmu untuk mengatakannya?’ lau dia menjawab: ‘Ya Rabb-ku, aku takut kepada manusia.’

Maka Allah berfirman: ‘Aku lebih patut untuk ditakuti.’” (HR Ibnu Majah dari Abu Khuraib, dari ‘Abdullah bin Numair dan Abu Muawiyah dari al-A’masy) (Dlaif: HR Ibnu Majah dalam sunan-nya di kitab al-Fitan [4008] dan didlaifkan oleh Syaikh al-Albani di kitab Dla’iiful Jaami’ [6332] dan di kitab Dla’iif Ibnu Majah [868])

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menerangkan bahwa rasul-rasul yang mendahului Nabi Muhammad itu telah melaksanakan sunatullah. Mereka adalah orang-orang yang penuh dengan ketakwaan dan keikhlasan dalam beribadah.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 112; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Mereka juga orang-orang yang menyampaikan syariat-syariat Allah, sangat takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada selain-Nya. Nabi Muhammad pun diperintahkan untuk menjadikannya teladan dalam melaksanakan sunatullah, dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu orang-orang yang menyampaikan pesan-pesan suci Allah kepada umat manusia sebagaimana adanya saat diturunkan. Orang-orang yang takut hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain. Cukuplan Allah yang menjaga dan yang memperhitungkan.

Surah Al-Ahzab Ayat 40
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمًا

Terjemahan: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsir Jalalain: مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمۡ (Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian) dia bukan bapak Zaid, Zaid bukanlah anaknya, maka tidak diharamkan baginya untuk mengawini bekas istri anak angkatnya yaitu Zainab وَلَٰكِن (tetapi dia) adalah رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ (Rasulullah dan penutup nabi-nabi) artinya tidak akan lahir lagi nabi sesudahnya. Dan menurut suatu qiraat dibaca Khataman Nabiyyiina, sama dengan alat untuk mencap atau cincin, yang maksudnya sesudah dia para nabi dilak atau ditutup.

وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمًا (Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain Dia mengetahui bahwa tidak akan ada nabi lagi sesudah Nabi Muhammad saw. seumpama Nabi Isa turun nanti, maka ia akan memerintah dengan memakai syariat Nabi Muhammad.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمۡ (“Muhammad itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki di antara kamu.”) beliau dilarang setelah ini menyebut Zaid bin Muhammad, yaitu dia bukanlah bapaknya, sekalipun dia mengangkatnya sebagai anak. Karena tidak ada anak laki-laki Nabi saw. yang hidup hingga dewasa.

Nabi saw. memiliki anak laki-laki yaitu Qasim, Thayyib dan Thahir dari Khadijah ra. dan mereka meninggal ketika kecil. Beliau juga mendapatkan anak laki-laki dari Mariyatul Qibthiyyah, yaitu Ibrahim yang meninggal pada saat masih menyusu. Sedangkan pada Khadijah, beliau memiliki 4 anak wanita: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah ra. Tiga putrinya meninggal ketika beliau masih hidup. Sedangkan Fathimah wafat lebih akhir, yaitu setelah enam bulan Nabi saw. wafat.

Firman Allah: وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمًا (“Tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah Mahamengetahui segala sesuatu.”)

Seperti firman Allah: AllaaHu ٱللَّهُ أَعۡلَمُ حَيۡثُ يَجۡعَلُ رِسَالَتَهُۥ (“Allah lebih mengetahui dimana Allah menempatkan tugas kerasulan.”)(al-An’am: 124). Ayat ini menetapkan bahwa tidak ada Nabi setelah beliau. Dan jika tidak ada Nabi sesudahnya, maka demikian pula tidak ada Rasul sesudahnya. Karena Nabi san setiap Nabi belum tentu Rasul.

Dalam masalah ini telah terdapat hadits mutawatir dari Rasulullah yang berasal dari sejumlah shahabat. Abu Dawud ath-Thayalisi meriwAyatkan, bahwa Jabir bin ‘Abdullah ra. berkata, Rasulullah bersabda:

“Perumpamaanku dan perumpamaan para Nabi adalah seperti seorang laki-laki yang membangun satu buah rumah, lalu dia sempurnakan dan memperindahnya, kecuali satu bagian batanya. Setiap orang yang memasukinya akan memandang dan berkata: ‘Alangkah indahnya kecuali satu tempat bagian bata ini. Akulah satu bata tersebut.’ Para Nabi ditutup olehku.” (“al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi berkata: “Shahih gharib dari jalan ini.”)

Hadits lain, Imam Ahmad meriwAyatkan, Yunus bin Muhammad bercerita kepada kami, dari Hammad bin Zaid bahwa ‘Utsman bin ‘Ubaid ar-Rasbi berkata: Aku mendengar Abu ath-Thufail berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada nabi setelahku kecuali penyampai kabar gembira. Beliau ditanya: ‘Apa penyampai berita gembira itu, ya Rasulullah?” beliau menjawab: “Mimpi yang baik.”

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hadits lain, Imam Muslim meriwAyatkan dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Aku diberi kelebihan di atas para Nabi yang lain dengan 6 hal; aku diberi kalimat lengkap, aku ditolong dengan memberi rasa gentar [kepada musuh], dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dijadikan bagiku bumi sebagai masjid dan alat bersuci, aku diutus kepada seluruh makhluk dan para Nabi ditutup olehku.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits Isma’il bin Ja’far. At-Tirmidzi berkata: “Hasan shahih”)

Hadits lain, az-Zuhri berkata, Muhammad bin Jubair bin Muth’im mengabarkanku, bahwa ayahnya berkata: aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya aku memiliki nama, aku Muhammad, Ahmad, al-Mahiy dimana Allah Ta’ala menghapus kekufuran denganku, aku Hasyir dimana manusia digiring di bawah jejak kakiku. Dan aku adalah al-‘Agib yang tidak ada Nabi setelahnya.” (ditakhrij dalam ash-Shahihain)
Hadits-hadits lain dalam masalah ini cukup banyak.

Di antara rahmat Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya adalah diutusnya Muhammad saw. kepada mereka. Kemudian di antara penghormatan-Nya kepada mereka, Dia menutup para Nabi dan Rasul dengan beliau serta menyempurnakan agama-Nya yang hanif.

Allah mengabarkan di dalam Kitab-Nya dan dalam sunnah mutawatir, bahwa tidak ada nabi setelah beliau, agar mereka mengetahui bahwa setiap orang yang mengaku menduduki kedudukan ini setelahnya maka ia adalah pendusta, Dajjal yang sesat dan menyesatkan, meskipun dia begitu hebat dan aneh dengan berbagai bentuk sihir, jimat dan ilmu ghaib.

Seluruhnya adalah mustahil dan sesat menurut orang-orang yang berakal, sebagaimana Allah memperlihatkan hal tersebut di tangan al-Aswad al ‘Ansy di Yaman dan Musailamah al-Kadzdzab di Yamamah dengan berbagai bentuk kerusakan dan perkataan yang tidak berarti.

Setiap orang yang memiliki pemikiran, pemahaman dan bukti pasti mengetahui bahwa keduanya adalah pendusta yang sesat –semoga Allah melaknat keduanya-.

Demikian pula orang yang mengaku hal tersebut hingga hari kiamat, sampai mereka ditutup dengan al-Masih ad Dajjal. Setiap seorang dari para pendusta itu diciptakan oleh Allah dengan bukti yang dapat dilihat oleh para ulama dan orang-orang yang beriman sebagai bukti kedustaannya. Dan di antara kesempurnaan kasih sayang Allah Ta’ala kepada para makhluk-Nya, secara pasti mereka tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kecuali secara kebetulan atau karena memiliki tujuan lain.

Hal itu adalah kedustaan dan kedhaliman yang paling besar dalam perkataan dan perbuatan mereka, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa.” (asy-Syu’araa’: 221-222)

Hal ini berbeda dengan kondisi para Nabi, karena mereka adalah orang yang sangat jujur, berbakti, benar, istiqamah dan adil pada apa yang mereka ucapkan dan kerjakan, perintah dan larangan mereka disertai dengan berbagai mukjizat serta dalil-dalil yang jelas dan bukti-bukti yang nyata. Maka shalawat dan salam Allah kepada mereka akan terus-menerus selama adanya bumi dan langit.

Tafsir Kemenag: Tatkala Rasulullah menikahi Zainab, banyak orang munafik yang mencela pernikahan itu karena dipandang sebagai menikahi bekas istri anak sendiri. Maka Allah menurunkan Ayat ini yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw tidak usah khawatir tentang cemoohan orang-orang yang mengatakan bahwa beliau menikahi bekas istri anaknya, karena Zaid itu bukan anak kandung beliau, tetapi hanya anak angkat. Muhammad saw sekali-kali bukan bapak dari seorang laki-laki di antara umatnya, tetapi ia adalah utusan Allah dan nabi-Nya yang terakhir. Tidak ada nabi lagi setelah beliau.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 39-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Nabi Muhammad saw itu adalah bapak dari kaum Muslimin dalam segi kehormatan dan kasih sayang sebagaimana setiap rasul pun adalah bapak dari seluruh umatnya. Muhammad itu bukan bapak dari seorang laki-laki dari umatnya dengan pengertian “bapak” dalam segi keturunan yang menyebabkan haramnya mushaharah (perbesanan), tetapi beliau adalah bapak dari segenap kaum mukminin dalam segi agama.

Beliau mempunyai rasa kasih sayang kepada seluruh umatnya untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, seperti kasih sayang seorang ayah terhadap anak-anaknya.

Anak laki-laki Nabi saw dari Khadijah ada tiga orang, yaitu Qasim, thayyib, dan thahir, semuanya meninggal dunia sebelum balig. Dari Mariyah al-Qibthiyah, Nabi memperoleh seorang anak laki-laki bernama Ibrahim yang juga meninggal ketika masih kecil. Di samping tiga anak laki-laki, Nabi saw juga mempunyai empat anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab., Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah. Tiga yang pertama meninggal sebelum Nabi wafat.

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu tentang siapa yang diangkat sebagai nabi-nabi yang terdahulu dan siapa yang diangkat sebagai nabi penutup. Berikut hadis-hadis yang menerangkan tentang kedudukan Nabi Muhammad sebagai nabi penutup atau terakhir, di antaranya:

Dari Jabir bin Muth’im bahwa ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku punya beberapa nama: aku Muhammad, aku Ahmad, aku al-Mahi yang mana Allah menghapus kekufuran denganku dan aku al-hasyir di mana manusia dikumpulkan di bawah kakiku dan aku juga al-‘aqib yang mana tidak ada lagi nabi sesudahku.” (RiwAyat al-Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir bin ‘Abdullah bahwa ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Posisiku di antara para nabi adalah seperti seorang laki-laki yang membangun rumah, dia menyempurnakan dan menghiasinya kecuali satu tempat batu (bata yang belum dipasang).

Orang yang memasuki rumah itu dan melihatnya berkata, ‘Alangkah bagusnya rumah ini, kecuali satu tempat batu (bata yang belum dipasang), maka akulah batu (bata yang belum dipasang) itu, di mana aku menjadi penutup kenabian.” (RiwAyat Muslim)

Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Aku dilebihkan dari para nabi dengan enam hal: 1) Aku diberi kalimat yang singkat tapi padat (luas maknanya). 2) Aku ditolong dengan (diberi rasa) ketakutan (bagi musuh). 3) Dihalalkan bagiku rampasan perang. 4) Allah menjadikan bagiku bumi itu suci (untuk tayamum) dan menjadi masjid. 5) Aku diutus kepada seluruh makhluk, dan 6) Aku dijadikan sebagai penutup para nabi.” (RiwAyat Muslim dan at-Tirmidzi)

Dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Kerasulan dan kenabian telah terputus, tidak ada lagi rasul dan nabi sesudahku.” (RiwAyat Ahmad).

Tafsir Quraish Shihab: Muhammad bukanlah bapak dari laki-laki mana pun dari kalangan kalian. Muhammad adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Menjadi tugas Muhammad untuk mengemban misi kerasulannya sebagaimana diperintahkan oleh Allah tanpa merasa takut pada siapa pun. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. .

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ahzab Ayat 39-40 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S